Nama : Albert Suhermanto
NoReg : 4423077207
KESENIAN TRADISIONAL SUMATERA UTARA
Sumatera Utara adalah sebuah propinsi yang terletak di Pulau Sumatera, Indonesia. Propinsi inimerupakan wilayah multi etnis yang dihuni oleh banyak suku bangsa. Propinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, luas daratan propinsi Sumatera Utara 71.680 km².
Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas :
· Pesisir timur Pegunungan Bukit Barisan.
· Pesisir barat Kepulauan Nias.
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam propinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Di daerah tengah propinsi berjajar pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini ada beberapa dataran tinggi yang merupakan kantong-kantong konsentrasi penduduk. Tetapi jumlah hunian penduduk paling padat berada di daerah Timur propinsi ini. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir juga menjadi tempat tinggal penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini. Pesisir barat biasa dikenal sebagai daerah Tapanuli. Batas wilayahUtara Provinsi Aceh dan Selat MalakaSelatan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia barat propinsi Aceh dan Samudera Indonesia timur Selat Malaka.
Adapun terdapat 419 pulau di propinsi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias) dan pulau Berhala di selat Sumatera ( Malaka ).Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli. Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar : Sibuasi, Pini, Tanah bala, Tanah masa. Pusat pemerintahan di Pulau telo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias. Pulau-pulau lain di Sumatera Utara : Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau,Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser danTaman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektar (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka alam/kawasan pelestarian alam seluas 477.070 ha, hutan lindung 1.297.330 ha, hutan produksi terbatas 879.270 ha, hutan produksi tetap 1.035.690 ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha. Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan,transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untukareal transmigrasi.
Pemerintahan
Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Propinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Propinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi daerah otonom dari provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa Sumatera Utara merupakan propinsi multi etnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut :
1. Suku Melayu Deli : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai.
2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo.
3. Suku Batak Toba : Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir.
4. Suku Batak Pesisir : Tapanuli Tengah, Kota Sibolga.
5. Suku Batak Mandailing/Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang Lawas.
6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun.
7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat.
8. Suku Nias : Pulau Nias.
9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Pesisir barat.
10. Suku Aceh : Kota Medan.
11. Suku Jawa : Pesisir Timur dan Barat.
12. Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir Timur & Barat.
Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Pesisir timur seperti wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu Dialek "E" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa.Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Dipegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas 4 logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orangPesisir Pantai Barat Sumut, seperti Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah serta Aceh Singkildan Natal Madina menggunakan Bahasa Pesisir.
Agama
Agama utama di Sumatra Utara adalah:
· Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau,Jawa, Aceh, suku BatakMandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak
· Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Toba, Simalungun,Pakpak, Mandailing dan Nias
· Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan
· Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
· Konghucu : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
· Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tingg
· Animisme: masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya.
Seni dan Budaya Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan,tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.
Arsitektur
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau. Rumah adat suku bangsa Batak bernama Ruma Batak. Berdiri kokoh dan megah dan masih banyak ditemui di Samosir.Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karomemiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapisatap di Sumatera Utara.Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon,balai bolon, jemur,pantangan balai butuh dan lesung. Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat). Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.
Tarian perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan.Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.
Kerajinan
Selain arsitektur, tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian, dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Biasanya warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih. Pada suku Karo ada tenunan yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tuadan kemerahan. Pada suku Pesisir ada tenunan yang dikenal dengan nama Songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah Merah Tua atau Kuning Emas.
Kuliner
Makanan Khas di Sumatera Utara sangat bervariasi, tergantung dari daerah tersebut. Saksang dan Babi panggang sangat terkenal untuk mereka yang melaksanakan pesta maupun masakan rumah. Misalkan seperti di daerah Pakpak Dairi, Pelleng adalah makanan khas dengan bumbu yang sangat pedas.Di tanah Batak sendiri adalah dengke naniarsik yang merupakan ikan yang digulai tanpa menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas juga panas. Pasituak Nagonggi atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya Tuak atau nira dengan kehidupan mereka. Latar belakangSebuah etnik tidak bisa terlepas dari unsur keseniannya. kesatuan alam, budaya dan seni merupakan perwujudan menyeluruh dari sebuah etnik. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kayaakan ragam etnik juga mempunyai keragaman kesenian yang dimiliki masing-masing etnik tersebut.
Rumah Adat
Rumah adat Sumatra Utara Jahu balon, sebuah rumah pertemuan keluarga besar.Berbentuk pangung dan ruang atas untuk tempat tinggal. Pada ruang ini tak adakamar-kamar dan biasanya 8 keluarga tinggal bersama-sama. Tempat tidur lebihtinggi dari dapur.
Musik daerah Sumatera Utara
Sama seperti budaya daerah lainnya yang ada di Indonesia Sumatera Utara juga memilki musik yang khas daerah Sumse. Musik yang biasa dimainkan di Sumatra Utara ini tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan di Sumut. Yang menjadi ciri khas adalah terdapat alunan musik genderang. Seperti misalnya pada Etnis Pesisir yang memiliki serangkaian alat musik yang sebut dengan Sikambang.
Tarian Budaya Sumatera Utara
Memiliki beraneka ragam seni tari tradisional yang terbagi beberapa macam. Ada yang bernuansa magis yang berupa tarian sakral namun ada juga yang sifatnya untuk hiburan saja yang berupa tari profan. Jenis tari adat Sumut merupakan bagian dari upacara adat, sedangkan tari sakralnya biasanya ditarikan oleh dayu-datu.
Beberapa tarian yang berasal dari Sumatera Utara adalah tari Tortor, morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung, tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.
Budaya Sumatera Utara
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau.
Rumah adat suku bangsa Batak bernama Ruma Batak. Berdiri kokoh dan megah dan masih banyak ditemui di Samosir. Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon,balai bolon,jemur,pantangan balai butuh dan lesung. Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat). Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.
Suku Karo
Suku Karo sebagai salah satu etnik dari beratus etnik yang dimiliki nusantara tentu memiliki keunikan kesenian tersendiri. Keunikan kesenian Karo inilah yang menjadi kebanggaan suku Karo dalam menjalankan tutur budayanya. Tapi potensi dan pengembangan kesenian Karo tidak bisa terlepaskan dari bagaimana masyarakat Karo dalam mengekspresikan kebudayaan Karo yang terlihat dalam musiknya sendiri. Seni pertunjukan atau seni persembahan dalam kebudayaan masyarakat Karo mencakup seni musik yang lazim disebut dengan gendang, seni tari yang lazim disebut dengan landek, dan seni teater yang didukung oleh genre tembut-tembut atau gundala-gundala terutama di daerah Seberaya.Dalam budaya masyarakat Karo, sebutan untuk pemusik adalah sierjabaten, yang secara denotatif artinya adalah yang memiliki tugas. Sierjabaten terdiri dari pemain sarune, gendangsinganaki, gendang singindungi, gendang penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik, dalametnosains tradisional Karo mereka memiliki nama masing-masing, yaitu; pemain sarune disebut panarune, pemain gendang (singanaki dan singindungi) disebut penggua, dan pemain penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut simalugung, serta pemain mangkuk michiho disebut simalu mangkuk michiho.
Dalam penyajiannya musik gendang karo ini biasanya digunakanuntuk menari, menyanyi dan berbagai ritual tradisi. Dalam kajian ini, pemfokusannya hanya musik intrumentasi untuk keterangan yang lebih lanjut membahas lebih pada bagaimana instrumentasi dan analisis musik seperti analisis elemen-elemen waktu tekstur, bentuk-bentuk variasi dan penotasian pola-pola ritme perinstrumen musik instrumen kesenian gendang karo. Tetapi pada penulisannya terdapat batasan-batasan di setiap sub topiknya.
Analisis musik kesenian Gendang Karo
Didalam analisis musik pada kesenian gendang karo untuk penyajiannya pada umumnya hampirsama dengan kesenian rakyat yang ada di jawa. Penyajiannya sederhana, lugas, tempo, dan pola-pola yang tidak rumit dan statis, tetapi dalam permainan alat musik tiup sarune membutuhkan tehnik tertentu yang kompleks dalam peniupannya maupun penjarian jari dan repertoarnya. Pembahasan untuk analisa musik ini dengan cara memandang dari unsur-unsur musikal kesenian Gendang Karo antara lain pemain, medium seperti instrumen, dan pola-pola permainan Instrumentasi Kesenian Gendang KaroGendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebutterdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon), gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut. Alat tradisional ini sering digunakan untuk menari, menyanyi dan berbagai ritus tradisi.
Untuk jelasnya pembahasan satu persatu dari instrumennya:
· Sarune, alat musik ini adalah sebagai pembawa melodi dalam ensambel gendang lima sidalanen atau ensambel gendang sarune. Alat musik ini dapat diklasifikasikan ke dalam golonganaerofon reed ganda berbentuk konis. Sarune ini terbuat dari bahan kayu mahoni (Swetenia mahagoni) atau yang sejenisnya. Sarune ini secara taksonomis (struktrual) terdiri dari : Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (pipa kecil) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Daun dibentuk triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu, dengan posisi kedua sudut daun tersebut.
·
Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan anak-anak sarune. Biasanya dibuatdari timah, panjangnya sama dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain padalobang sarune,* ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-embulu sarune yang bergunauntuk penampung bibir pada saat meniup sarune. Bentuknya melingkar dnegan diameter 3 cm dan ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang (hewan), tempurung, atau perak,
· Batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune, bentuknya konis baik bagian dalam maupun luar. Sarune mempunyai delapan buah lobang nada. Tujuh di sisi atas dan satu di belakang.Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang ke lempengan 5,6 cm.
· Gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune. Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang batang sarune yaitu 5/9.b) Gendang, alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik.
Dalam budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk). Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian gendang anakdan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran dan fungsi estetis akustiknya. Bagian-bagian gendang itu adalah:
· Tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang ini terbuat dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini dipasang ke bingkai bibir penampang endang. Bingkainya terbuat dari bambu.
· Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat dari kayu nangka (Artocarpus integrasp). Salah satu sampel contoh ukuran untuk bagian atas gendang anak adalah 5 cm, diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. Ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak, diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3cm, dan panjang keseluruhan 11,5 cm. Alatpukulnya (stik) terbuat dari kayu jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan bentuknya. Panjangnya 14cm dan penampang dan penampung relatif 2 cm. Untuk gendang indung,diameter bagian atas 5,5 cm, bagian bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya juga terbuat dari kayu jerukpurut. Ukuran alat pukul ini berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang keduanya sama 14 cm.
· Gung dan penganak, yaitu pengatur ritme musik tradisional Karo. Gung ini diklasifikasikan kedalam kategori idiofon yang terbuat dari logam yang cara memainkannya digantung. Gung terbuat dari tembaga, berbentuk bundar mempunyai pencu. Gung dalam musik tradisional Karo terbagi dua yaitu gung penganak dan gung. Salah satu contoh ukuran gung penganak diameternya 15,6 cmdengan pencu 4 cm dan ketebalan sisi lingkarannya 2,8 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi dengan karet. Gung mempunyai diameter 65 cm dengan pencu berdiameter 15cm dan tebalsisi lingkarannya 10 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi karet.
Alat musik tradisional suku Karo adalah Gendang Karo. Biasanya disebut Gendang Lima Sedalinen yang artinya seperangkat gendang tari yang terdiri dari lima unsur. Unsur disini bisa kita lihat dari beberapa alat musik tradisional Karo seperti Kulcapi, Balobat, Surdam, Keteng-keteng, Murhab, Serune, Gendang si ngindungi, Gendang si nganaki, Penganak dan Gung. Alat tradisional ini sering digunakan untuk menari, menyanyi dan berbagai ritus tradisi. Jadi Gendang Karo sudah lengkap (lima sedalinen) jika sudah ada Serune, Gendang si ngindungi, Gendang si nganaki, Penganak dan Gung dalam mengiringi sebuah upacara atau pesta. Tapi banyak tertulis dalam artikel di situs-situs tentang kesenian gendang karo sekarang perkembangan musik Karo sudah terkontaminasi dengan alat modern semacam keyboard. Era masuknya musik keyboard ke dalam kesenian Karo sekitartahun 1990an. Musik keyboard sudah mendominasi kesenian Karo, sehingga timbul kesimpulan jika tidak ada Keyboard maka gendang Karo itu tidak ramai.
Pentranskrisiannya untuk musik kesenian gendang karoini lebih pada pola yang pokok-pokok atau pola-pola yang statis pola karena untuk permainan gendangnya lebih banyak improvisasi pola-polanya sering berganti-ganti dan tidak tetap. Untuk perklasifikasian pola transkripsi tidak ada karena dari awal sampai akhir polanya instrumen untuk temponya tetap atau statis, jadi penulisan pola-pola permainan hanya satu kumpulan pola per instrumen seperti dibawah ini:
· Sarune : instrumen melodi dan penanda untuk mempercepat tempo (accelerando) pada waktu akan berhenti (coda atau ending) dengan cara membunyikan satu nada panjang. Cara dan tehnik permainan sarune sangat sulit dikarenakan peniupannya awal sampai coda tidak adaberhentinya dan seperti tidak ada putusnya padahal penyajiannya 4 menit lebih. Bunyinya seperti terompet ponorogo dalam reog.
· Gendang Indung : sebagai pola imbal dari gendang anak dan juga kadang-kadang bersamaan memukulnya.
· Gung : sebagai tempo yang teratur berada pada akhir irama.Bunyinya “gong”.
· Penganak : juga sebagai tempo teratur, bunyinya “ting”.
Tari Tor – Tor
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak. Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya. Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
Tari Serampang Dua Belas
Tari serampang dua belas sendiri diciptakan oleh Sauti pada era 1940-an. Sauti adalah penari kelahiran tahun 1903 di Pantai Cermin, yang saat ini menjadi bagian Kabupaten Serdang Bedagai. Sauti juga seorang guru dan diperbantukan di Perwakilan Jawatan Kebudayaan Sumatera Utara di Medan. Ia meninggal pada tahun 1963. Tarian pergaulan yang ditarikan secara berpasangan, baik dengan lawan jenis maupun sejenis, ini kini terkenal di seluruh tanah air, bahkan dibawakan di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hongkong. Keterkenalan itu di satu sisi juga menimbulkan kecemasan karena bisa diklaim oleh bangsa lain. Saat zaman diciptakan, kaum perempuan belum boleh ikut menari karena menari berarti akan memperlihatkan lekuk tubuh mereka dan itu dilarang. Namun, dalam perkembangannya pasangan laki-laki dan perempuan yang menari. Tarian bercerita tentang perkenalan muda-mudi hingga memasuki perkawinan dalam 12 ragam atau 12 langkah gerakan sehingga kemudian nama tarian menjadi serampang dua belas.
Jenis Ulos Batak dan Fungsinya.
Dahulu sudah memiliki Kerajaan sendiri, Mardebata Mulajadi Nabolon (“pencipta yang maha besar”), memiliki Surat Aksara Batak, dan sudah pernah memiliki Uang tukar yakni Ringgit Batak (“Ringgit Sitio Suara”), uning-uningan namarragam (“musik”), memiliki Budaya Adat, dan mempunyai Hukum.
Namun sekarang ini sudah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan orang Batak Toba sudah banyak yang tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri, melihat perkembangan teknologi sekarang ini, tor-tor Batak sudah banyak yang tidak mengetahuinya, bahkan dewasa ini Ulos Batak tidak dikenal jenis-jenis dan Fungsinya.
Jenis dan Fungsi Ulos Batak:
· Ulos Antak-Antak, dipakai selendang orang tua melayat orang meninggal, dan dipakai sebagai kain dililit/ hohop hohop waktu acara manortor.
· Ulos Bintang Maratur, Ulos ini merupakan Ulos yang paling banyak kegunaannya didalam acara-acara yakni: Diberikan kepada anak yang memasuki rumah baru oleh orang tua, kalau diadat Toba Ulos ini diberikan waktu selamatan Hamil 7 Bulan oleh orang tua, tetapi lain halnya kalau di Tarutung Ulos ini yang diberikan waktu acara suka cita (“gembira”), Ulos ini juga diberikan kepada Pahompu yang baru lahir, parompa walaupun kebanyakan kasih mangiring apalagi yang maksudnya agar anak yang baru lahir diiringi anak selanjutnya, kemudian ulos ini dipakai untuk pahompu yang dibabtis dan juga dipakai untuk sebagai selendang.
· Ulos Bolean, Ulos ini dipakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan.
· Ulos Mangiring, Ulos ini dipakai selendang, Tali-tali, juga Ulos ini diberikan kepada anak cucu yang baru lahir terutama anak pertama yang dimaksud sebagai Simbol keinginan agar sianak diiringi anak yang seterusnya, bahkan Ulos ini dapat dipakai sebagai Parompa.
· Ulos Padang Ursa, dipakai sebagai Tali-tali dan Selendang.
· Ulos Pinan Lobu-Lobu, dipakai sebagai Selendang.
· Ulos Pinuncaan, Ulos ini sebenarnya terdiri dari lima bagian yang ditenun secara terpisah yang kemudian disatukan dengan rapi hingga menjadi bentuk satu Ulos yang kegunaannya antara lain:Ulos ini dapat dipakai berbagai keperluan acara-acara duka cita atau suka cita, dalam acara adat ulos ini dipakai/ disandang oleh Raja-Raja Adat maupun oleh Rakyat Biasa selama memenuhi pedoman misalnya, pada pesta perkawinan atau upacara adat suhut sihabolonon/ Hasuhutonlah (“tuan rumah”) yang memakai ulos ini, kemudian pada waktu pesta besar dalam acara marpaniaran, ulos ini juga dipakai/ dililit sebagai kain/ hohop-hohop oleh keluarga hasuhuton, dan Ulos ini sebagai Ulos Passamot pada acara Perkawinan.
· Ulos Ragi Hotang, Ulos ini biasa diberi kepada sepasang pengantin yang disebut sebagai Ulos Hela.
· Ragi Huting, Ulos ini sekarang sudah Jarang dipakai, konon jaman orang tua dulu sebelum merdeka, anak-anak perempuan pakai Ulos Ragi Huting ini sebagai pakaian sehari-hari dililit didada (Hoba-hoba), dan kemudian dipakai orang tua sebagai selendang apabila bepergian.
· Ulos Sibolang Rasta Pamontari, Ulos ini kalau jaman dulu dipakai untuk keperluan duka dan suka cita, tetapi pada jaman sekarang ini sibolang bisa dikatakan symbol duka cita, dipakai juga sebagai Ulos Saput (yang meninggal orang dewasa yang belum punya cucu), dan dipakai sebagai Ulos Tujung (Janda/Duda yang belum punya cucu), dan kemudian pada peristiwa duka cita Ulos ini paling banyak dipergunakan oleh keluarga dekat.
· Ulos Sibunga Umbasang dan Ulos Simpar, dipakai sebagai Selendang.
· Ulos Sitolu Tuho, Ulos ini dipakai sebagai ikat kepala atau selendang wanita,
· Ulos Suri-suri Ganjang, dipakai sebagai Hande-hande pada waktu margondang, dan dipergunakan sebagai oleh pihak Hula-hula untuk manggabe i borunya karena itu disebut juga Ulos gabe-gabe.
· Ulos Ragi Harangan, pemakaiannya sama dengan Ragi Pakko.
· Ulos Simarinjam sisi, dipakai sebagai kain, dan juga dilengkapi dengan Ulos Pinuncaan disandang dengan perlengkapan adat Batak sebagai Panjoloani yang memakai ini satu orang paling depan.
· Ulos Ragi Pakko, dipakai sebagai selimut pada jaman dahulu dan pengantar wanita yang dari keluarga kaya bawa dua ragi untuk selimut yang dipergunakan sehari-hari, dan itu jugalah apabila nanti setelah tua meninggal akan disaput pakai Ragi ditambah Ulos lainnya yang disebit Ragi Pakko lantaran memang warnanya hitam seperti Pakko.
· Ulos Tumtuman, dipakai sebagai tali-tali yang bermotif dan dipakai anak yang pertama dari hasuhutan.
· Ulos Tutur-Tutur, dipakai sebagai tali-tali dan sebagai Hande-hande yang sering diberikan oleh orang tua sebagai Parompa kepada cucunya.
Maka dari jenis dan fungsi Ulos ini, disebut pengenalan jati diri orang batak sesuai Budaya dan Adatnya, dan orang Batak dikenal dari Ulos yang disandangnya, sian Tortornya bahkan dari Tungkot na.
Contoh gambar Ulos :
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan terdiri atas pulau-pulau. Ada begitubanyak suku dan adat istiadat di Indonesia. Latar belakang ini melahirkan keragamanyang luar biasa. Ada ribuan, atau mungkin jutaan artefak budaya yang tersimpan dibumi pertiwi, mulai dari tarian, ornamen, motif kain, alat musik, cerita rakyat, musik dan lagu, makanan dan minuman, seni Pertunjukan, produk arsitektur, dan lainsebagainya. Ini merupakan sebuah kekayaan luar biasa yang telah diberikan olehTuhan Yang Maha Esa ke Negara Indonesia.Saat ini, kita hidup di era globalisasi yang sarat atas persaingan yang tinggi. Di babak ini, inovasi menjadi “bahan bakar” pertumbuhan ekonomi. Tingginya tingkatpersaingan mengakibatkan ekonomi global harus terus bergerak mencari inovasi-inovasi baru. Intensitas kompetisi ini membuat terjadinya pergeseran dari “inovasiberbasis teknologi” menjadi “inovasi berbasis kreativitas”. Artefak-artefak tradisional,yang pada awalnya dianggap tidak bernilai ekonomi tinggi, menjadi sangat berharga.Hal inilah yang melatarbelakangi pencurian, pematenan dan klaim Negara atauoknum Warga Negara Lain terhadap artefak budaya Indonesia. Beberapa artefak budaya Indonesia kemungkinan telah dicuri, dipatenkan atau diklaim oleh negara lain,misalnya naskah kuno di Riau, naskah kuno di Sumatera Barat, naskah kuno diSulawesi Selatan, Batik Jawa, Tari Piring, Tari Reog Ponorogo dan lain sebagainya.Data artefak budaya Indonesia yang diduga telah dicuri, dipatenkan atau diklaim olehnegara lain dapat dilihatdi sini.
Data Klaim Negara Lain Atas Budaya
Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warganegara asing, ataupun negara lain :
· Batik dari Jawa oleh Adidas
· Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
· Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
· Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
· Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
· Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
· Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda
· Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda
· Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda
· Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing
· Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
· Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
· Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
· Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
· Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
· Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
· Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
· Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
· Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
· Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis
· Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris
· Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
· Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika
· Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd
· Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
· Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda
· Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang
· Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
· Kain Ulos oleh Malaysia
· Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
· Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
· Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Kesimpulan
Secara umum kehidupan kesenian tradisional di Indonesia saat ini mendapat tantangan atau hambatan cukup besar. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, karena menurunnya daya apresiasi mayarakat yang disebabkan oleh gencarnya arus kesenian masa kini yang melanda berbagai pelosok. Dilihat dari sumber-sumber yang ada, pengembangan dan pelestarian kesenian Karo saat ini sudahmasuk dalam taraf memprihatinkan. Kita tidak boleh begitu saja menyalahkan para seniman Karo yang selalu saja berusaha mencari cara bagaimana agar kesenian Karo dapat berkembang dan lestari. Tapi keberlangsungan kesenian Karo tersebut terletak pada masyakarakat Karo sendiri bagaimana mengapresiasikan kekayaan keseniannya. Sekali lagi, keberlangsungan kesenian Karo tidak hanya terletak di bahu para senimannya. Tapi juga peran serta masyarakat Karo dalam melestarikan dan menghargainya. Alangkah baiknya jika kita tumbuhkan rasa memiliki, melestarikan dan menghargai akan perkembangan kesenian Karo. Hingga Kesenian Karo itu tidak pernah mati. Kesenian tradisi masih mempunyai nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya. Perlu diketahui juga biarpun kesenian tradisi musik gendang karo ini dapat memberikan nilai-nilai tertentu dalam kehidupan manusia dan tidak lepas dari fungsinya musik gendang karo biasanya digunakan sebagai iringan menari, menyanyi dan berbagai ritual – ritual tradisi.
Salah satu unsur penyebab terhalangnya perkembangan seni tradisional adalah adanya kesenian masa kini yang disebut sebagai seni pop. Seni pop ini lebih mudah diapresiasi oleh kalangan muda hingga menyebabkan generasi muda makin tidak memiliki kemampuan mengapresiasi kesenian tradisional. Dan gencarnya propaganda atau arahan yang sistematis termasuk dalam pendidikan di sekolah yang berdasar pada pendekatan estetika mono-kultur (barat), telah mengubah pola pikir masyarakat dalam memandang kesenian tradisional.
Karya-karya baru yang bertolak dari khasanah kesenian tradisional dari kalangan akademik atau yang paling banyak dipentaskan di panggung pangung modern dan televisi, secara umum dianggap kebih baik. Sehingga menurunkan penghargaan terhadap kesenian tradisioanl yang terdapat dalam masyarakatnya. Walaupun, di sisi lain fenomena ini meningkatkan kebanggaan masyarakat bersangkutan karena tumbuhnya pengakuan umum terhadap kesenian mereka. Menjamurnya musik modern yang kerap terjebak dalam industrialisasi sekaligus telah membuat posisi musik tradisional semakin dijauhi. Untuk Sumatra Utara misalnya, dewasa ini musik tradisional lebih sering diperdengarkan di acara adat; baik pernikahan maupun kematian, seperti yang terjadi dengan musik Batak Toba. Musik tradisional jarang terdengar di lobi-lobi hotel, kafe anak muda atau tempat di mana orang-orang biasanya bersosialisasi. Meski demikian, semangat untuk mempertahankan musik tradisional sebagai bagian dari kebudayaan, masih tak berhenti di tengah jalan. Hal ini misalnya telah dilakukan sejumlah komunitas seniman di Sumut. Berbagai kegiatan seni terus dilakukan dengan harapan agar kesenian tradisional bisa tetap menjadi bagian dari identitas budaya. Dan kalau bisa menjadi bagian dari gaya hidup masa kini, terutama anak muda.
