NAMA: EDWINA YUSTITYA
NIM:4423107030
RUMAH ADAT SUKU SASAK
RUMAH ADAT SASAK |
Rumah adat Suku Sasak berdinding anyaman
bambu dan disangga oleh beberapa pilar yang terbuat oleh bambu. Atap rumahnya berbentuk
seperti gunungan dan terbuat dari jerami yang disusun lau diikat dengan tali.
Sedangkan lantainya terbuat dari campuran tanah, getah kayu pohon serta abu
jerami. Untuk menjaga agar lantai rumahnya tetap kuat dan tahan lama, Suku
Sasak sering mengolesi lantai rumah mereka dengan kotoran sapi atau kerbau.
Sebagian dari mereka juga menggunakan kotoran sapi atau kerbau ini dalam
campuran bahan material pembuat lantai. Alasannya agar lantai lebih kuat dan
tidak lembab.
Untuk masuk kedalam Rumah Sasak,
terdapat tiga anak tangga yang harus dilalui. Jumlah anak tangga ini menjadi
simbol, di dalam rumah itu terdiri dari ayah, ibu, serta anak. Menapaki tiga buah anak tangga menjadi simbol, setiap
manusia yang ada di dunia selalu menjalani tiga alur kehidupan, lahir,
berkembang, serta meninggal dunia.
Pintu masuk rumah sasak hanya satu dan
posisinya lebih pendek dari ukuran tinggi orang dewasa. Jadi untuk masuk
kedalam rumah sasak harus merundukan kepala agar. Pembuatan pintu dengan ukuran
seperti ini memiliki makna bagi Orang Sasak. Masyarakat Sasak meyakini, posisi
merunduk ketika masuk ke dalam rumah menjadi simbol, rasa hormat tamu kepada
sang pemilik rumah.
Secara umum di dalam Rumah Sasak
terdapat ruang Bale Dalam dan Bale Luar. Bale Luar biasanya digunakan untuk
ruang tidur bagi anggota keluarga, sedangkan bale dalam difungsikan sebagai
tempat untuk menyimpan persediaan makanan dan harta benda keluarga. Tepat di
samping tempat suku Sasak menyimpan persediaan makanan, terdapat dapur. Di
dalam dapur inilah, anda dapat menjumpai tungku yang terbuat dari susunan batu
bata. Suku Sasak memanfaatkan tungku itu untuk memasak dan ketika musim hujan
tiba, tungku itu dijadikan perapian. Saat ada anggota keluarga yang meninggal
Bale Dalam juga difungsikan sebagai tempat sementara menyimpan jenazah sebelum
dimakamkan.
Rumah sasak memiliki macam-macam nama
sesuai dengan fungsinya, seperti Bale Tani, Bale Jajar, Berugaq/Sekepat,
Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, Bale Gunung Rate dan Bale Balaq.
•Bale Tani adalah rumah sasak untuk
tinggal masyarakat sasak yang memiliki pekerjaan sebagai petani
•Bale Jajar adalah rumah sasak bagi
orang yang memiliki ekonomi menengah keatas. Perbedaan rumah ini dengan rumah
yang lainnya adalah jumlah Bale Dalamnya yang berjumlah dua ruangan.
•Berugaq/Sekepat
Berugaq/sakepat ini merupakan bangunan
yang berfungsi untuk menerima tamu. Dalam masyarakat sasak ada kebiasaan yang
menganggap tidak semua tamu boleh masuk ke dalam rumah. Selain untuk menerima
tamu tempat ini biasanya digunakan untuk prosesi acara lamaran bagi rumah yang
memiliki gadis. Bangunan ini bebrbentuk segi empat tanpa sisi dan terltak
disisi rumah utama.
•Sekenam
Sekenam bentuknya sama dengan berugaq/sekepat, hanya saja sekenam mempunyai mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
Sekenam bentuknya sama dengan berugaq/sekepat, hanya saja sekenam mempunyai mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
•Bale bonter
Bale Bonter adalah bangunan untuk para
perkanggo atau pejabat desa. Salah satu fungsinya adalah sebagai tempat
pesangkepan atau persidangan bagi para pelanggar adat. Bangunan ini berbentuk
segi empat dengan jumlah tiang Sembilan sampai delapan belas buah.
•Bale Beleq Bencingah
Bale beleq diperuntukkan sebagai tempat
kegiatan besar Kerajaan sehingga sering juga disebut “Bencingah.” Adapun
upacara kerajaan yang biasa dilakukan di bale beleq diantaranya adalah:
- Pelantikan pejabat kerajaan
- Penobatan Putra Mahkota Kerajaan
- Pengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (Pendita) Kerajaan
- Sebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka Kerajaan seperti
persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumen-dokumen Kerajaan
-Dan sebagainya.
•Bale Gunung
Rate dan Bale Balaq
Bale gunung rate biasanya dibangun oleh
masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, sedangkan bale balaq dibangun
dengan tujuan untuk menghindari banjir, oleh karena itu biasanya berbentuk
rumah panggung.
Bagi masyarakat sasak rumah tidak hanya
sebagai tempat tinggal tetapi juga sebagai tempat dilaksanakannya ritual-ritual
sakral yang merupakan bentuk dari keyakinan mereka kepada Tuhan, arwah nenek
moyang (papuk baluk), epen bale (penunggu rumah), dan sebaginya. Untuk waktu
membangun rumah tidak boleh sembarangan. Orang Sasak di Lombok meyakini bahwa
waktu yang baik untuk memulai membangun rumah adalah pada bulan ketiga dan
bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul Awal dan bulan
Zulhijjah pada kalender Islam. Ada juga yang menentukan hari baik berdasarkan
nama orang yang akan membangun rumah. Sedangkan bulan yang paling dihindari
(pantangan) untuk membangun rumah adalah pada bulan Muharram dan bulan
Ramadlan. Pada kedua bulan ini, menurut kepercayaan masyarakat setempat, rumah
yang dibangun cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran,
sulit rizqi, dan sebagainya.
PAKAIAN
ADAT SASAK
PAKAIAN ADAT SASAK |
Pakaian adat Suku Sasak mendapat pengaruh
dari kultur Melayu, Jawa, Bali dam juga Bugis. Pengaruh tersebut melebur dan
berakulturasi menjadi satu dalam tampilan pakaian adat sasak.
Bagi
Laki-Laki
•Capuq/Sapuk
Sapuk yaitu kain segitiga sama kaki yang
ujung kiri kanannya panjang dan langsung
diikat ujung atasnya terurai ke belakang di atas sampul ikatan ujungnya. Sapuk
ini dipakai sebagai mahkota kaum pria dan merupakan lambang kejantanan
pemakainnya,serta untuk menjaga pemikiran dari hal-hal yang kotor dan sebagai
lambang penghormatan kepada Tuhan yang maha esa. Jenis dan cara penggunaan
sapuq pada pakaian adat sasak tidak dibenarkan meniru cara penggunaan sapuq
untuk ritual agama lain
•Baju Pegon
Untuk pakaian adat dipilih bahan yang
polos dan berwarna gelap agar berbeda dari pakaian kesenian yang berenda-renda.
Pegon ini adalah busana Suku Sasak yang mendapat pengaruh dari etnis Jawa
sebagai lambang keagungan serta kesopanan si pemakai. Modifikasi dilakukan
bagian belakang pegon agak terbuka untuk memudahkan penggunaan keris.
•Dodot
Dodot bagi pria, kain panjang yang
diikat dengan bebet di perut atau di bawah dada sebagai hiasan, dan sisa kain
di atas terburai keluar ke depan. Dodot terbuat dari kain songket, motif kain
songket dengan motif subahnale, keker, bintang empet dll ) bermakna semangat
dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.
•Keris
Penggunaan keris disisipkan pada bagian
belakang jika bentuknya besar, dan bisa juga disisipkan pada bagian depan jika
agak kecil. Dalam aturan pengunaan keris sebagai lambang adat muka keris (
lambe/gading) harus menghadap kedepan, jika berbalik bermakna siap beperang
atau siaga. Keris bermakna : kesatriaan- keberanian dalam mempertahankan
martabat. Belakangan ini karena keris agak langka maka diperbolehkan juga
menyelipkan “pemaja” (pisau kecil tajam untuk meraut). Biasanya keris
ini hanya dipakai saat acara pernikahan sevagai mempelai pria.
•Selendang
Umbak
Selendang Umbak ini digunakan khusus
untuk para pemangku adat. Umbak adalah
sabuk gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Warna
kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai dengan empat meter.
Diujung benang digantungkan uang cina ( kepeng bolong). Umbak untuk busana
sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.
