Selasa, 29 Maret 2011

Perkembangan Seni kreatif Iklan di Nusantara

Nama Kelompok 
  1. Abdul Aziz Muslim
  2. Tezar Arief
  3. Pugo Suryaditama
  4. Putra Tegar

Iklan ataudalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor.  Pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas,relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan. Iklan tulis mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno. Ketika itu, iklan berisi mengenai budak-budak yang melarikan diri dari tuannya atau mengenai penyelenggaraan pertandingan Gladiator, pada masa ini iklan hanyalah berupa surat edaran. Beberapa waktu kemudian barulah muncul metode periklanan yang ditulis dengan tangan dan dengan kertas yang lebih besar di Inggris. Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648. Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di surat kabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan majalah pertama muncul dalam majalah Harper  tahun 1864 Iklan pertama kali diperkenalkan di nusantara oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda periode 1619 - 1629 Jan Peterzoon Coen. J.P. Coen juga adalah penerbit Bataviasche Nouvelle , surat kabar pertama di Indonesia yang terbit tahun 1744, satu abad setelah J.P. Coen meninggal. 
Seni Kreatif iklan tergolong dalam ekonomi kreatif. Sejak tiga tahun terakhir istilah “ekonomi kreatif” atau “industri kreatif” mulai marak. Utamanya sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut pentingnya pengembangan ekonomi kreatif bagi masa depan ekonomi Indonesia. Ajakan Presiden agar kita mulai memperhatikan ekonomi kreatif yang memadukan ide, seni dan teknologi memang cukup beralasan, mengingat ekonomi kreatif merupakan tuntutan perkembangan dunia di abad ke-21 ini.
Di beberapa negara, ekonomi kreatif memainkan peran signifikan. Di Inggris, yang pelopor pengembangan ekonomi kreatif, industri itu tumbuh rata-rata 9% per tahun, dan jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara itu yang 2%-3%.

industri kreatif adalah berbasis kreativitas, keterampilan, dan talenta yang memiliki potensi peningkatan kesejahteraan serta penciptaan lapangan kerja dengan menciptakan dan mengeksploitasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Ekonomi kreatif punyai 14 subsektor industri, yaitu periklanan salah satunya, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, video/film/animasi/fotografi, game, musik, seni pertunjukan (showbiz), penerbitan/percetakan, software, televisi/radio (broadcasting), dan riset & pengembangan (R&D). 

SENI KREATIF PERIKLANAN

Periklanan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.
hadirnya para pakar pemasaran maka perkembangan biro iklan di Indonesia juga sangat ditentukan oleh meningkatnya kualitas pelayanan perencanaan dan pemesanan Media.
Peningkatan ini tidak lepas dari perkembangan industri media yang telah berlangsung sejak dua dekade ini. Tumbuhnya pemancar komersial di segenap penjuru tanah air, masing-masing dengan gaya dan cara pendekatan yang berbeda. Terbitnya puluhan majalah-majalah baru mulai dari yang bersifat umum hingga majalah yang khusus bicara soal rambut, mobil, konstruksi dan komputer. Terbitnya surat kabar yang berdomisili di ibu kota negara, ibu kota propinsi atau ibu kota kabupaten, masing-masing dengan garapan berita yang beda ruang lingkupnya.
Adanya pilihan yang diberikan oleh industri media dan tantangan untuk menemukan rancangan media yang efektif dan terjangkau oleh biaya periklanan yang disediakan oleh perusahaan pemakai jasa iklan, serta riset dan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan yang khusus bergerak dalam bidang jasa riset telah ikut memberikan masukan yang sangat menunjang kualitas pelayanan jasa perencanaan media. Fakta ini telah memberi warna khusus bagi kegiatan periklanan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan secara tepat arah dan terukur.
Pelayanan jasa kreatif merupakan bagian akhir dari mata rantai proses terciptanya sebuah iklan sebelum disalurkan ke Media. Karena kegiatan dan proses kreatif memberikan wujud bagi sebuah iklan atau pesan maka sering orang mengira bahwa lahirnya iklan ada di tangan seniman. Pandangan keliru ini telah banyak mendorong banyak seniman yang mendirikan biro iklan dan dalam perkembangan selanjutnya lebih sering mengalami kegagalan.
Dibandingkan dengan peran sektor pemasaran dan sektor media, maka peran sektor kreatif masih jauh tertinggal. Sikap dan wawasan yang berkembang di antara para praktisi di sektor kreatif bila kita amati secara objektif masih terpaku pada kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang sederhana dan sempit. Sebagian besar dari iklan-iklan yang kita temui di media masih berputar-putar di sekitar penonjolan  ‘Product/Consumer benefit’  yang ditampilkan apa adanya. Cara lain yang paling mudah dilakukan adalah dengan menciptakan iklan dengan memanfaatkan strategi Before-After, Sebelum makan obat dan sesudah makan obat. Sikap bangsa Indonesia yang paternalistik sering disalahartikan dengan menerapkan strategi testimonial orang-orang yang terkenal. Kehadiran perusahaan periklanan Internasional di Indonesia sedikit banyak telah memperkenalkan praktek-praktek kreatif yar.g sedikit lebih maju. Format-format pengembangan kreatif yang telah teruji mulai diperkenalkan kepada para pakar bidang kreatif.
Salah satu hambatan yang paling besar adalah keterbatasan bahasa Indonesia untuk mendukung ungkapan-ungkapan yang menarik. Salah satu manfaat yang paling berarti dengan kehadiran perusahaan Internasional adalah format yang mampu mempertemukan orang kreatif dan orang pemasaran dan orang-orang Media dalam satu meja yang membicarakan pemecahan-pemecahan terbaik dalam penyampaian pesan iklan. Oleh karena itu kami, orang-orang yang bekerja di sektor kreatif kini harus memahami makna strategi pemasaran, pangsa pasar, membaca hasil riset kualitatif dan mempelajari demografi. Dengan modal pengetahuan di bidang pemasaran dan prinsip-prinsip Media maka sebelum kita mampu menciptakan iklan yang menarik perhatian khalayak pengamat maka setidak-tidaknya kita sudah menciptakan iklan yang benar dan terarah. Bila pintu Creative Department sebuah biro iklan dibukakan bagi anda maka di sana kita akan bertemu dengan banyak orang yang menyandang berbagai fungsi yang berbeda. Ada Creative Director yang menggariskan konsep isi pesan dan strategi penyampaiannya. Ada Art Director yang menggariskan konsep visual dan naskah, ada visualiser yang mengungkapkan gagasan terwujud berbentuk visual, ada copy writer yang menyusun naskah, ada paste up artist yang merampungkan gambar kerja siap cetak/separasi, ada photographer, ada typographer, ada jingle writer/composer/arranger. Semua orang-orang ini memberikan sumbangannya bagi terciptanya sebuah iklan. 
Skenario yang berkembang di sebuah Creative Department pada saat ini menunjukkan kuatnya posisi Creative dan Art Director. Situasi ini banyak disebabkan adanya kesenjangan antara tokoh yang menduduki kedua jabatan itu dan tokoh-tokoh lain yang melanjutkan pekerjaan mereka.
Kurang tingginya kualitas tenaga kreatif di bidang periklanan dewasa ini banyak disebabkan oleh tidak adanya pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga spesialis periklanan. Pendidikan Commercial Art yang diselenggarakan di luar negeri merupakan tempat ditempatnya para tenaga kreatif yang akan bekerja di bidang periklanan.
Sedangkan pendidikan di sini lebih mengarah kepada pendidikan desain grafis yang lebih menekankan faktor estetik atau pendidikan komunikasi visual yang mempelajari secara luas pemecahan visual masalah komunikasi.
Masih rendahnya kualitas tenaga kreatif dalam biro iklan di Indonesia dewasa ini telah membawa pada praktek pembuatan iklan yang melanggar kode etik maupun standar nilai yang dihormati masyarakat.
Salah satu perkembangan yang menarik akhir-akhir ini adalah keterlibatan biro iklan pada perencanaan kampanye non-komersial. Program keluarga berencana kini diselenggarakan dengan pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada marketing.
Istilah ‘Social Marketing’ kini menjadi kawasan baru para pakar periklanan yang menerjuni kegiatan periklanan non-komersial yang tidak kurang pentingnya bagi Indonesia dewasa ini.
Jika disimpulkan dalam pembahasan ini maka ada satu kata yang sangat sering disebutkan yaitu ‘marketing’. Mulai dari standard marketing, global marketing dan social marketing.
Sehingga kalau kita ingin melihat wajah biro iklan di Indonesia maka salah satu ukuran yang bisa kita pakai adalah sampai di mana mereka terlibat atau berkemampuan dalam memecahkan problem komunikasi dalam kegiatan marketing.
 PERKEMBANGAN IKLAN CETAK DAN MAJALAH
 Sejalan dengan hal di atas, teknologi percetakan juga mengalami perkembangan. Hal tersebut ditandai oleh penggunaan klise dari bahan logam, seperti timah, kuningan, tembaga, karet, serta bahan ‘nylon print’ kemudian banyak dipergunakan oleh percetakan besar, di antaranya percetakan Albrecht & Co di Batavia. Kemajuan teknologi percetakan dan usaha penerbitan, meningkatkan pula kreativitas para perancang grafis iklan surat kabar, majalah dan ilustrasi perbukuan. 

Perkembangan desain grafis memperlihatkan kemajuan teknik maupun gaya visual yang lebih modern pada awal abad ke-20. Hal tersebut dapat dicermati pada pelbagai perkembangan poster film, pengumuman, iklan, kemasan maupun karya cetak lainnya,

Mesin Cetak Web Offset
Kurang lebih dua dekade setelah kemerdekaan, teknologi percetakan di Indonesia baru meningkat dengan hadirnya mesin cetak web offset,  yang dipergunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1969 untuk mencetak koran Harian Merdeka. Tetapi rintisan sebelumnya dengan menggunakan teknologi cetak tinggi (Rotasi Duplex) sejak tahun 1950-an dan merupakan bukti bahwa terapan proses produksi grafis modern telah dimulai. 







Gambar <1>  Mesin cetak merk ‘Faber & Schleider’ yang diduga diimpor pertama kali di wilayah Hindia Belanda di abad ke-19; <2> Beberapa media cetak yang terbit di paruh kedua abad ke-19 hingga tahun 1920-an.

Dunia periklanan sebagai bagian dari ajang bisnis besar, merupakan wilayah yang paling subur dan potensial bagi pengembangan profesi desain grafis. Mengingat kebutuhan yang tinggi di masyarakat akan profesi ini, maka profesi desain grafis mengalami berbagai percepatan kemajuan dan perluasan usaha. Terutama ketika penggunaan komputer grafis semakin populer di masyarakat pada awal tahun 1990-an. Alternatif pembuatan desain iklan maupun karya grafis semakin menunjukkan kualitas cetak yang meningkat. Gaya visual yang diadopsi oleh iklan dan karya grafispun semakin beragam dan lebih bersifat multi-kultural dan lintas gaya yang berkembang di berbagai belahan dunia.


Fenomena tersebut dapat diamati pada pelbagai jenis iklan cetak yang memenangkan Citra Pariwara sejak tahun 1988 hingga tahun 1996. 






Gambar . (a) Sejumlah karya iklan di tahun 1980-an sebagai nominator pemenang penghargaan iklan terbaik ‘Citra Pariwara’ dengan sejumlah gaya visual Pop-Modern (b & c) dua buah iklan dalam majalah Trolley yang terbit akhir dekade 1990-an dengan gaya visual Posmodern.


 SUMBER

  • Buku ”Simposium Disain Grafis” Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Indonesia- Yogyakarta, dalam rangka Purna Bakti drs. R. Soetopo sebagai tenaga pengajar Fakultas Seni Rupa dan Disain.
  • http://desaingrafisindonesia.wordpress.com
  • http://dgi-indonesia.com
  • http://aseli-boeatan-indonesia.blogspot.com
  • http://Wikipedia.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar