Madito M.
Edwina Y.
Tiara O.
Desviana I.
MUSIK
Musik adalah bagian dari seni yang menggunakan bunyi-bunyian untuk medianya. Musik ini di pengaruhi oleh unsur-unsur pendukungya seperti lokasi,budaya dan juga masyarakat pendukung. Kosasih (1982:1) berpendapat bahwa: Musik merupakan tempat dimana manusia dapat mencurahkan perasaan hati, tempat melukiskan getaran jiwa khayal yang timbul dalam pikiran yang mana tak dapat di cetuskan dengan perantaraan kata-kata, perbuatan atau dengan perantaraaan salah satu bidang seni lain. Selain itu musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK INDONESIA
Prasejarah Musik Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu ternyata perkembangan musik Indonesia sudah ada, sehingga musik itu dikatakan telah melampaui batas bahasa, kebudayaan bahkan agama. Bagi orang barat, India sering disamakan dengan Indonesia. Mereka menyebut India dengan Indie (Nedherland-Oost) yang maksudnya Indonesia. Anggapan semacam itu mengakibatkan kekayaan alat seni maupun kesenian di Indonesia tidak diperhitungkan oleh bangsa lain, terutama waktu penjajahan Belanda masih bercokol di bumi Indonesia. Khasanah seni di Indonesia adalah sangat kaya dan bermutu tinggi dan dapat disejajarkan dengan seni klasik di negeri yang berkembang.
A. Jaman Prasejarah (sebelum abad 1 Masehi)
Ternyata prasejarah Indonesia belum banyak diteliti dengan kata lain diselidiki oleh para arkeolog , sejarawan atau yang lain. Padahal justru waktu antara tahun kira-kira 2500 Sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi menemukan perkembangan kebudayaan termasuk musik sampai saat ini. Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis buku Geschichte der Musik 1 dari Munchen, Germany), pada jaman Mesolitikum kira-kira tahun 5000 Sebelum Masehi di Asia Tenggara terdapat 3 ras besar: orang Australide (penduduk asli), orang Melanesia (berasal dari Asia Tengah) dan orang Negrito (mungkin dari India). Lapisan bawah ini di tumpangi lapisan baru dengan dua arus imigrasi besar :
1. Imigrasi Pra-Melayu.
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara. Dalam perjalanannya mereka mengutip juga unsur dari Kaukasus dan Mongolia. Mereka membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan lading. Terutama di Annam (Cina Selatan) mereka memperkenalkan semacam lagu pantun dimana putra dan putri bernyanyi dengan cara sahut menyahut.
Mereka memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri dari 6 batang bambu yang ditiup bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini dikenal pula di CinaSheng dan di Kalimantan dengan nama Kledi. nama Alat ini hanya merupakan salah satu alat dari sejumlah besar alat musik bambu yang sampai sekarang terdapat di Asia Tenggara. Sejumlah batang bambu dengan ukuran yang berbeda-beda di tanam di tanah. Tiupan angin menimbulkan bunyi bagaikan Kledi raksasa yang cukup indah (terdapat di Bali sampai sekarang). Alat musik bambu lain seperti suling, angklung dan lain sebagainya. Telah mengalami suatu proses perkembangan pada waktu kemudian. Seperti xylofonAsia Tenggara dalam bentuk berbeda-beda: sebagai’tatung’ di Annam, ‘rangnat’ di Kamboja, ‘ranat’ di Thailand, ‘pattalar’ di Birma, ‘gambang’ di Jawa, ‘kolintang’ di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon malah diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika pada abad 5 Masehi. yang tersebar diseluruh
2. Imigrasi Proto-Melayu
Menurut para ahli sejarah pad jaman perunggu terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia di sekitar abad 4 Sebelum Masehi berpangkal dari suatu daerah Cina Selatan Annam. Menurut R. von Heine-Geldern perpindahan suku-suku dari daerah tersebut lewat Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia ke Indonesia dan berjalan terus ke Filipina, Melanesia dan Polynesia. Hal ini dibuktikan pula oleh P. Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang menemukan bahwa para penduduk Indonesia, Melanesia dan Polynesia berdasarkan satu bahasa yang sama (yang memang kemudian berkembang sendiri-sendiri). Teori ini pada jaman sekarang didukung oleh hampir semua ahli sejarah. bernama
Karena ini terjadi pada zaman perunggu maka kedatangan mereka mempengaruhi juga kebudayaan musik.
Diperkirakan bahwa gong-gong pertama berasal pula dari Asia Selatan, karena di dekat Annam, pada tahun 1930-an ditemukan banyak sekali alat dari perunggu, sehingga terbukti bahwa dari sinilah kebudayaan perunggu tersebar tidak hanya ke Indonesia tetapi ke seluruh Asia Tenggara. Maka kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini berlangsung dari abad 7-1 Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada abad 3-2 Sebelum Masehi. Bagaimana dengan musik dalam kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-apa tentang musik mereka. Diperkirakan bahwa gong mereka berukuran besar, maka musiknya berat. Menurut ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh kelompok Proto-Melayu. Menurut Alec Robertson dan Denis StevensPelog mula-mula tersebar di seluruh Asia Tenggara, namun kemudian terutama dipelihara di Jawa dan Bali. Karena tidak ada catatan maka tidak dapat diketahui teori musik yang melatarbelakangi tangga nada yang unik ini. tangga nada
Gong-gong yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa. Rupa-rupanya mula-mula dipakai untuk upacara mendatangkan hujan secara magig (mistik). ternyata ditemukan dalam penggalian dipengaruhi dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia waktu itu tidak terdapat kebudayaan sendiri, tetapi terjadilah suatu perkembangan : benda-benda dari perunggu dan besi yang masuk “kasalisator”: meski sebelumnya di Indonesia diperkirakan tidak ada perunggu (timah dan kuningan), namun kemudian terbukti bahwa orang Jawa waktu abad-abad pertama Masehi menjadi ahli dalam hal mengolah logam, terutama perunggu.
Fungsi Musik Nusantara
Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi.
Sarana upacara budaya (ritual)
Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.
Sarana Hiburan
Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondongmendatangi tempat pertunjukan untuk menonton.
Sarana Ekspresi Diri
Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.
Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja.
Pengiring Tarian
Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi olehmusik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya.
Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media ekspresi dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber penghasilan. Mereka merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
RAGAM MUSIK INDONESIA
Indonesia memiliki ragam musik yang kaya dan beragam. Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisional, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.Berikut penjelasan tentang ragam musik yang berkembang di Indonesia.
Musik daerah (musik tradisional)
Musik daerah atau musik tradisional adalah musik-musik yang lahir dan berkembang dari daerah-daerah yang berada di seluruh negara Indonesia. Musik ini memiliki ciri khas, ciri khas dari musik tradisional ini terletak pada isi lagu dan instrument (alat musik) yang di gunakan untuk mengiringi lagu tersebut. Selain itu musik tradisional memiliki karakteristik masing-masing, yaitu syair dan melodi lagu menggunakan bahasa , gaya berbicara,dan alat musik daerah setempat. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan jumlah pulau. Dari sekian banyak pulau beserta masyarakatnya tersebut lahir,tumbuh dan berkembang seni musik tradisional yang menggambarkan identitas (jati diri),media ekspresi, dan kebudayaan dari masyarakat pendukung daerah setempat.
Hampir di seluruh wilayah Indonesia memiliki seni musik daerah atau tradisional yang khas. Ke -khasan dan keunikan tersebut dapat kita lihat dari teknik permainannya,penyajian musiknya maupun bentuk dari instrument musiknya. Hampir seluruh seni tradisional di Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat di kenali karakter khas dari orang atau masyarakat Indonesia, yaitu bangsa yang ramah dan sopan. Tapi pada masa sekarang semangat kedaerahan mulai meluntur, tradisi,nilai-nilai budaya dan kebersamaan sudah mulai terkikis dan seni daerah dan tradisional pun sudah mulai menghilang. Begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik atau instrumen perkusi, petik dan juga gesek.
Instrumen musik perkusi
Perkusi adalah nama atau sebutan bagi semua instrument (alat musik) yang cara atau teknik permainannya dengan cara di pukul. Memukul instrument perkusi ini dapat menggunakan tangan atau stik (batang atau alat pemukul). Dalam hal ini banyak sekali alat musik yang tergolong dalam instrument perkusi, alat musik tersebut diantaranya adalah: gamelan, arumba, kendang, kolintang, tifa, talempong, rebana, bedug, jimbe dan masih banyak lagi yang lainnya.
Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Logam tersebut di bentuk sehingga menghasilkan bunyi-bunyian yang indah. Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, Di Yogyakarta, Jawa Timur juga dari Jawa Barat. Di Jawa Barat, gamelan biasa disebut dengan degung dan di daerah Bali disebut gamelan Bali. Satu perangkat lengkap gamelan terdiri dari instrument saron, demung, goong, kenong, slenthem, boning dan beberapa instrument pelengkap lainnya. Gamelan ini memiliki jenis nada pentatonis.
Talempong adalah seni musik tradisi khas dari Minangkabau (Sumatera Barat). Talempong adalah alat musik yang memiliki nada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)
Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang berasal dari daerah Minahasa (Sulawesi utara). Kolintang mempunyai tangga nada diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis, dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat alat musi kolintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat musik kolintang ini adalah dengan cara dipukul menggunakan stik (alat pemukul).
Arumba adalah singkatan dari alunan rumput bamboo. Arumba ini berasal dari daerah Jawa Barat. Alat musik arumba ini adalah alat musik yang terbuat dari bahan dasar bamboo yang dimainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonic, namun dalam perkembangannya kini arumba menggunakan tangga nada diatonic. Instrumen ini harus dimainkan secara ramai dan bersama agar dapat menghasilkan suara yang indah.
Kendang adalah Jenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan dan rangkanya dari kayu. Kendang atau gendang dapat sangat banyak di jumpai di seluruh wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang memiliki peranan penting dalam mengiringi tarian jaipong khas jawa barat. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta, dan jawa Timur, kendang selalu digunakan dalam mengiringi permainan gamelan baik untuk mengiringi tarian,pementasan wayang ataupun ketoprak.
Tifa adalah alat musik perkusi yang jenisnya sama dengan kendang. Alat musik ini dapat dijumpai di daerah Papua, Maluku, dan daerah Nias.
Rebana adalah jenis gendang yang ukurannya bervariasi dari yang kecil hingga yang besar. Rebana adalah alat musik yang biasa digunakan dalam kesenian yang berbau Islam. Alat musik Rebana dapat di jumpai di sebagian daerah di wilayah Indonesia.
Instrumen Musik Petik
Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor). Kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai atau senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
Sampek (sampe atau sapek) adalah alat musik petik yang bentuknya menyerupai gitar. Alat musik ini berasal dari daerah Kalimantan. Alat musik Sampek ini terbuat dari bahan dasar kayu yang di penuhi dengan ornament atau ukiran yang indah di sekelilingnya. Alat musi yang jenis dan bentuknya hampir sama dengan sampek ini adalah Hapetan dari daerah tapanuli dan jungga dari daerah Sulawesi Selatan
Instrumen Musik Gesek
Instrumen musik gesek adalah alat musik yang cara memainkannya di gesek. Instrument musik tradisional yang menggunakan teknik permainan di gesek diantaranya adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jakarta (dalam kesenian betawi). Alat musik Rebab terbuat dari bahan dasar kayu dan resonatornya ditutupi dengan kulit tipis. Alat musik ini memiliki dua buah senar atau dawai dan memiliki tangga nada jenis pentatonic. Alat musik daerah lainnya yang memiliki bentuk menyerupai rebab adalah Ohyan, yang resinatornya terbuat dari tempurung batok kelapa. Rebab jenis ini banyak di jumpai di daerah Bali, jawa, dan Kalimantan Selatan.
Instrumen Musik Tiup
Suling adalah alat musik yang cara memainkannya ditiup. Suling adalah instrument musik tiup yang terbuat dari bahan bamboo. Hampir di semua daerah di Indonesia memiliki alat musik jenis ini.
Saluang adalah alat musik tiup yang berasal dari daerah Sumatera barat, selain itu alat musik tiup serunai juga dapat ditemui di daerah Sumatera Utara dan Kalimantan. Alat musik tiup lainnya adalah Suling Lembang yang berasal dari daerah toraja. Suling ini memiliki panjang sekitar 40-100 cm dengan garis tengah atau diameter 2 cm.
Tarompet, serompet atau selompret adalah jenis instrumen musik tiup yang memiliki 4 sampai 6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisional yang menggunakan jenis alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa barat, jawa timur, Madura dan papua.
Musik Keroncong
Secara umum, musik keroncong memiliki harmoni musik dan improvisasi yang sangat terbatas. Umumnya lagu- lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang di selingi dengan permainan alat musik.
Musik Dangdut
Musik dangdut ini tercipta dari perpaduan antara musik asal india dengan musik Melayu. Musik dangdut ini berkembang dan menampilkan ciri dan kekhasannya yang berbeda dari musik akarnya. Ciri khas dari musik jenis ini terletak pada hentak pukulan alat musik tabla (sejenis alat perkusi yang menghasilkan bunyi Ndut). Irama dari musik dangdut ini ringan, sehingga mendorong para penyanyi dan pendengarnya untuk bergoyang menggerakan anggota badannya. Sebagian orang memang menganggap musik dangdut sebagai musik rendahan tetapi nyatanya sampai sekarang musik dangdut masih tetap bertahan.Lagu dan liriknya pun mudah dicerna sehingga cukup mudah diterima di berbagai kalangan masyarakat.
Musik Perjuangan
Musik ini terlahir karena kondisi masyarakat Indonesia yang sangat sulit pada masa dijajah oleh bangsa asing. Dengan menggunakan musik perjuangan, para pejuang membakar semangat persatuan dan perjuangan untuk melawan para penjajah. Syair-syair yang digunakan dalam lagu perjuangan berisi ajakan untuk berjuang dan ajakan untuk rela berkorban demi merdekanya tanah air Indinesia. Irama dan nada dari lagu jenis ini dibuat dengan tempo cepat dan bersemangat serta dibagian akhir lagu diakhiri dengan semarak.
Pada masa pemerintah Jepang, para seniman memperoleh sedikit kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan rasa patriotismenya. Pada masa inilah lagu kebangsaan Indonesia Raya mulai dapat dinyanyikan secara utuh sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Selain itu ada pula lagu-lagu yang ditulis untuk menggambarkan keindahan tanah air Indonesia serta kecintaan terhadap bangsa, Negara, dan tanah air Indonesia. Sebagai contoh beberapa lagu yang diciptakan oleh Ismail Marzuki, diantaranya “Rayuan Pulau Kelapa”, “Indonesia Pusaka”, dan lain sebagainya.
Musik Populer (pop)
Musik pop merupakan musik masa kini (musik modern). Musik pop ini memiliki ciri khas musik yang bebas. Di samping itu ciri dari musik pop adalah penggunaan ritme yang bebas dan luas serta mengutamakan permainan drum, gitar, dan bas. Komposisi melodi dari musik pop mudah dicerna. Biasanya para muisi pop ini sering menambahkan variasi gaya sendiri, yang beraneka ragam demi menambah daya tarik dan penghayatan dari pendengar atau penonton. Musik pop saat ini diminati oleh berbagai kalangan. Saat ini semakin banyak band-band baru yang bermunculan. Mereka mengusung jenis lagu pop masing-masing. Band - band ini menambah semarak perkembangan musik pop di Indonesia. Musik pop dibedakan menjadi musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.
Dengan semakin berkembangnya musik di tanah air ini, besar harapan semoga para pekerja musik di tanah air ini tetap mempertahankan budaya yang ada. Sehingga musik – musik daerah tetap bisa bertahan.
Berikut alat-alat musik yang hanya dijumpai di Indonesia :
- Angklung
- Bedug
- Calung
- Demung
- Gong
- Gong gedhe
- Gong kebyar
- Kendang
- Saron
- Gendang Karo
- Gendrum
- Kacapi
- Ketipung
- Kolintang
- Pereret Pengasih-asih
- Rebab
- Rebana
- Saluang
- Sasando
- Slenthem
- Talempong
- Tambo
- Tifa
- Triton
Perkembangan Musik di Indonesia pada Masa Hindu-Buddha.
Sejarah Singkat Masa Hindu-Buddha di Indonesia .
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapaht. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.
Kerajaan Besar Yang ada pada masa Hindu-Buddha.
1. Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 M hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah yang banyak. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu yang beraliran Wisnu.
2. Singhasari
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
3. Sriwijaya
Sriwijaya atau juga disebut Srivijaya adalah salah satu kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya. Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient.
4. Kerajaan Medang
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.
5. Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dan mejadi Kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Musik di masa Hindu-buddha.
Suatu ‘revolusi’ terjadi pada abad 1 Sebelum Masehi di waktu dibuat kapal besar-besar di teluk PersiaLaut Cina. Maka lalu lintas ke Indonesia pun menjadi intensif (sebelumnya diperkirakan lalu lintas terjadi terutama lewat daratan). Terutama pedagang India mendatangi daerah-daerah Indonesia sejak abad 2 dan 3 Masehi untuk perdagangan. Maka pengaruh India di Indonesia dan tambah besar, baik dari segi perdagangan dan politik maupun agama dan kebudayaan.
Dari dokumen-dokumen dan penemuan nampak bahwa agama Budha masuk kepulauan IndonesiaSumatera pada awal abad 7 Masehi dalam kerajaan Sriwijaya dan kemudian di Jawa dengan kerajaan Syailendra (750-850 Masehi). Pengaruh kebudayaan India mencapai puncaknya dari pertengahan abad 8 Masehi sampai abad 11 Masehi dimana fase kreativitas yang sangat tinggi. Pada masa itu berkembanglah kebudayaan Jawa berupa musik dan tari, arsitektur dan seni rupa, pada waktu itu dibangunlah Candi Borobudur dan Candi PrambananIndonesia dari masa lalu sampai sekarang. pada abad 4 Masehi.
Mereka mendirikan pusatnya di pulau yang menjadi kebanggaan bangsa
Selain tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan rupanya diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut cerita tangga nada ini ditemukan oleh dewa Barata Endra atas petunjuk dewa Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi dalam 5 interval yang sama (6/5 dari sekon besar). Namun ternyata tidak selalu demikian. Malah dalam penggalian di JawaCina dan musik India. ditemukan alat-alat kuno dengan tangga nada yang mirip dengan tangga nada pentatonic (dengan interval sekon-sekon dan terts kecil), sama halnya dengan tangga nada. Perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa Sansekerta Ramayana. Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam banyak bahasa di Asia Tenggara. Pementasan dari fragmen-fragmen drama ini sangat disukai. Sesudah abad 9 Masehi terdapat terjemahan dalam bahasa Jawa dan paling sedikit sejak abad 11 Masehi dipentaskan di Jawa. Selain Pementasan tari berkembanglah pula versi wayang, suatu tradisi yang nampaknya berasal dari jaman pra-Hindu.
Selain tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan rupanya diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut cerita tangga nada ini ditemukan oleh dewa Barata Endra atas petunjuk dewa Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi dalam 5 interval yang sama (6/5 dari sekon besar). Namun ternyata tidak selalu demikian. Malah dalam penggalian di JawaCina dan musik India. ditemukan alat-alat kuno dengan tangga nada yang mirip dengan tangga nada pentatonic (dengan interval sekon-sekon dan terts kecil), sama halnya dengan tangga nada. Perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa Sansekerta Ramayana. Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam banyak bahasa di Asia Tenggara. Pementasan dari fragmen-fragmen drama ini sangat disukai. Sesudah abad 9 Masehi terdapat terjemahan dalam bahasa Jawa dan paling sedikit sejak abad 11 Masehi dipentaskan di Jawa. Selain Pementasan tari berkembanglah pula versi wayang, suatu tradisi yang nampaknya berasal dari jaman pra-Hindu.
Waktu orang Hindu datang ke Jawa, maka mereka telah menemukan bermacam-macam alat musik. Dalam relief pada Borobudur terdapat alat musik local maupun alat musik yang diimpor dari India seperti gendamg, termasuk gendang dari tanah dengan kulit hanya di satu sisi, kledi, suling, angklung, alat tiup (semacam hobo), xylofon (bentuknya setengah gambang, setengah calung), sapeq, sitar dan harpa dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu dalam macam-macam ukuran, gong, saron, bonang. Tidak dapat disangkal bahwa alat musik mula-mula dimainkan menurut kebiasaan India. Selain itu dari penggalian-penggalian di Jawa Tengah telah ditemukan sejumlah besar kumpulan bonang, nada-nada gender dan saron, lonceng, gendang, gong-gong, namun tidak jelas dari abad berapa. Tidak semua alat musik tersebut di atas bertahan di Jawa dalam perkembangan waktu selanjutnya. Namun nampak bahwa alat musik ini telah dipakai sebelum jaman Hindu. Perlu diketahui bahwa musik gamelan sebagai musik herefon dengan pola ritme yang kaya, keindahannya terletak justru dalam bunyi bersama dari lagu dan irama yang saling melengkapi menjadi satu ‘simfoni nada dan irama’. Sedangkan musik India termasuk musik solotis (vocal maupun instrumental) meskipun dimainkan juga dalam ansambel sebagai iringan. Namun aneka ragam alat musik di India tidak digabungkan dalam satu orkes, untuk memberi kebebasan pada penyanyi dan pemain. Bahwa seni musik sejak dulu di Jawa mendapat suatu penghargaan tinggi, dapat disimpulkan dari banyaknya gambar alat musik dalam relief-relief dari jaman itu serta dari naskah-naskah kuno yang rajin menyebut nama alat musik dan sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes mengalami suatu perkembangan alat musik yang berasal dari India diintergrasikan ke dalam musik tradisional Jawa: gong-gong dalam macam-macam bentuk dan ukuran, gambang ditambah sejumlah alat lain yang sebagian ditinggalkan dalam perkembangan jaman. Bahwa terjadilah suatu perkembangan musik gamelan (sampai sekarang) membuktikan betapa tinggi musik ini hingga tidak ada bandingnya di Negara lain di Asia Tenggara.
Pada masa abad 11 pusat politik pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan Kerajaan Airlangga yang berhasil menaklukkan seluruh Jawa (1037), Setelah itu dilanjutkan oleh kerajaan Singasari pada abad 13. Wilayah kekuasaan sampai Kerajaan Majapahit (didirikan oleh Raden Wijaya dengan patihnya yang tersohor Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah Mada pada tahun 1350-1389 merupakan puncak kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan Hayam Wuruk. Seluruh kepulauan (termasuk kerajaan Sriwijaya) masuk dalam wilayah Nusantara (itu nama wilayah kerajaan Majapahit di luar pulau Jawa). Maka tidak mengherankan bahwa pada waktu itu pun gong yang di Jawa di bawa ke seluruh Nusantara, Namun itu tidak berarti bahwa semua pulau memakai juga musik gamelan. Meskipun tangga nada Pelog dikenal juga di daerah lain, namun umumnya musik di luar Jawa dan Bali mengikuti pola lain: ritmik yang kaya serta melodic yang agak sederhana berdasarkan tangga nada pentatonic tanpa setengah nada (pentatonic anhemitonis) adalah ciri khasnya. Pada akhir jaman Hindu gamelan sudah lengkap seperti jaman sekarang. Hanya satu alat belum ada: rebab. Meskipun demikian, menurut Jaap Kunst belum tentu semua alat dimainkan selalu bersama-sama. Mungkin sekali terdapat suatu ansambel dengan alat musik lembut yang terutama dipakai di dalam ruang dengan gender, gambang dan suling.
Selain itu terdapat ansambel dengan alat musik keras dengan gendang, cymbal (di Jawa sudah tidak ada), macam-macam gong yang dipakai terutama diluar gedung untuk pesta dan pawai. Ansambel alat yang keras seperti di Jawa terdapat terdapat pula di pulau-pulau lain misalnya di Nias dan Flores Barat. Gamelan Munggang, ansambel orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel macam ini juga. Menurur Kurst, kedua ansambel baru digabung menjadi satu orkes gamelan sesudah jaman Hindu, Dan inipun terjadi dalam perkembangan waktu. 1389 – 1520 merupakan jaman kemunduran dan kehancuran kerajaan Majapahit. Sementara itu di Malaka terjadi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa sampai Sumetera. 1511 Malaka direbut Portugis dan masuk pula ke Kepulauan Maluku(1522). Sementara itu di Jawakerajaan Demak, Kerajaan Islam (1500-1546).berdiri Kesultanan Demak menguasai seluruh Jawa dan sebagian besar kepulauan di luar Jawa,
Sejarah perkembangan music pada priode islam
Pada awal era kejayaan Islam, telah lahir tokoh-tokoh besar di bidang seni musik. Para ilmuwan Muslim juga telah menjadikan musik sebagai media pengobatan atau terapi. Kegemilangan peradaban Islam ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan ini bersentuhan erat dengan moral Islam, budaya Arab, dan kebudayaan besar lainnya.
Oleh karena itu, yang disebut sebagai kebudayaan Islam tidak selamanya berasal dari Arab. Bisa jadi ia hasil adopsi atau akulturasi antara budaya Arab dan budaya luar. Musik adalah contohnya. Sejarah membuktikan bahwa musik yang selama ini dikenal sebagai musik Islam ternyata tidak murni berasal dari Arab. Kesenian ini lahir dari kearifan umat Muslim terdahulu yang mengolaborasikan musik-musik dari Arab, Persia, India, dan Yunani.
Oleh karena itu, yang disebut sebagai kebudayaan Islam tidak selamanya berasal dari Arab. Bisa jadi ia hasil adopsi atau akulturasi antara budaya Arab dan budaya luar. Musik adalah contohnya. Sejarah membuktikan bahwa musik yang selama ini dikenal sebagai musik Islam ternyata tidak murni berasal dari Arab. Kesenian ini lahir dari kearifan umat Muslim terdahulu yang mengolaborasikan musik-musik dari Arab, Persia, India, dan Yunani.
Seni musik telah mendapat perhatian besar sejak Dinasti Umayyah. Hal itu ditandai dengan maraknya kegiatan penerjemahan kitab-kitab seni musik ke dalam bahasa Arab. Tradisi pengkajian dan permainan musik semakin berkembang pada era Dinasti Abbasiyah.
Banyak ilmuwan Muslim yang menerjemahkan buku-buku tentang musik dari Yunani, terutama pada masa pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun. Prof A Hasmy dalam bukunya mengenai Sejarah Kebudayaan Islam mencatat bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, kegiatan kepengarangan tentang seni musik berkembang pesat.
Sekolah-sekolah musik didirikan oleh kesultanan di berbagai kota dan daerah, baik sekolah tingkat menengah maupun sekolah tingkat tinggi. Sekolah musik yang bagus dan berkualitas tinggi adalah yang didirikan oleh Sa’id ‘Abd-ul-Mu’min (wafat tahun 1294 M).
Tak heran jika pada awal era kejayaan Islam telah lahir tokoh-tokoh besar di bidang seni musik. Ada musisi ternama dan sangat disegani, yaitu Ishaq Al-Mausili (767 M-850 M). Ada pula pengkaji seni musik yang dihormati, seperti Yunus bin Sulaiman Al-Khatib (wafat tahun 785 M). Munculnya seniman dan pengkaji musik di dunia Islam menunjukkan bahwa umat Muslim tidak hanya melihat musik sebagai hiburan. Lebih dari itu, musik menjadi bagian dari ilmu pengetahuan yang dikaji melalui teori-teori ilmiah.
Yang menarik lagi, para ilmuwan Muslim juga telah menemukan musik sebagai media pengobatan atau terapi. Tokoh dalam bidang ini di antaranya adalah Abu Yusuf Yaqub ibnu Ishaq al-Kindi (801-873 M) dan al-Farabi (872-950 M). Kajian tentang musik sebagai sistem pengobatan berkembang semakin pesat pada masa Dinasti Turki Usmani.
Cabang matematika dan filsafat
Pada awal berkembangnya Islam, musik diyakini sebagai cabang dari matematika dan filsafat. Tak heran jika banyak di antara para matematikus dan filsuf Muslim terkemuka yang juga dikenal karena sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan seni musik. Salah satu di antaranya adalah Al-Kindi (800 M-877 M). Ia menulis tak kurang dari 15 kitab tentang musik, namun yang masih ada tinggal lima. Al-Kindi adalah orang pertama yang menyebut kata musiqi.
Tokoh Muslim lainnya yang juga banyak menyumbangkan pemikirannya bagi musik adalah Al-Farabi (870 M-950 M). Ia tinggal di Istana Saif al-Dawla Al-Hamdan¡ di Kota Aleppo. Matematikus dan filsuf ini juga sangat menggemari musik serta puisi. Selama tinggal di istana itu, Al-Farabi mengembangkan kemampuan musik serta teori tentang musik.
Al-Farabi juga diyakini sebagai penemu dua alat musik, yakni rabab dan qanun. Ia menulis tak kurang dari lima judul kitab tentang musik. Salah satu buku musiknya yang populer bertajuk, Kitabu al-Musiqa to al-Kabir atau The Great Book of Music yang berisi teori-teori musik dalam Islam.
Pemikiran Al-Farabi dalam bidang musik masih kuat pengaruhnya hingga abad ke-16 M. Kitab musik yang ditulisnya itu sempat diterjemahkan oleh Ibnu Aqnin (1160 M-1226 M) ke dalam bahasa Ibrani. Selain itu, karyanya itu juga dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin berjudul De Scientiis dan De Ortu Scientiarum. Salah satu ahli teori musik Muslim lainnya adalah Ibnu Sina.
NYANYIAN DAN MUSIK DALAM KEHIDUPAN KAUM MUSLIMIN
Pada masa dahulu kaum Muslimin bisa membuat untuk diri mereka berbagai jenis lagu untuk dinikmati oleh telinga. Mereka dapat menghibur diri mereka dan memperindah nuansa kehidupan dengan lagu-lagu itu, terutama di pedesaan dan kampung-kampung. Kami juga merasakannya pada waktu kecil dan di masa muda. Semuanya merupakan bentuk lagu yang tumbuh dari lingkungan yang sehat, menggambarkan nilai-nilainya, dan tidak menjadi masalah sama sekali.
Di antaranya lagi seni "Al Mawaawil" jenis peralatan musik yang dengan alat ini manusia bernyanyi untuk diri mereka sendiri atau mereka berkumpul untuk mendengarkannya dari orang yang baik suaranya di antara mereka. Kebanyakan mereka berbicara tentang cinta dan persahabatan, sebagian yang lainnya berbicara tentang dunia dan keindahannya, serta mengadu tentang kezhaliman manusia dan hari-hari ... dst.
Kebanyakan mereka menyanyi tanpa alat, sebagian lagi menggunakan "Arghul" (biola), dan di antara para artis ada yang membuat "Al Mawwaf" pada saat yang sama ia menyanyi.
Di antara lagu-lagu yang baik adalah yang didapatkan melalui kisah-kisah yang digubah menjadi lagu-lagu perjuangan para pahlawan bangsa, pahlawan perjuangan yang gigih dan pemberani. Lagu-lagu itu didengar oleh masyarakat, mereka turut menyanyikan dan mengulang-ulangnya. Banyak di antaranya sampai mereka hafal, seperti kisah "Adham Asy Syarqawi," "Syafiqah dan Mutawalli," "Ayyub Al Mishri," kisah "Sa'ad Al Yatim" dan yang lainnya.
Ada juga yang diangkat dari perjuangan bangsa bagi para pahlawan yang terkenal, seperti "Abu Zaid Al Hilali." Orang-orang berkumpul untuk mendengarkan kisah tersebut melalui syair yang dibacakan dengan lagu-lagu. Ini sangat menarik, seperti fiIm berseri atau sinetron pada saat ini.
Didapatkan juga melalui lagu-lagu hari raya, hari-hari gembira dengan acara-acaranya yang menggembirakan, seperti pesta perkawinan, kelahiran anak, acara khitanan, kehadiran tamu yang ditunggu-tunggu, kesembuhan seseorang, berpulangnya orang dari ibadah haji dan lain-lain.
Masyarakat membuat lagu-lagu atau pantun-pantun yang menandai saat-saat dan momen-momen tertentu atau pada acara yang beragam, seperti saat memetik buah atau panen raya dan lainnya. Seperti juga tembangnya para pekerja, buruh yang bekerja di sebuah proyek dan mereka yang bersama-sama mengangkat beban yang berat, kemudian melagukan bersama-sama, "Haila, haila, shalli 'AIa Nabi." Ini mempunyai landasan syar'i dari perbuatan sahabat, yaitu ketika mereka membangun masjid Nabawi dan memikul batu-batu di pundak mereka sambil melagukan:
"Ya Allah sesungguhnya kehidupan (yang hakiki) adalah kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin."
Sampai ibu-ibu pun ketika mengayun-ayun anak-anaknya dan menidurkan mereka mempergunakan lagu-lagu, mereka memiliki kata-kata yang terkenal, seperti, "Ya Rabbi yanam, ya Rabbi yanaam."
Saya masih teringat di setiap bulan Ramadhan Mubarrak, masyarakat Islam membangunkan manusia di tengah malam dengan sajak dan irama genderang mereka yang membawa kenikmatan telinga.
Dan yang menarik untuk diceritakan di sini adalah suara pedang-pedang di pasar-pasar dan di jalan-jalan yang ditawarkan berkeliling. Mereka menawarkan barangnya dengan suara dan irama yang teratur, mereka berpacu sambil menyanyi, seperti juga penjual buah dan sayur-sayuran.
Demikianlah kita dapatkan seni ini, yakni seni menyanyi telah menyertai seluruh kehidupan, baik secara agama maupun dunia dan manusia pun menerimanya secara naluriah. Mereka tidak mendapatkan ajaran agama melarang yang demikian itu dan ulama mereka pun tidak memandang budaya bangsa ini sebagai suatu alternatif. Bahkan seringkali lagu-lagu itu dibumbui dengan lirik-lirik yang mengandung nilai-nilai agama, keimanan dan ruhani serta akhlaq yang mulia. Seperti bergabungnya antara jasad dengan ruh, berupa tauhid, dzikrullah, doa, shalawat kepada Nabi SAW dan lainnya.
MASA KOLONIAL (PENJAJAHAN)
Sebelum merdeka negara Indonesia lama sekali di jajah. Penjajahan itu pertam kali di lakukan oleh bangsa Eropa. Bangsa Eropa memasuki wilayah Indonesia karena keadaan alam Indonesia yang sangat kaya. Adalah Alfonso de Albuquerque karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara (Indonesia) waktu itu di kenal oleh orang Eropa dan di mulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Ketika orang-orang Eropa dating ke Indonesia pada awal abad ke-16, mereka menemukan beberapa kerajaan yang dengan mudah dapat mereka kuasai demi mendominasi perdagangan rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda, yaitu Banten dan Sunda Kelapa, tapi dapat diusir dan bergerak ke arah timur dan menguasai Maluku. Pada abad ke-17, Belanda muncul sebagai negara yang terkuat di antara negara-negara Eropa lainnya, mengalahkan Britania Raya dan Portugal (kecuali untuk koloni mereka, Timor Portugis).
Pada masa itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialisme lama yang dikenal sebagai 3G, yaitu Gold, Glory, and Gospel Belanda menguasai Indonesia sebagai koloni hingga Perang Dunia II, awalnya melalui VOC, dan kemudian langsung oleh pemerintah Belanda sejak awal abad ke-19.
Akibat dari penjajahan ini bangsa Indonesia tertindas dan tersiksa. Mereka di jadikan budak di negeri sendiri. Bangsa eropa bersenang-senang dengan hasil bumi yang telah berhasil mereka rampas. Selama masa penjajahan ini bangsa Indonesia tidak bisa hidup tenang, mereka di cekam rasa ketakutan. Dan karena itu mulailah banyak bermunculan organisasi-organisasi yang ingin memerdekakan tanah air dari tangan bangsa asing (penjajah).
SEJARAH MUSIK
Dari perjalanan sejarah terlihat bahwa perekembangan musik nasional di Indonesia pada masa kolonial Belanda (1908-1942) yaitu periode dalam sejarah pergerakan, bersamaan dengan berdirinya Budi Utomo yang berjuang pada awal periode itu disebut sebagai angkatan perintis kemerdekaan masa kolonialisme.
Dalam perjalanan sejarah di Indonesia bangsa Belanda pernah mengajarkan instrumen musik asal Barat kepada abdi dalem Kesultanan Kraton Yogyakarta dan Kasunanan Kraton Surakarta. Hal ini dilakukan,tujuannya agar dapat memainkan lagu kebangsaan ‘Wilhelmus’ saat upacara kunjungan tamu resmi pejabat dari negeri Belanda. Pada tanggal 26 mei 1923, terbentuklah tradisi musik diatonik yang dikembangkan dengan baik oleh Walter Spies dan beberapa orang Eropa serta seorang Letnan Angkatan Darat Hindia Belanda Dongelman.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia mengucapkan ikrar sumpah pemuda, yaitu Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Sebagai simbol ikrar teks sumpah pemuda tersebut, berkumandanglah lagu ‘Indonesia Raya’ untuk pertama kalinya yang diciptakan Wage Rudolf Supratman ( W.R. Supratman). Diakuinya bahasa melayu sebagai bahasa nasional dan sekaligus diakuinya musik diatonis sebagai musik nasional, disebabkan perlakuan istimewa terhadap lagu ‘Indonesia Raya’ sebagai akibat diakuinya bahasa melayu sebagai bahasa nasional. Hal ini memicu timbulnya konflik para cendekiawan Jawa pada masa itu yang menginginkan lagu ‘Indonesia Raya’ menggunakan musik khas Jawa melalui instrumen pukul gamelan. Upaya telah dilakukan dengan mencoba para empu gamelan pada tahun 1930-an dengan memodernisir gamelan secara praktek maupun teori. Perubahan-perubahan dalam notasi musik diantaranya pernah ditulis dalam buku kecil Muhamad Yamin, bahwa usaha-usaha memainkan lagu ‘Indonesia Raya’ dengan gamelan terbukti mengalami kegagalan, oleh karena secara teknis lagu itu memakai sistem tangganada diatonis, sementara instrumen gamelan memakai sistem tangganada pentatonik.
Pada masa pendudukan Jepang dan Orde Lama 1942-1965, yaitu diawali perjuangan revolusi Indonesia, sebagai angkatan pendobrak hingga pasca kolonialisme. Perkembangan musik menjadi isu politik yang beredar, karena perbedaan pendapat di kalangan para pejuang seniman Indonesia. Perkembangan musik berfungsi sebagai salah satu sarana pendidikan nasional mengalir setelah munculnya generasi penerus sesudah W.R. Supratman dan Mochamad Syafei pendiri INS Kayu Tanam di Sumatera Barat. Di Jawa di kenal generasi berikutnya yaitu Ismail Marzuki, Kusbini, Bintang Sudibyo, R. Soenarjo, H. Mutahar, R.A.J. Soedjasmin dan lain-lain.
PENGARUH MUSIK PADA MASA KOLONIAL (PENJAJAHAN)
Masa kolonial juga membawa pengaruh besar kedalam seni musik Indonesia. Masa kolonial ini dimulai dengan masuknya bangsa Eropa ke Indonesia. Bangsa Eropa yang masuk ke Indonesia dimulai dari bangsa Portugis, Inggris , lalu disusul oleh Belanda. Orang-orang Eropa ini (khususnya Portugis) banyak memperkenalkan alat musik asal Negara mereka. Alat musik tersebut diantaranya biola, selo(cello), gitar, seruling(flute), dan ukulele. Alat musik ini akhirnya berkembang dengan sangat pesat di daerah Pulau Jawa.Para musisi pun menciptakan musik dengan perpaduan musik barat dan musik Indonesia yang dikenal dengan musik keroncong. Keroncong yang dikenal sebagai musik khas daerah Jawa ternyata merupakan keturunan dari musik orang-orang Portugis. Dalam perkembangannya, sejumlah unsur tradisional asli Nusantara (Indonesia), seperti penggunaan seruling dan beberapa komponen gamelan membuat keroncong menjadi khas Nusantara (Indonesia). Dahulu, dalam sejarahnya, keroncong pertama kali dikenalkan oleh para pelaut asal Portugis di abad ke-16. Keroncong itu merupakan sejenis musik yang dikenal dengan sebutan fado oleh bangsa Portugis
Pada awal tahun 1900 musik keroncong menjadi musik yang jarang diminati dan kadang di anggap musik randahan. Tapi, setelah tahun 1930-an musik keroncong mulai berkembang dan banyak diminati. Ini dapat di lihat dari musik-musik keroncong yang di masukkan ke dalam produksi-produksi film dalam negeri. Pada saat itu, lagu keroncong yang paling popular adalah lagu Bengawan Solo yang di ciptakan oleh Gesang Martohartono. Lagu ini ditulis pada tahun 1940 bersamaan ketika tentara Jepang menguasai pulau Jawa pada Perang Dunia ke II. Saat ini musik keroncong tidak hanya dikenal di dalam negeri melainkan di kenal di mancanegara.
Orang-orang Eropa juga membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Selain itu bangsa eropa juga memiliki peranan dalam memperkenalkan tangga nada diatonis dan sistem penulisan notasi yang saat ini di gunakan oleh hampir seluruh musisi di Indonesia.
PERKEMBANGAN MUSIK KERONCONG DI INDONESIA
Keroncong bermula dari sejenis musik portugis yang mereka beri nama Fado. Jenis musik tersebut di perkenalkan di Indonesia oleh para pelaut dan anak buah kapal niaga sekitar abad 16. Dalam perjalanannya musik keroncong ini mengalami banyak perkembangan dan perubahan. Perkembangan tersebut diantaranya masuk sejumlah unsur-unsur yang berasal dari nusantara, di antaranya pengunaan alat musik tradisional seperti seruling dan beberapa komponen dari gamelan. Pada sekitar abad 19 jenis musik yang sudah campuran ini mulai popular di berbagai tempat di Indonesia.
Awalnya musik jenis ini dimainkan dengan alat musik yang memiliki dawai, seperti biola,ukulele dean juga selo. DI Indonesia musik ini mulai bercampur dengan kesenian tradisional. Alat musik khas nusantara di gunakan untuk memainkan musik keroncong ini.
Pem-"pribumi"-an keroncong, dengan alat-alat musik seperti
- sitar
- rebab
- suling bambu
- gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan
- gong.
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup
- ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai)
- ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
- gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
- biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang;
- flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);
- selo; betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;
- kontrabas (menggantikan Gong)
TOKOH KERONCONG
Salah satu tokoh musik keroncong di Indonesia dan memiliki peranan yang sangat besar dalam membesarkan nama musik keroncong adalah bapak Gesang. GEsang yang berasal dari kota Surakarta (solo) ini memperkenalkan musik keroncong hingga ke jepang, dan dari itu semasa hidupnya pak Gesang mendapat santunan dari pemerintah Jepang setiap tahun. Salah satu lagunya yang masih terkenal sampai saat ini adalah lagu yang berjudul Bengawan Solo.
Oleh para musisi keroncong Indonesia Pak Gesang di beri julukan Buaya Keroncong yang artinya pakar untuk musik keroncong. Asal mula Gesang di sebut Buaya Keroncong ini terkait dengan lagu yang dibuatnya yaitu Bengawan Solo. Bengawan Solo adalah sungai yang berada di sekitar kawasan Surakarta. Seperti yang diketahui buaya adalah reptile yang memiliki di habitat atau di sungai. Dan dihabitatnya buaya merupakan predator ganas yang tak terkalahkan. Pengandaian itulah yang membuat Gesang di sebut Buaya Keroncong yang artinya ahli keroncong yang tak akan terkalahkan.
Musik kontemporer
Bapak musik kontemporer atonal Norwegia adalah Fartein Valen (1877-1952). Menguasai 12 bahasa, ia merupakan seorang berbakat yang kehidupannya merupakan misteri dan menggunakan gaya halus yang sulit dimengerti untuk karya kontemporernya. Walaupun mengenyam pendidikan di Berlin, mempelajari lagu-lagu Bach secara otodidak merupakan faktor paling penting dalam perkembangan karirnya. Visinya untuk menciptakan tipe suara poliphony berdasarkan disonansi menghasilkan sistem 12-nada yang ia kembangkan bersama dengan, namun secara independen, Arnold Schönberg.Komunitas musik kontemporer Norway saat ini memainkan peranan aktif secara nyata bagi kehidupan musik Norwegia. Ny Musikk, bagian dari International Society for Contemporary Music merupakan pemain penting dalam area ini. Organisasi ini didirikan oleh komposer Pauline Hall (1890-1969) pada tahun 1938, setelah menetap di Paris menggugah minatnya untuk mencoba tren baru. Saat ini, organisasi tersebut memiliki jaringan nasional yang luas untuk memajukan musik kontemporer dan mendorongperkembangan komposer dan musisi kontemporer yang baru.
Komposer Norwegia memiliki tradisi untuk mempromosikan karya mereka sendiri, dan telah berjuang untuk mendapatkan penghargaan baik melalui organisasi komposer dan hak cipta di tingkat nasional, Nordic dan internasional. Selama bertahun-tahun, banyak dari komposer penting Norway yang menjabat sebagai ketua NY Musikk. Setelah Pauline Hall, yang dianggap sebagai salah satu dari beberapa impresionis Norway, muncul Finn Mortensen (1890-1969), juara aliran serialisme, diikuti Arne Nordheim, figur terdepan musik elektronik. Mereka yang juga pernah menjabat sebagai ketua adalah Kåre Kolberg, John Persen dan Åse Hedstrøm, yang kesemuanya merupakan komposer yang dihormati. Baik Persen dan Hedstrøm pernah menjabat sebagai direktur festival musik kontemporer yang paling berpengaruh di Norwegia, Ultima – Festival Musik Kontemporer Oslo.
Arne Nordheim (dilahirkan tahun 1931) memiliki posisi istimewa diantara para komposer saat ini. Ia tinggal di Grotten, lingkungan tempat tinggal terhormat Pemerintah Norwegia didekat Kerajaan di Oslo, sebuah penghormatan yang diberikan kepada salah satu artis paling terkemuka. Teman-temannya yang juga mendapat pengakuan internasional adalah Antonio Bibalo dari Italia dan Edvard Hagerup Bull. Generasi penerusnya termasuk Olav Anton Thommessen dan Lasse Thoresen, keduanya menekuni karir sebagai komposer disamping menduduki posisi sebagai profesor komposisi yang berpengaruh di Akademi Musik Norwegia, serta Cecilie Ore, Rolf Wallin dan Asbjørn Schaathun. Generasi yang lebih muda adalah Jon Øyvind Ness, Eivind Buene, Maja Ratkje dan and Lars Petter Hagen.
Komposer Norwegia memiliki tradisi untuk mempromosikan karya mereka sendiri, dan telah berjuang untuk mendapatkan penghargaan baik melalui organisasi komposer dan hak cipta di tingkat nasional, Nordic dan internasional. Selama bertahun-tahun, banyak dari komposer penting Norway yang menjabat sebagai ketua NY Musikk. Setelah Pauline Hall, yang dianggap sebagai salah satu dari beberapa impresionis Norway, muncul Finn Mortensen (1890-1969), juara aliran serialisme, diikuti Arne Nordheim, figur terdepan musik elektronik. Mereka yang juga pernah menjabat sebagai ketua adalah Kåre Kolberg, John Persen dan Åse Hedstrøm, yang kesemuanya merupakan komposer yang dihormati. Baik Persen dan Hedstrøm pernah menjabat sebagai direktur festival musik kontemporer yang paling berpengaruh di Norwegia, Ultima – Festival Musik Kontemporer Oslo.
Arne Nordheim (dilahirkan tahun 1931) memiliki posisi istimewa diantara para komposer saat ini. Ia tinggal di Grotten, lingkungan tempat tinggal terhormat Pemerintah Norwegia didekat Kerajaan di Oslo, sebuah penghormatan yang diberikan kepada salah satu artis paling terkemuka. Teman-temannya yang juga mendapat pengakuan internasional adalah Antonio Bibalo dari Italia dan Edvard Hagerup Bull. Generasi penerusnya termasuk Olav Anton Thommessen dan Lasse Thoresen, keduanya menekuni karir sebagai komposer disamping menduduki posisi sebagai profesor komposisi yang berpengaruh di Akademi Musik Norwegia, serta Cecilie Ore, Rolf Wallin dan Asbjørn Schaathun. Generasi yang lebih muda adalah Jon Øyvind Ness, Eivind Buene, Maja Ratkje dan and Lars Petter Hagen.
KELOMPOK MUSIK KONTEMPORER
Perkembangan musik di Solo, Jawa Tengah, ditandai dengan lahirnya sejumlah kelompok musik kontemporer. Seperti grup musik Etno Ensemble yang mendominasi permainan musik dengan perkusi. Uniknya, kelompok tersebut bereksperimen dengan mengembangkan musik khas reog Ponorogo yang dinamis.
Namun, Wayan menyayangkan kelompok musik kontemporer yang kurang mengeksploitasi alat musik lokal, seperti gendang ataupun gamelan. Selain itu, ia juga menilai masih banyak grup musik kontemporer yang belum mempunyai jati diri lantaran cenderung memainkan lagu yang sedang populer.
Meski demikian, hadirnya kelompok musik kontemporer harus diapresiasi. Sebab, mereka mampu memadukan memadukan alat musik tradisional dengan modern untuk menghasilkan harmonisasi yang indah. Terlebih, ini merupakan salah satu cara untuk terus melestarika kebudayaan musik anak bangsa
Meski demikian, hadirnya kelompok musik kontemporer harus diapresiasi. Sebab, mereka mampu memadukan memadukan alat musik tradisional dengan modern untuk menghasilkan harmonisasi yang indah. Terlebih, ini merupakan salah satu cara untuk terus melestarika kebudayaan musik anak bangsa
A. Istilah Kontemporer
Secara spesifik musik kontemporer hanya dapat dipahami dalam hubungan sejarah musik Barat di Eropa dan Amerika. Namun walaupun demikian dapat mengacu terhadap pemahaman yang spesifik, sesungguhnya label kontemporer yang dibubuhkan pada kata seni maupun musik sama sekali tidak menunjukan pengertian definisi yang bersifat normatif. Itulah sebabnya bagi mereka yang awam, seni atau musik kontemporer banyak menimbulkan kesalah pahaman yang berlarut-larut. Apa bila kehadiran budaya baru ini hendak ditransmisikan ke Indonesia sebagai salah satu transformasi budaya modern kita, maka dasar-dasar pijak dan posisinya cepat atau lambat harus ditegaskan. Kalau tidak demikian, maka fenomena budaya besar dunia itu hanya akan kita tangkap sebagai hobi, sebagaimana kita menangkap seni klasik modern dan sebagainya hingga saat ini.1
Perbedaan presepsi mengenai seni kontemporer tidak terjadi di Indonesia saja, di Barat pun demikian. Dalam soal musik, masalah ini lebih terasa. Misalnya, pada acara pembukaan pameran lukisan kontemporer, sering musik disajikan, tetapi musik semacam ini tidak bermakna, hanya berfungsi sebagai tempelan atau latar belakang. Dalam pergelaran musik pun jarang kita mengalami jenis musik yang bersifat kontemporer. Disisi lain pada umumnya para seniman menghibur diri dengan musik populer, baik jazz mainstrem atau fusion, maupun gaya pop-pseudo-avangarde yang sedang ngetrend.2 Musik kontemporer Indonesia adalah sebuah fenomena yang lahir sebagai produk budaya masyarakat Indonesia yang hidup di abad 20. Gejala ini muncul sebagai akibat dari pertemuan antara dua tradisi budaya Indonesia dengan sub kulturnya budaya Eropa. Pertemuan tersebut telah merangsang masyarakat Indonesia untuk menggunakan musik sebagai bahasa ekspresi yang personal. Musik tidak lagi merupakan cermin dari pandangan hidup sebuah komunitas, akan tetapi pandangan hidup seseorang indvidu dengan segala keunikannya. Dari sini muncul sebuah pelembagaan kreativitas yang saat ini kita kenal dalam bentuk sebagai berikut. (1) Pemisahan antara seorang pemain musik dan pencipta yang disusul dengan kemunculan figur seorang komponis. (2) Pembakuan karya musik yang tertuang dalam bentuk notasi. (3) Pementasan musik sebagai peristiwa khusus dalam sebuah gedung pertunjukan yang khusus pula dengan penonton yang tidak berasal dari sebuah komunitas. (4) Musik sebagai sebuah komoditi budaya yang berorientasi pasar. (5) Pembahasan karya musik yang berorientasi kemasalah estetika dengan menekankan aspek-aspek teknik formal. (6) Formalisasi pendidikan komposisi musik dalam program perguruan tinggi. (7) Tekstualisasi pertunjukan musik dalam media massa. Gejala pelembagaan diatas, muncul sebagai hasil dari sebuah transformasi budaya musik Indonesia kedalam sistem budaya musik Barat yang masuk kenegeri ini melalui jalur kolonialisme. Proses inilah yang kemudian membuat dunia musik kontemporer Indonesia menjadi sebuah fenomena politik dan menjadi arena konflik antara berbagai ideologi di awal kemerdekaan.
Secara spesifik musik kontemporer hanya dapat dipahami dalam hubungan sejarah musik Barat di Eropa dan Amerika. Namun walaupun demikian dapat mengacu terhadap pemahaman yang spesifik, sesungguhnya label kontemporer yang dibubuhkan pada kata seni maupun musik sama sekali tidak menunjukan pengertian definisi yang bersifat normatif. Itulah sebabnya bagi mereka yang awam, seni atau musik kontemporer banyak menimbulkan kesalah pahaman yang berlarut-larut. Apa bila kehadiran budaya baru ini hendak ditransmisikan ke Indonesia sebagai salah satu transformasi budaya modern kita, maka dasar-dasar pijak dan posisinya cepat atau lambat harus ditegaskan. Kalau tidak demikian, maka fenomena budaya besar dunia itu hanya akan kita tangkap sebagai hobi, sebagaimana kita menangkap seni klasik modern dan sebagainya hingga saat ini.1
Perbedaan presepsi mengenai seni kontemporer tidak terjadi di Indonesia saja, di Barat pun demikian. Dalam soal musik, masalah ini lebih terasa. Misalnya, pada acara pembukaan pameran lukisan kontemporer, sering musik disajikan, tetapi musik semacam ini tidak bermakna, hanya berfungsi sebagai tempelan atau latar belakang. Dalam pergelaran musik pun jarang kita mengalami jenis musik yang bersifat kontemporer. Disisi lain pada umumnya para seniman menghibur diri dengan musik populer, baik jazz mainstrem atau fusion, maupun gaya pop-pseudo-avangarde yang sedang ngetrend.2 Musik kontemporer Indonesia adalah sebuah fenomena yang lahir sebagai produk budaya masyarakat Indonesia yang hidup di abad 20. Gejala ini muncul sebagai akibat dari pertemuan antara dua tradisi budaya Indonesia dengan sub kulturnya budaya Eropa. Pertemuan tersebut telah merangsang masyarakat Indonesia untuk menggunakan musik sebagai bahasa ekspresi yang personal. Musik tidak lagi merupakan cermin dari pandangan hidup sebuah komunitas, akan tetapi pandangan hidup seseorang indvidu dengan segala keunikannya. Dari sini muncul sebuah pelembagaan kreativitas yang saat ini kita kenal dalam bentuk sebagai berikut. (1) Pemisahan antara seorang pemain musik dan pencipta yang disusul dengan kemunculan figur seorang komponis. (2) Pembakuan karya musik yang tertuang dalam bentuk notasi. (3) Pementasan musik sebagai peristiwa khusus dalam sebuah gedung pertunjukan yang khusus pula dengan penonton yang tidak berasal dari sebuah komunitas. (4) Musik sebagai sebuah komoditi budaya yang berorientasi pasar. (5) Pembahasan karya musik yang berorientasi kemasalah estetika dengan menekankan aspek-aspek teknik formal. (6) Formalisasi pendidikan komposisi musik dalam program perguruan tinggi. (7) Tekstualisasi pertunjukan musik dalam media massa. Gejala pelembagaan diatas, muncul sebagai hasil dari sebuah transformasi budaya musik Indonesia kedalam sistem budaya musik Barat yang masuk kenegeri ini melalui jalur kolonialisme. Proses inilah yang kemudian membuat dunia musik kontemporer Indonesia menjadi sebuah fenomena politik dan menjadi arena konflik antara berbagai ideologi di awal kemerdekaan.
Tokoh music kontemporer
1. Harry Roesli
Profesor psikologi ini bukanlah musisi biasa. Dia melahirkan fenomena budaya musik kontemporer yang berbeda, komunikatif, dan konsisten memancarkan kritik sosial. Dia mampu secara kreatif melahirkan dan menyajikan kesenian secara komunikatif. Karya-karyanya konsisten memunculkan kritik sosial secara lugas dalam watak musik teater lenong.
Beberapa karya musiknya yang terkenal di antaranya : “Musik Rumah Sakit” ( 1979 dan 1980 di Jakarta), “Parenthese”, “Musik Sikat Gigi” (1982 di Jakarta), Opera Ikan Asin, dan Opera Kecoa.
Harry Roesli bukan musisi biasa. Kehidupan yang sesungguhnya baginya adalah seni musik. Kehidupannya adalah kegiatan musik. Alat yang digunakan untuk musik kontemporernya yakni perkusi, band, rekaman musik, dan lain-lain.
2. Slamet Abdul Sjukur
Slamet berpendapat kalau ada penonton yang bingung mendengarkan musik kontemperer , ya lumrah saja. Hal ini disebabkan oleh jarak tafsir antara pemusik dengan penonton yang ada. Slamet mengaitkan karya musik kontemporer dengan zaman sekarang.
Salah satu ciri khasnya yaitu adanya sifat mendrobrak. Tetapi saat berbicara mengenai perlunya suatu pembaruan, Slamet tidak terbatas pada permasalahan sosial atau politik. Di dalam musik itu sendiri banyak hal-hal yang perlu dikembangkan. Misalnya yang mempunyai suara uwek-uwek, yang belum pernah ada sebelumnya dalam dunia musik. Hal seperti itu tentu merupakan tanda kreatifitas yang bisa mengembangkan seni musik itu sendiri. Dalam pertunjukannya, ada pula tari yang ditampilkan sendirian dan musik yang ditampilkan sendirian.
3. Djaduk Ferianto
Djaduk Ferianto memadukan antara elemen musik tradisional dan modern. Dalam karya musiknya, alat musik yang digunakan sudah sering kita lihat, hanya saja perpaduan yang belum pernah ada sebelumnya. Misalnya kendang dipadu dengan flute. Djaduk banyak bereksperimen bersama grup musiknya yang berbasis di Yogya, Sinten Remen.
Sumber :
aryashfa.wordpress.com
id.wikipedia.org
erabaru.net
gusmau.wordpress.com
Indonesia selalu mempunyai banyak keberagaman dalam musik...jadi cintailah musik Indonesia
BalasHapushttps://aboutmusicindonesia.wordpress.com