Bagi
Perempuan
•Pangkak
Pangkan adalah hiasan emas yang
berbentuk bunga yang disusun di riasan rambut sebagai mahkota bagi kaum wanita.
•Tangkong
Tangkong adalah pakaian yang digunakan
sebagai sebagai lambang keanggunan
dapat berupa pakaian kebaya dari bahan dengan warna cerah atau gelap dari jenis
kain beludru atau brokat. Tidak diperbolehkan untuk menggunakan model baju l
yang memperlihatkan belahan dada dan transparan.
•Tongkak
Tingkak adalah kain berupa sabuk panjang
yang dililitkan menutupi pinggang sebagai lambang kesuburan dan pengabdian.
•Lempot
Lempot adalah kain tenun yang digunakan
sebagai selendang dan cara penggunaannya adalah disampirkan di pundak sebelah
kiri. Penggunaan lempot ini sebagai lambang kasih sanyang.
•Kereng
Berupa kain tenun songket yang
dililitkan dari pinggang sampai mata kaki sebagai lambang kesopanan, dan
kesuburan kaum wanita.
•Gendit /Pending
Geendit/pending adalah aksesoris bagi
pakaian adat wanita berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai ikat pinggang.
•Onggar-onggar
Onggar- onggar adalah hiasan kepala berupa bunga-bunga emas yang
diselipkan pada konde.
•Suku /talen/ ketip
Merupakan uang emas atau perak yang
dibuat untuk bros .
OBAT
TRADISIONAL
Masyarakat Suku Sasak merupakan
masyarakat yang masih banyak menggunakan bahan-bahan alami dalam proses
pengobatan. Mereka masih mempercayakan pengobatan dari bahan-bahan alami yang
ada di sekitar mereka. Pengetahuan masyarakat Sasak tentang obat-obatan itu
diperoleh dari naskah daun Lontar Usada Lombok yang sudah berusia ratusan
tahun, dan warisan turun temurun. Pengetahuan Suku Sasak ini juga ditunjang
dengan keanekaragaman flora yang bermanfaat yang tumbuh di alam mereka.
Obat-obatan tradisional yang masih sering mereka gunakan adalah sebagai
berikut:
•Tanaman Pulai (Aistonia Scholaris)
Tanaman ini banyak tumbuh di Pulau
Lombok. Tinggi tanaman ini dapat mencapai lebih dari 10m. Bentuk dari pohon ini
adalah lonjong/elips dan tersusun melingikar. Bagi Suku Sasak pohon ini biasa
digunakan sebagai obat malaria.
•Tanaman Kumbi (Voacangga Foetida)
Tanaman Kumbi ini digunakan Suku Sasak
untuk mengobati penyakit kulit. Menurut penelitian selain sebagai obat kulit,
tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami karena mengandung
Lombine dan Vocangine yang memiliki aktivitas antibakteri.
•Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendron Paniculatum)
Tanaman ini memiliki bunga berwarna
merah dengan ukuran yang kecil. Suku Sasak menggunakan tanaman ini untuk
mengobati penyakit mata dan batu ginjal. Bagian yang dipakai adalah bunyanya
dengan cara diekstraksi.
•Mayang Kelapa dan Daun Ceremai (Phyllantus Acidus)
Mayang Kelapa adalah bagian dari pohon
kelapa yang merupakan bakal dari buah kelapa, sedangkan daun ceremai adalah
bagian dari pohon ceremai. Bentuk daun ceremai ini mirip dengan bentuk daun
belimbing wuluh dan ketinggian pohon dapat mencapai 10 m. Bagi orang Sasak,
tumbuhan ini biasa digunakan untuk obat penurun kolesterol dan kadar gula darah
yang tinggi.
MAYANG KELAPA |
DAUN CEREMAI |
SUMBER
___,Rumah Adat Sasak:Wahana Budaya
Indonesia.http://www.wahana-budaya-indonesa.com(diakses 14 Juni 2012)
Asep,Candra.2008,Obat Kolesterol Dari
Suku Sasak.http://health.kompas.com(diakses 16 Juni 2012)
Depz.2011,Dedare
Sasak.http://depz.blogdetik.com(diakses 16 Juni 2012)
Lombok,Asli.2009,Busana Adat Suku
Sasak.http://lombikasli.wordpress.com(diakses16 Juni 2012)
Rosiham,Anwar.2010,Rumah Adat Suku Sasak
Lombok.http://7og4nk.blogspot.com(diakses 16 Juni 2012)
http://www.scribd.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar