UJIAN TENGAH SEMESTER (Part 3)
LIDYA NOVITA - 4423107048
FOLKLORE SEBAGIAN LISAN
===============================
Kesenian
Tari Khas Malang
Topeng Malang adalah sebuah kesenian kuno yang
usianya lebih tua dari keberadaan Kota Apel ini. Itulah sebabnya, kesenian ini
tak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Dalam
catatan sejarah, topeng telah dikenal semenjak zaman kerajaan tertua di Jatim
yaitu Kerajaan Gajayana (760 Masehi) yang berlokasi di sekitar kota Malang.
Tari Topeng Malang sangat khas karena merupakan
hasil perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran
(Blambangan dan Osing) sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan
dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali. Salah satu keunikannya
adalah pada model alat musik yang dipakai seperti rebab (sitar Jawa) seruling
Madura (yang mirip dengan terompet Ponorogo) dan karawitan model Blambangan.
Kota Malang pada awalnya memiliki cukup banyak
pengrajin Topeng Malang, tetapi karena semakin lama kalah bersaing dengan
budaya lain menyebabkan sebagian besar pengrajin tersebut tidak meneruskan
usahanya. Salah satu pengrajin Topeng Malang yang masih tetap meneruskan budaya
tersebut adalah Bapak Handoyo yang memiliki sanggar kesenian Asmoro Bangun.
Sanggar Asmoro Bangun terletak di Dusun Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji. Bapak
Handoyo meneruskan sanggar tersebut dari kakeknya, Mbah Karimun (Alm) sesepuh
kesenian tari topeng khas Malang yang pernah mendapat penghargaan langsung dari
mantan presiden Soeharto sebagai seniman pelestari kesenian tradisional.
Sanggar tersebut membuat Topeng Malang dan juga pentas tari tentang cerita
rakyat khususnya dari wilayah Malang. Keberadaan kesenian tari topeng di dusun
ini sekarang masih terbilang cukup mampu bertahan jika dibandingkan dengan
komunitas lain yang juga berada di wilayah gunung Kawi dan wilayah kabupaten
Malang lainnya, yang letaknya lebih ke arah atas gunung Kawi. Hal ini didukung
oleh letak geografis kawasan Kedungmonggo yang relatif mudah dijangkau oleh
konsumen kesenian tari topeng karena jaraknya dari jalan raya Malang-Kepanjen
hanya berkisar 500 meter ke arah barat.
Seiring berjalannya waktu dan ketertatihan
eksistensi budaya tradisional, kesenian ini perlahan-lahan hilang dan
berangsur-angsur tergusur oleh arus budaya modern. Hal ini salah satunya
dikarenakan kurangnya sumber sejarah yang mencatat sepak terjang kesenian ini
secara pasti, sampai pada akhirnya dilakukan pencatatan sejarah oleh Dr. Th.
Pigeaud pada tahun 1930an yang menyebutkan bahwa kesenian ini merupakan salah
satu pertunjukan tradisional populer khas Jawa yang berada di wilayah Malang.
Faktor generasi penerus menjadi faktor utama untuk melestarikan kesenian khas
Malang ini, menegaskan keeksisan tari topeng Malang lambat laun mendekati
kepunahan. Untuk mengembangkan dan tetap melestarikan salah satu “aset” daerah
yang masih dikerjakan secara tradisional tersebut banyak mengalami kendala
apalagi jika tidak ada campur tangan dari pemerintah.
Tari Topeng
adalah perlambang bagi sifat manusia, karenanya banyak model topeng yang
menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu dan
sebagainya. Bisanya tari ini ditampilkan dalam sebuah fragmentasi hikayat atau
cerita rakyat setempat tentang berbagai hal terutama bercerita tentang kisah2
panji.
Meskipun sampai sekarang tarian Malangan masih
bertahan dan memiliki padepokan di daerah Pakisaji, kabupaten Malang, namun
perkembangan budaya modern telah mampu membuat masyarakat kota Malang menjadi
‘amnesia’ dengan tari tradisional khas Malang ini. Sehingga banyak sekali model
tarian Malangan yang sudah dilewatkan begitu saja dan tidak banyak masyarakat
yang tahu keberadaannya.
Padahal, seni tarian khas Malang adalah warisan
leluhur yang memiliki nilai budaya tidak ternilai, dan tentu sudah selayaknya
dilestarikan masyarakat. Sayangnya, jangankan masyarakat umum, pemerintah
daerah (pemda) pun terkesan tidak ikut peduli akan nasib seni tari tradisional
yang semakin hari tidak populer lagi di mata masyarakat.
Anehnya, banyak warga asing, terutama turis
mancanegara malah lebih tertarik dan merasa senang dengan tarian tradisional
yang lahir dan berkembang di wilayah Malang Raya tersebut. Buktinya, kadang
para bule harus menyewa penari khusus untuk menampilkan pada panggung
pertunjukkan sendiri disebuah gedung khusus yang disewa sendiri. Sehingga dapat
disebut jika orang asing lebih peduli akan nasib Tari Topeng Malangan.
Di sinilah kontradiksi tercipta. Masyarakat Malang
yang memiliki kebudayaan sendiri malah terlihat kurang peduli dengan kekayaan
seni, sementara orang asing lebih apresiatif dengan kekayaan budaya masyarakat
Indonesia. Karena itu, jangan salahkan jika suatu saat Tarian Topeng Malangan
itu bisa lenyap karena masyarakat lokal tidak lagi peduli akan keberadaannya.
Sebagai generasi penerus bangsa, kita perlu turut
proaktif ikut menjaga tarian khas Malang itu supaya tidak punah. Kita tidak
perlu merasa malu disebut sebagai orang kuno dan ketinggalan zaman jika senang
dan peduli ikut melestarikan Tari Topeng Malangan agar tidak punah. Meskipun
tidak harus menjadi penarinya langsung, setidaknya kita dapat berbuat ikut
mempromosikan rasa kebanggaan bahwa kota Malang memiliki tarian khas sendiri
yang harus dijaga keberadaannya.
Karena hal itu adalah tugas mulia dan tidak
sembarang orang mau melakukannya. Sehingga dengan menjaga warisan budaya
leluhur, kita sama saja menjaga harta tidak ternilai harganya, dan mewariskan
budaya agung kepada anak cucu kita. Dengan harapan Tari Topeng Malangan bisa
terus eksis dan berhasil bertahan menjadi ikon wilayah Malang Raya.
Sampai saat ini Tari Topeng masih bertahan dan
masih memiliki sesepuh yaitu Mbah Karimun yang tidak hanya memiliki
keterampilan memainkan tari ini namun juga menciptakan model2 topeng dan
menceritakan kembali hikayat yang sudah berumur ratusan tahun. Sayang sekali
Mbah Karimun tidak memiliki penerus yang dapat menggantikan dirinya
melestarikan kesenian khas daerah Malang ini. Dengan demikian walaupun masih
bertahan namun Tari Topeng sudah mendekati kepunahan walaupun masih tetap
mengikuti event2 penting kesenian tradisional tingkat nasional.
Tari topeng Malang mempunyai ciri khas sendiri bila
dibandingkan dengan tari dari daerah lain, pertama terletak pada bentuk
topengnya. Bentuk topeng Malang adalah gabungan antara bentuk manusia dan
bentuk wayang. Ciri khas lain yang nampak pada tari topeng Malang adalah arah
gerak yang cenderung tidak pada satu bidang frontal, walaupun kedua kaki
terbuka ke luar akan terjadi persilangan garis arah, di mana kaki kanan agak ke
depan sementara kaki kiri lebih banyak menumpu beban berat tubuh. kaki kanan
agak dibebaskan dalam menumpu berat tubuh karena harus mengerakan gongseng yang
dipasang di pergelangan kaki penari. Genta atau gongseng ini berfungsi untuk
mengatur irama gerak dan juga lebih menghidupkan tarian. Tokoh tokoh tari
topeng Malang ini ada kemiripan dengan tokoh topeng gaya cirebon, misalnya ada
tokoh, klono,dan panji, tapi untuk gerakan jelas berbeda.
Dalam menari topeng diperlukan keseimbangan tubuh
yang luar biasa. dengan pandangan yang terbatas dan harus membawakan gerak tari
yang energik. Banyak gerakan tari topeng Malang yang harus mengangkat kaki
kanan, sehingga kaki kiri menyangga tubuh secara penuh. Sebagai penari topeng
kita dituntut untuk bisa menghidupkan topeng yang kita pakai yang sesuai dengan
masing-masing karakternya. Di Malang ada beberapa tempat tari topeng berkembang
dan masing masing mempunyai ciri khas yang berbeda. Misalnya gaya Kedungmonggo
Pakisaji, Jambuwer, dan Glagahdowo.
Dengan keahliannya membuat topeng juga telah
menyediakan lapangan pekerjaan bagi puluhan perajin topeng. Dipasarkan sebagai
souvenir di tempat2 wisata dan galeri2 seni dengan harga yang cukup terjangkau.
Perhatian dan dukungan yang lebih kongkret perlu diberikan oleh Pemda dan
instansi2 terkait untuk mempopulerkan kembali kesenian khas Malang ini di
masyarakat.
“Sebenarnya, apa ya yang membuat tarian ini
menarik?!”, kata-kata itu pasti akan bermunculan pada remaja masa kini. Ya,
tentu saja pertanyaan itu akan mereka ajukan, karena pada sisi lain mereka sama
sekali tak mengerti cirri khas serta kaindahan dari tarian ini. Tapi, sebagian
remaja yang mengaku bahwa dirinya adalah Pecinta Budaya pasti dengan tegas
dapat menjawab pertanyaan ini. Tentu saja, kemenarikan tarian ini tumbuh dari
kemolekan gerakan, keluwesan penari dalam pembawaannya serta satu hal lagi yang
tak akan lepas, yaitu penggunaan costum. “Bagaimana bisa penggunaan costum
berpengaruh besar dalam kemenarikannya?”, itukah pertanyaan selanjutnya yang
akan disampaikan. Ehm, tentu saja penggunaan costum dalam hal ini dapat
berpengaruh besar. Karena suatu tarian tak akan terlihat indah dan menarik
apabila costum yang digunakan tak berhubungan dengan inti pada gerakan tarian.
Selain itu, para penari Tari Topeng Malang akan menggunakan Topeng khas Malang
sebagai pelengkap serta pemanis dalam pertunjukannya.
Konon Tari Topeng diciptakan oleh Airlangga yakni
putra dari Darmawangsa Beguh di kerajaan Kediri.Ia kemudian menyebarkan seni
tari itu sampai ke Kerajaan Singosari yang di pimpin oleh Ken Arok. Raja
Singosari itu kemudian menggunakan tari topeng untuk upacara adat, drama tari
yang terdiri dari kisah Ramayana, Mahabarata, dan Panji. Selain itu, tari
topeng juga digunakan untuk penghormatan pada para tamu dan ritual memuja arwah
nenek moyang.
Kemudian pada awal penyebaran agama Islam di
Indonesia, para Wali Songo mencoba memperbaiki tari topeng agar dapat
disesuaikan dengan aturan agama Islam.
Diantaranya adalah dengan merubah tata busana tari
topeng menjadi lebih sopan dan mengganti bahan alat musik tari topeng. Tujuan
penggantian bahan gamelan Tari Topeng menjadi kuningan adalah untuk memperkeras
alunan musik tari tersebut.
Karena dengan alunan yang keras, banyak rakyat yang
akan datang ke tempat tarian itu. Dan para Wali Songo dapat menyebarkan agama
islam di tempat itu. Pada saat zaman penjajahan, Tari Topeng sudah hampir
punah, hanya pejabat tinggi atau pemerintah Kolonial belanda saja yang mengerti
tentang Tari Topeng.
Tetapi ada seorang pelayan belanda bernama Panji
Reni yang ditugaskan mencuci topeng, Ia kemudian tertarik untuk mempelajari
tari tersebut. Akhirnya, ia mencoba membuat topeng di Polowijen, Blimbing dan
ternyata hasilnya sangat memuaskan. Kemudian, ayah Pak karimun (Ki Man) juga
mempelajari tari Topeng tersebut dan mancoba membuat topeng di Kedung Monggo,
kecamatan Pakisaji, Malang.
Dan pada tahun 1993, ( alm ) Pak karimun belajar
mencari topeng bersama ayahnya. Dan akhirnya beliau menjadi pengrajin topeng
serta pendiri Sanggar Tari ASMOROBANGUN. Sekarang Sanggar Tari tersebut di
kelola masyarakat sekitar dan yang memimpin adalah Bpk. Jumadi yang sampai sekarang
eksis di dunia Seni khususnya Topeng Malangan.
Menurut salah satu sumber yang pernah ada awal
kemunculannya, tarian ini banyak diminati oleh kalangan remaja, namun entah
kenapa akhir-akhir ini mulai ditinggalkan. Tapi diadakannya Festival Malang
Kembali yang telah terlaksana sebanyak empat kali ini telah mulai membuktikan
bahwa Tari Topeng Malang ini tak akan pernah luntur dari masyarakat Kota
Malang.
Sang
Maestro Topeng Malangan:
Nama
: Mbah Gimoen (Mbah Karimun)
Tempat
/ Tgl lahir : Malang, 1924
Beliau belajar dan berkecimpung dalam dunia seni
drama tari topeng malang dari tahun 1939 sampai sekarang, menurut beliau pada
waktu itu drama tari topeng tidak hanya sebagai seni pertunjukan saja tetapi
juga sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dan
masyarakat pada waktu itu juga sangat peduli dan benar-benar menghargai seni
pertunjukan drama tari topeng. Wujud dari kepedulian mereka adalah dengan
mengundang dan mendatangkan rombongan kesenian drama tari topeng pada acara acara
hajatan misalnya manten, sunatan, entas-entas orang tengger (selamatan untuk
yang sudah meninggal / kirim doa) dll. Mbah Gimun adalah pemeran tetap karakter
tokoh topeng Kelono (Raja Sabrang) dan sampai sekarang pula tari Kelono pula
yang selalu diajarkan pada anak didiknya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar