Sumatera Selatan adalah daerah yang juga berperan penting di Indonesia.
Tidak hanya budayanya yang tidak kalah unik dari daerah lain, juga sejarah
serta hal lain yang khas. Ibu kota Sumatera Selatan adalah Palembang, sebagai
kota tertua di Indonesia dan terbesar kedua setelah Medan.
Musim yang terdapat di Sumatera Selatan sama seperti umumnya
yang terjadi di Indonesia, hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan
penghujan. Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 5º 10' - 1º 20' lintang
selatan dan 101º 40' - 106º 30' bujur timur, dengan luas seluruhnya
113.339 km2. Provinsi ini berada di pulau Sumatera dan
berbatasan dengan, utara yaitu Jambi, timur yaitu Bangka Belitung, selatan
yaitu Lampung, barat yaitu Bengkulu.
Secara geografis, kota Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS
104°45′24.24″BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan
ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Palembang cukup
strategis karena dilalui oleh jalan Lintas Sumatera yang menghubungkan antar
daerah di Pulau Sumatera.
Populasi jiwa pada tahun 2010 di
Sumatera Selatan, totalnya berkisar 7.446.401 jiwa, dengan kepadatan 65,7/km2.
Suku bangsa yang tersebar di daerah Sumatera Selatan ini yaitu, melayu sekitar
34,37%, jawa sekitar 27,01%, komering sekitar 5,68%, sunda sekitar 2,45%,
tionghoa sekitar 1,1%, minangkabau sekitar 0,94%, dan yang lain- lainnya
sekitar 28,45%. Agama yang tersebar, yaitu Islam sekitar 96%, kristen sekitar
1,7%, buddha sekitar 1,8%, dan yang lain-lainnya sekitar 0,5%. Bahasa yang biasa
digunakan para penduduk di Sumatera Selatan, biasanya bahasa Indonesia, namun
ada juga yang memakai bahasa daerahnya masing-masing, yang biasanya bahasa
daerah masyarakat Sumatera Selatan berdasarakan bahasa melayu.
Zaman dahulu
Pulau sumatera di kenal sebagai Pulau emas atau dalam Bahasa Sanskerta
disebut Swarnadwipa bagaimana
Pulau Sumatera dikenal dunia sebagai Pulau emas pada zaman dulu, yaitu :
- Minangkabau menamakan pulau sumatera dengan sebutan Pulau ameh yang
berarti Pulau emas, hal ini di dasari dari cerita rakyat di minangkabau.
Dijumpai dalam cerita Kaba Cindua Mato.
- Dalam cerita rakyat Lampung Pulau Sumatera disebut sebagai tanoh mas
yang artinya tanah emas.
- Seorang bikhsu Cina yang sedang melakukan perjalanan ke India yang
bernama I-Tsing menyebutkan Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti
“negeri emas”.
- Dalam Naskah Buddha yang termasuk dari salah satu naskah Buddha yang
paling tua yaitu kitab jataka menceritakan pelaut India menyeberangi teluk
benggala ke suarnabhumi/suarnadwipa
- Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang
diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa
- Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama Serendib (tepatnya:
Suwarandib), transliterasi dari nama Suwarnadwipa
- Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya
tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib
- Di kalangan bangsa Yunani purba, Sumatera sudah dikenal dengan nama
Taprobana. Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses,
mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya
‘pulau emas’
- Pada naskah Historia Naturalis karya Plini abad pertama Masehi. Sejak
zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi
Nusantara, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari
kemenyan dan kapur baru.
Praaksara atau prasejarah merupakan
suatu kurun waktu yang terpanjang dalam sejarah umat manusia, yaitu sejak
hadirnya manusia dibumi hingga ditemukannya pengetahuan tentang tulisan atau
aksara yang menandai era sejarah. Menurut hasil penelitian ahli purbakala, diperkirakan
manusia muncul sekitar 3 juta tahun yang lalu bersamaan terjadinya proses
glasisasi atau pengesan daratan di bumi, yang disebut kala plestosen. Pada masa
itu terjadi penurunan suhu di bumi sehngga sebahagian besar daratan di kawasan
Amerika, dan Asia Eropa ,dan Asia tertutup lapisan es. Dengan kondisi alam yang
demikian menjinakkan hewan/berburu hewan dan bercocok tanam serta dengan
membuat alat-alat sederhana untuk membantu kegiatan hidupnya.
Cara masyarakat masa pra-aksara
mewariskan masa lalunya ketika tulisan belum di kenal dan di pakai oleh
masyarakat purba. Manusia menggunakan perantara bahasa untuk melakukan
pewarisan kepada pewarisannya, kepada keturunannya bahasa yang di naksudkan
adalah bahasa lisan atau bahasa tutur ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Melalui bahasa tutur inilah segala pesan gagasan atau ide serta pengalaman
hidup manusia dapat di sampaikan dan diingat oleh manusia.
Dalam mewariskan tradisi ini biasanya
yang lebih berperan adalah tokoh yang di hormati di wilayah itu, atau dari
bapak kepada anakl dan selanjunya. Pesan yang di sampaikan secara lisan
tersebut kemudian melahirkan apa yang di sebut dengan dongeng, legenda, mitos
dan folklor. Disamping dilkukan melalui gambar-gambar seperti gambar cap tangan
yang terdapat pada goa-goa.
Tradisi sejarah pada masyarakat masa
aksara batas antara jaman Pra sejarah dengan sejarah adalah semenjak di
temukannya tulisan. Semenjak di temukannya tulisan, maka pewarisan budaya di
lakukan dengan menggunakan tulisan, tulisan ini di gunakan untuk merekam dam
mewariskan masa lalu manusia. Pada awalnya bentuk tulisan yang di jumpai di
Indonesia dalam bentuk prasasti yaitu pada masa peninggalan kerajaan
Hindu-Budha maupun kerajaan islam.
Selain melalui prasasti tradisi
sejarah pada masyarakat masa aksara dapat diketahui juga melalui cerita atau
naskah babad, hikayat, lagu rakyat/daerah, upacara. Prasati adalah tulisan yang
terdapat pada batu.
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di
wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan
Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada
masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di
Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar
tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa
Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah
kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331
hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini
sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.
Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa,
seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi
budaya India, pertama oleh budaya agama Hindu dan kemudian diikuti pula oleh
agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di Srivijaya pada tahun 425 Masehi.
Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya
menguasai kepulauan Melayu melewati perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad
ke-7 hingga abad ke-9. Agama Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha
Mahayana disebarkan di pelosok kepulauan nusantara dan Palembang menjadi pusat
pembelajaran agama Buddha.
Pada masa yang sama, agama Islam
memasuki Sumatra melalui Aceh yang telah tersebar melalui hubungan dengan
pedagang Arab dan India. Pada tahun 1414 pangeran terakhir Sriwijaya,
Parameswara, memeluk agama Islam dan berhijrah ke Semenanjung Malaya dan
mendirikan Kesultanan Melaka.
Islam sebagai sebuah pemerintahan
hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk
ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai
dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang
di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani umayyah di Asia Barat sejak abad
7.
Kesultanan Islam kemudian semikin
menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan
Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra.
Dalam
perkembangan berikutnya, ketika Agama Islam masuk dan berkembang di Sumatera
Selatan, wilayah ini merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang
Darussalam.
Hubungan Bangsa Belanda dengan
Kesultanan Palembang Darussalam dimulai pada awal abad XVII M ditandai dengan
penandatanganan kontrak perdagangan komoditi lada dan timah dimana pihak
Belanda memiliki hak sepenuhnya atas perdagangan kedua komoditi tersebut sementara
untuk pengelolaan perkebunan lada dan penambangan timah dibawah pengawasan
Kesultanan Palembang Darussalam. Meskipun perjanjian mengenai hak monopoli
dagang tersebut telah ditandatangani, pihak kesultanan terkadang juga melakukan
transaksi dagang dengan pihak lain. Kenyataan ini yang memicu hubungan antara
Belanda dan Kesultanan Palembang Darussalam menjadi tidak baik.
Pada masa awal monopoli Belanda dalam
perdagangan lada dan timah di Sumatera Selatan tersebut sering terjadi
konflik-konflik di kawasan tersebut yang akhirnya mengakibatkan diserang dan
dibakarnya Keraton Kutogawang oleh pihak Belanda. Penyerangan ini menyebabkan
dipindahkannya keraton ke wilayah lain, yaitu di Beringin Janggut pada tahun
1675.
Selama terjalinnya hubungan dagang
antara Kesultanan Palembang Darussalam dengan Bangsa Eropa baik Belanda maupun
Inggris telah terjadi beberapa konflik senjata yang dikarenakan kenyataan bahwa
pihak Kesultanan Palembang Darussalam berkeberatan akan hak monopoli dagang
yang dikuasai oleh bangsa-bangsa tersebut. Puncak dari konflik tersebut adalah
penyerahan kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin II pada tahun 1823 kepada
pemerintah Hindia-Belanda.
Setelah dihapuskannya Kesultanan
Palembang Darussalam, wilayah Sumatera Selatan dijadikan daerah administrasi
Hindia-Belanda yang dipimpin oleh seorang residen. Pusat administrasi
dilokasikan di sekitar Benteng Kuto Besak, yaitu bekas Keraton Kuto Lamo. Di
lokasi ini didirikan sebuah bangunan baru yang diperuntukan sebagai kediaman
residen. Pada masa ini Benteng Kuto Besak dialihfungsikan menjadi instalasi
militer dan tempat tinggal komisaris Hindia-Belanda, pejabat pemerintahan dan
perwira militer. Pemukiman di dekat keraton yang dulunya merupakan tempat
tinggal bangsawan Kesultanan pada masa ini ditempati oleh perwira-perwira dan
pegawai Hindia-Belanda.
Budaya Palembang terpengaruh oleh
budaya Melayu, Jawa, Tionghoa dan Arab.
Bahasa sehari-hari yang dipakai di kota Palembang disebut baso Palembang
atau baso sari-sari. Bahasa ini
mengandung unsur kata bahasa Melayu dialek o seperti apo, cakmano, kemano,siapo
dengan unsur kata bahasa Jawa seperti lawang, wong, banyu dan lain-lain. Atap
rumah limas rumah adat Palembang hampir mirip dengan rumah joglo di Jawa
Tengah. Pakaian pengantin Palembang model aesan gede merupakan percampuran
budaya Melayu, Cina dan Jawa. Di Palembang ada juga wayang kulit yang mirip
dengan wayang di Jawa.
Rumah tradisional yang berasal dari
Sumsel, memiliki atap yang berbentuk limas, sehingga rumah tradisional Sumatera
Selatan ini di namakan dengan Rumah Limas. Dengan ciri khas lantai yang
bertingkat tingkat dan bagi masyarakat Sumsel disebut dengan nama Bengkilas.
Rumah tradisional Limas biasanya hanya dipergunakan untuk acara keluarga
seperti hajatan. Tamu yang datang biasanya diterima di bagian teras atau lantai
kedua.
Adapun rumah rakit merupakan sebutan
untuk rumah yang mengapung di atas Sungai Musi. Rumah ini dibangun di atas
rakit bambu sebagai pengapungnya dan menggunakan kayu sebagai dinding.
Semestara atap rumah pada awalnya terbuat dari kajang (daun nipah), namun saat
ini juga dibuat dari bahan yang lebih ringan seperti seng.
Ada beberapa seni tari yang menjadi
kekayaan seni dan budaya Sumatera Selatan diantaranya adalah Tari Madik
(Nindai, Tari Mejeng Besuko, Tari Rodat Cempako, serta Tari Tenun Songket, Tarian
Pagar Pengantin Palembang, Tari Kipas Linggau, Tari Kelindan Sumbay, Tari Putri
Bekhusek, Tari Tanggai.
Selain rumah tradisional dan tari
seperti yang tersebut di atas, Propinsi Sumsel juga memiliki beberapa lagu
daerah di antaranya adalah Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, dan
Kabile-bile
Makanan khasnya, pempek, merupakan
makanan khas Palembang yang paling populer dan sudah sangat terkenal di seluruh
Indonesia. Bahan dasar utama dari pempek adalah dari daging ikan dan sagu. Bermacam
jenis makanan pempek yang sering di jual di pasaran seperti pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek
keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang,
pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak.
Nama makanan khas lainnya dari Palembang adalah Tekwan. Tampilan masakan
yang menyerupai sup ikan ini pembuatannya menggunakan bahan dasar dari daging
ikan dan sagu kemudian dibentuk kecil - kecil hampir menyerupai bakso ikan.
Dalam penyajiannya Tekwan ditambahkan dengan kaldu udang sebagai kuah, serta
soun dan tak lupa jamur kuping sebagai pelengkap.
Makanan Otak-otak juga sangat
terkenal disamping Pempek. Pembuatan Otakotak menggunakan bahan dasar hampir
mirip dengan bahan dasar pempek yang dicocol dengan kuah santan dan kemudian
bahan ini dibungkus dengan menggunakan daun pisang, lalu dimasak dengan cara
dipanggang di atas bara api. Makanan ini biasa di sajikan dan disantap dengan
saus cabai / kacang. Dan masih banyak lagi makanan kha Palembang yang disukai.
UTS Part 1
Indri Yanti
4423107038
ada asal mula terbentuknya lagu cuk mak ilang gak ??
BalasHapusKala ago, a time when rock and sea alone are capable of storing this memory, Borneo is a flat land
BalasHapustogel online