Senin, 04 Juni 2012

Boneka besar punye kite kemane ??


Berbadan besar, dengan tinggi 2,5 meter dan garis tengah ±80 cm. Kerangkanya terbuat dari bambu yang disiapkan secara baik sehingga bisa ada orang yang ada didalamnya dan dapat memikul. Digeraknya dengan gerak yang khas juga irangan musik khas. Wajahnya terkesan seram, mungkin karena matanya yang besar bulat dan memolot, juga rambutnya terbuat dari ijuk dengan hiasan, serta bertopeng. Biasanya dibawakan secara berpasangan. Laki-laki biasanya identik dengan cat merah maksudnya atau menandakan semangat dalam keberanian sebagai seorang laki-laki dan juga gahar, sedangkan wanitanya bercat putih maksudnya atau menandakan kebaikan dan kesucian. Dalam perkembangannya, bukan hanya gambar mata seperti mata manusia, lengkap dengan alis yang terbuat dari bulu, juga sekali muncul bisa lima sampai 10 pasang. Dengan ukuran standar, tingginya sekita tiga meter. Yapp .. ondel –ondel .
Boneka khas dari jakarta ini saat disukai pada tahun 70 - 80an. Dengan setiap macam pertunjukan, dari khitanan/sunatan masyarakat betawi senang sekali mengundang ondel-ondel sebagai bagian dari hiburan. Karena pada jaman jayanya itu ondel – ondel sangat sisukai anak kecil walau wajahnya terkesan menyeramkan. Dan ada yang sudah di Khitan seminggu atau dua minggunya di ramaikan dengan arak-arakan pakai Kuda dan Ondel-Ondel Betawi. Bisa juga sebelum di Khitan di arak pakai ondel-ondel.
Ondel-ondel adalah pertunjukan rakyat yang sudah berabad-abad terdapat di Jakarta dan sekitarnya, yang dewasa ini menjadi wilayah Betawi. Walaupun pertunjukan rakyat semacam itu terdapat pula di beberapa tempat lain seperti di Priangan dikenal dengan sebutan Badawang, di Cirebon disebut Barongan Buncis dan di Bali disebut Barong Landung, tetapi ondel-ondel memiliki karakteristik yang khas. Ondel-ondel tergolong salah satu bentuk teater tanpa tutur, karena pada mulanya dijadikan personifikasi leluhur atau nenek moyang, pelindung keselamatan kampung dan seisinya. Dengan demikian dapat dianggap sebagai pembawa lakon atau cerita, sebagaimana halnya dengan “bekakak” dalam upacara “potong bekakak” digunung gamping disebelah selatan kota Yogyakarta, yang diselenggarakan pada bulan sapar setiap tahun.
 
Sejarah
Boneka raksasa yang sering diarak keliling kampung oleh warga Betawi ternyata awalnya disebut Barongan. Tak ada yang tahu pasti arti kata tersebut. Mungkin berasal dari kata "Barengan" yang berarti bareng-bareng atau sama-sama.
Sebutan itu datang dari kalimat ajakan dalam logat Betawi “Yok, kita ngarak bareng-bareng”.  Sejak kapan kemunculannya? Yang jelas boneka raksasa ini sudah ada sejak VOC mulai masuk ke Indonesia. Pedagang dari Inggris, W. Scot, mencatat dalam bukunya jenis boneka seperti ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605.
E.R. Scidmore, wisman asal Amerika yang datang ke Jawa dan tinggal cukup lama di Batavia, pada penghujung abad ke 19, melaporkan dalam Java, The Garden of The East, adanya pertunjukan seni jalanan di Betawi berupa tarian.
Hal ini terungkap dari tulisan W. Scot, seorang pedagang Inggris yang pada awal abad ke tujuh belas berada di Banten, yang dikutip oleh W. Fruin Mees dalam bukunya yang berjudul Geschiedenis Van Java, jilid II yanh intinya kurang lebih sebagai berikut : "Pada tahun 1605, iring-iringan Pangeran Jayakarta Wijayakrama untuk ikut merayakan pada khitanan pangeran Abdul Mafakhir yang tiga tahun sebelumnya dalam usia 7 tahun telah dinobatkan sebagai Sultan Banten menggantikan ayahandanya, Sultan Muhammad, yang wafatnya di Palembang, antara lain membawa boneka berbentuk raksasa ("een reus raksasa itu adlah apa yang dewasa ini kita kenal sebagai ondel-ondel , yang pada zaman dahuli lazim dianggap perwujudan Danyang Desa, penolak mata petaka.Schidmore tidak menyebut secara jelas apa jenis tarian yang bermain di jalanan itu. Namun dpat diperkirakan bahwa kesenian itu adalah ondel-ondel, mengingat tarian itu bermain di jalanan.
Almarhum Benyamin S, penyanyi legendaris lagu-lagu Betawi sontak menyebutnya Ondel-ondel. Sang almarhum tentu tak bermaksud mengubah sebutan boneka Betawi itu. Namun, tokoh dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang bermain bersama Rano Karno itu, begitu besar pengaruhnya, sehingga sebutan untuk Ondel-ondel untuk boneka raksasa itu lebih populer ketimbang Barongan.
Pada zamannya pembuatan ondel-ondel melalui ritual yang lazim. Biasanya sebelum memulai, pembuat ondel-ondel akan menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa, hingga bubur sumsum. Tujuanya, agar pembuatan berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik. Namun hal sesaji itu sudah tidak ada lagi dalam pembuatan boneka yang besar dan unik ini.
Kondisi tersebut masih terjadi hingga tahun 1980-an. Makanya setiap ada pertunjukan ondel-ondel, selalu ada `pawang` yang ikut menyertai iring-iringan ondel-ondel. Tujuannya, untuk meredam emosi ondel-ondel yang sudah dirasuki roh halus. Karena biasanya usai arak-arakan, dalam perjalanan pulang kerap boneka ondel-ondel mengamuk tanpa disengaja. Hal inilah yang dipercaya masyarakat saat itu bahwa boneka sudah dirasuki.
Konon, dahulu Ondel-ondel biasanya minta madat. Namun karena madat atau ganja dilarang sebagai gantinya Ondel-ondel dikasih rokok lisong, dengan cara ditempelkan di mulutnya. Ondel-ondel juga bisa digunakan untuk menolak bala atau roh jahat. Konon wabah cacar itu habis, setelah orang-orang mengarak Ondel-ondel keliling kampung.
Pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, baik waktu membentuk kedoknya demikian pula pada waktu menganyam badannya dengan bahan bambu. Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disediakan sesajen yang antara lain berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam dan sebagainya, disamping sudah pasti di bakari kemenyan. Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantias diadakan sesajen. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat upacara demikian disebut “Ukup” atau “ngukup”.
Seiring perjalanan waktu, fungsinya bergeser. pada masa Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta (1966-1977), ondel-ondel menjelma menjadi seni pertunjukan rakyat yang menghibur. Biasanya disajikan dalam acara hajatan rakyat Betawi, penyambutan tamu kehormatan, dan penyemarak pesta rakyat. Di beberapa daerah di Nusantara, terdapat juga pertunjukan kesenian yang mirip ondel-ondel, seperti di Bali jenis kesenian yang mirip ondel-ondel ini disebut dengan barong landung dan di Jawa Tengah yang dikenal masyarakat sana dengan sebutan barongan buncis. Bahkan ondel-ondel dianggap sebagai maskot yang menandai kebudayaan Betawi masih ada dan mampu bergaya.
Karena pada awalnya berfungsi sebagai personifikasi leluhur sebagai pelindung, maka bisa dikatakan bahwa ondel-ondel termasuk ke dalam salah satu bentuk teater tanpa tutur. Ondel-ondel diilhami barong landung dalam budaya Hindu Bali yang menggambarkan pengantin Raja Bali dan Putri China. Ondel-ondel beraksi diiringi musik yang khas. Musik pengiringnya sendiri tidak tentu. Bergantung rombongan masing-masing. Ada yang menggunakan tanjidor, yaitu kesenian orkes khas Betawi. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi. Dan ada juga yang menggunakan bende, ningnong, dan rebana ketimpring.
 
Pembuatan
Untuk membuat sepasang ondel-ondel dibutuhkan waktu paling cepat satu minggu. Namun, bisa juga sampai 2 atau 3 minggu, tergantung ukurannya. Ukuran normalnya hingga mencapai tiga meter, kalau hanya anak ondel – ondel hingga mencapai satu meter saja. Pembuatannya, dibagi atas dua tahap, yaitu rangka dan topeng. Untuk rangka digunakan bahan bambu dan ijuk namun untuk topeng, dulu menggunkan kayu yang diukir berbentuk wajah, namun kini sudah jarangorang yang mengukir topeng, maka kini topeng ondel – ondel terbuat dari fiberglass. Karena lebih praktis dan tinggal memesan, jika sudah jadi mungkin hanya di amplas dan di cat. Pengeringan cat bisa menunggu hingga catnya benar benar kering yaitu hingga tiga hari.
Kerangka yang dibuat terdapat beberapa  tahap, yaitu pertama dibuat rangka bulat untuk bagian bawah,, pingga dan leher termasuk juga kerangka untuk bahu. Setelah itu semua rangka ditegakan menggunakan bambu. Hingga diberi semen  dan ditempel kertas agar terlihat lekukannya seperti bahu manusia.
Baju untuk ondel-ondel terbuat dari kain satin. Jika pemesan menginginkan baju yang lebih bagus, maka harganya lebih mahal. Satu boneka memerlukan bahan baju 6 meter dan sarung 5 meter. Jika sepasang, maka butuh kain sepanjang 22 meter.
Salah satu trobosan yang memajukan ondel ondel sebagai hiburan yang mengesankan adalah mengubah kesan seram dan mistis pada wajah ondel ondel dan menjadi lebih manis. Sehingga anak anak kecil pun tidak takut jika melihat ondel ondel dan fungsi ondel ondel pun berubah menjadi boneka penghibur yang khas.
 
Ondel – ondel yang sekarang
Ondel – ondel jadi pajangan. Boneka besar penuh kharisma kina sudah jarang di undang di berbagai tempat syukuran warga. Para masyarakat yang cenderung ini sesuatu yang baru, terus saja menerima segala hiburan dari luar namun memelupakan apa yang telah dimiliki.
Ondel – ondel yang dahulu digunakan untuk menghibur pengantin sunatan, keluarga juga para tetangga yang sedang hajatan kini jarang terlehat. Hanya di pojok – pojok gedung, hotel atau kantor – kantor para boneka khas betawi ini berdian diri tanpa musik dan goyangan khasnya. Bahkan yang lebih ironis mereka biasa di pajang ketika akan mendekati hari ulang tahung kota jakarta.
Namun tetap saja sedih rasanya, ketika PRJ banyak warga jakarta yang sebagai tuan rumah melihat boneka kesayangan ondel ondel hanya menjadi pajangan di depan rumah adata betawi. Padahal barongsai sedang menari indah dengan musiknya di depan pintu masuk Hall Utama, Hall D. Mungkin jika ditukar, gambang kromo, lenong betawi, musik tanjidor atau ondel ondel yang menghibur bukan barongsai, pasti akan lebih terasa betawinya dan bukan hanya pajangan saja. Tapi untung di PRJ ini masih ada kerak telor.
Ondel ondel ngamen. Sekarang banyak para pemuda komoditas atau pengrajin ondel ondel yang mungkin jarang dapat order sedangkan kebutuhan penunjang hidup harus tetap jalan tidak boleh berhenti seperti order yang kadang ada kadanga gak ada. Hal yang seperti ini yang mungkin memaksa boneka raksasa berkharisma ini menari dijalanan. Mengandalkan keikhlasan pada masyarakat pengguna jalan sekaligus melestarikan budaya, alasan yang mau gak mau harus ada dalam catatan sejarah boneka besar punya betawi.
Ondel-ondel ngamen bisa dijumpai di sekitar perkampungan Rawa sari, Cempaka Putih dan Jalan percetakan Negara. Seringnya mereka muncul sore hari. Kadang bikin macet. Suami istri ondel-ondel bergoyang berputar putar,.. anak-anakpun bersorak kesenangan.
Setiap mengamen setidaknya uang sebesar Rp 300 – 400 ribu bisa dapat. Setelah uang tersebut dibagi – bagi dengan anggota lainnya, sisanya sebagai uang kas. Selain mengamen, kelompok gambang kromong ini juga berjualan boneka ondel – ondel. Boneka ondel – ondel yang berukuran 30 cm ini dijual seharga Rp 100 ribu.
Ondel-ondel khas Betawi ikut memeriahkan malam pergantian tahun di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Semua Ondel-ondel ini menari dengan diiringi lagu-lagu Betawi, salah satunya karya Benyamin Sueb.  Pengusung ondel-ondel menargetkan pendapatan maksimal khusus untuk hari ini. Mereka memang rutin 'ngamen' sambil berkeliling Monas setiap akhir pekan. Targetnya harus mencapai penghasilan hingga satu juta rupiah.
Monas memang satu salah pilihan liburan tahun baru bagi masyarakat jakarta yang ingin menikmati malam pergantian tahun. Tidak hanya penganmen ondel ondel yang berharap rezeki disini, tukang kacang pun berharap mendapat uang lebih pada malam akhir tahun ini. Setiap tahun tidak hanya anak muda yang datang untuk sekedar melihat kembang api, keluarga berserta anak kecil juga meramaikan maskot tugu jakarta.
Souvenir ondel –ondel.

Ondel – ondel yang sangat disukai wisatawan membuat para pengrajin bagaimana boneka besar ini bisa dibawa pulang. Kini banyak souvenir untuk wisatawan hingga para cindramata pengantin. Mulai dari boneka kecil, boneka dalam kaca, magnet kulkas, gantungan kunci dan lainnya. Dan ini salah satu hal yang lebih baik untuk pelestarian ondel – ondel pada masa depan.
Kesimpulan
Kesenian betawi tak akan pernah hilang, mungkin akan hanya berubah fungsi dan inovasi baru seiring dengan berjalanannya waktu. Karena masyarakat betawi telah banyak yang sadar akan kekayaan budaya dalam dirinya dan mereka telah bersama – sama membuat seatu komunitas sebagai langkah untuk tetap ingat dengan warisan leluhur mereka walau banyak warga lainnya yang datang dan membawa budayanya masing – masing. Hal ini harus tetap di lestarikan tidak hanya ondel – ondel tidak hanya budaya betawi, tidak hanya orang – orang yang mempunyai komunitas kalau ingin tetap ada, maka diri sendirilah yang harus tetap menjaga dengan tetap menggunakan budaya dalam kehidupan sehari – hari.
UAS Tradisi Etnik Nusantara
Indri Yanti
4423107038
tema : etnik X menghadapi arus globalisasi

10 komentar:

  1. wahhh keren nih yulll... artikelnya...... sipp lha...

    BalasHapus
  2. INDONESIA beragam Budaya beragam Bahasa sungguh sangat luar biasa.Saya bangga menjadi anak Indonesia,tapi sangat disayangkan anak-anak jaman sekarang sudah lupa adat istiadat diri sendiri.Di jaman sekarang anak-anak kita lebih meniru gaya luar atau disebut dengan Westernisasi baik dari perilaku,cara berpakaian,maupun tingkah laku nya.Tapi masih ada yang perduli sama kebudayaan nya sendiri,jarang-jarang ada anak mau buat artikel tentang KEBUDAYAAN.Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai Budayanya,teruskan Guy buat artikel mengenai Kebudayaan.

    BalasHapus
  3. Siip... Anak Indonesia lestarikan budaya Budaya Indonesia.

    BalasHapus
  4. Indonesia gak pada sayank sama budaya kok?
    mantap banget nech kata-kata'y....
    bener banget sesuai dengan judul dan kenyataan yang ada...
    sekarng ondel ondel mulai punah...

    BalasHapus
  5. para seniman betawi juga udah usaha melestarikannya ..
    ondel ondel yang sekarang juga lebih disukai anak anak ..
    jadi bisa dikatakan tidak punah cuma beralih fungsi saja ..

    BalasHapus
  6. kata2 awal, kata2nya itu kurang efektif jadi kalo orang baca mesti nalar dulu contohnya ya mksdnya atau menandakan pdhlkn bisa dengan kata yang menandakan

    BalasHapus
  7. bagus sekali artikelnya ,,
    boleh dong , aku copt bwt tugas makalah nih ,,

    BalasHapus