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak. Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur). Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakantersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Jenis tari tor tor beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya. Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga dipuncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
Budaya Sumatera Utara - Seni Kebudayaan Tradisional Propinsi Daerah Sumut. Sumatra Utara memiliki khasanah kekayaan budaya yang beraneka ragam. Kebudayaan daerah Sumatra Utaral tersebut meliputi adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah.Di Propinsi Sumatera Utara terdapat beberapa suku yang mendiami propinsi tersebut diantaranya adalah suku Melayu, suku Nias, suku Batak Toba, suku Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah,suku Tapanuli Selatan yang terdiri dari suku Sipirok, suku Angkola, Padang Bolak, serta Mandailing. Namun ada juga pendatang seperti suku Minang, Jawa serta Aceh. Pendatang ini membawa kebudayaan serta adat-istiadatnya masing-masing. Seni Budaya Sumatera Utara musik daerah Sumatera Utara sama seperti budaya daerah lainnya yang ada di Indonesia. Sumatera Utara juga memilki musik yang khas daerah Sumut. Musik yang biasa dimainkan di Sumatra Utara ini tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan di Sumut. Yang menjadi ciri khas adalah terdapat alunan musik genderang. Seperti misalnya pada Etnis Pesisir yang memiliki serangkaian alat musik yang disebut dengan Sikambang.Tarian Budaya Sumatera Utara memiliki beraneka ragam seni tari tradisional yang terbagi beberapa macam. Ada yang bernuansa magis yang berupa tarian sakral namun ada juga yang sifatnya untuk hiburan saja yang berupa tari profan. Jenis tari adat Sumut merupakan bagian dari upacara adat, sedangkan tari sakralnya biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Beberapa tarian yang berasal dari Sumatera Utara adalah tari Tortor, morah-morah, parakut, sipajok,patam-patam sering dan kebangkiung, tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiahkarena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namunbisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara adalah Medan yang terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° -100° Bujur Timur, yang pada tahun 2004 memiliki 18 Kabupaten dan 7 kota, dan terdiri dari 328kecamatan, secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan.Luas daratan Propinsi Sumatera Utara 71.680 km 2 , Sumatera Utara tersohor karena luasperkebunannya, hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi.Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau.Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, danTapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh KabupatenKaro, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia danSingapura. Pemerintah Propinsi (Pemprop) Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten di Sumatera Utara maupun antara Sumatera Utara dengan propinsi lainnya. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi,transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah Pembangunan.
Sumatera Utara merupakan propinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus)berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km 2dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km 2 , sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000. TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002naik lagi menjadi 69,45 persen.
Budaya dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalamberbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengankepala kerbau.Rumah adat suku bangsa Batak bernama Ruma Batak. Berdiri kokoh dan megah dan masih banyakditemui di Samosir. Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yangdisebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara. Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon,balai bolon, jemur, pantangan balai butuh dan lesung. Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat). Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan,tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang. Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor adayang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patamsering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan.Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII.
Perubahan yang terjadi dalam kesenian tradisional Karo adalah perubahan pemakaian alat musik, yaitu alat musik tradisional digantikan oleh satu alat musik barat yang dikenal dengan nama keyboard. Pada awalnya keyboard digabungkan dengan ensambel kesenian tradisional Karo dalam mengiringi seni pertunjukan tradisional gendang guro-guro aron, namun belakangan alat musik Barat tersebut digunakan secara tunggal untuk mengiringi gendang guro-guro aron, tanpa disertai musik tradisional. Hal tersebut dapat terjadi karena keyboard yang digunakan telah memiliki fasilitas untuk memprogram suatu irama musik tertentu, sehingga irama musik tradisonal Karo dapat diprogram "menyerupai" bunyi musik Karo. Bunyi musik Karo imitasi yang muncul melalui keybaord sering disebut dengan gendang kibod. Terjadinya perubahan tersebut mengakibatkan gendang guro-guro aron semakin sering dilaksanakan oleh komunitas masyarakat Karo, baik di wilayah kabupaten Karo, maupun di wilayah kota Medan. Dalam perkembangan selanjutnya, keyboard juga telah dipergunakan dalam beberapa konteks upacara tradisi Karo lainnya.
Perubahan pemakaian alat musik ini dicermati melalui penelitian dengan rumusan :
1) Bagaimana bentuk perubahan alat musikyang terjadi dalam kebudayaan musik tradisional Karo.
2) Apa fungsi dari perubahan alat musiktersebut bagi masyarakat Karo.
3) Apa makna perubahan alat musik tersebut bagi masyarakat Karo.
Ketiga permasalahan tersebut dibahas berdasarkan teori akulturasi, teori perubahan, dan teori fungsi musik. Oleh karena permasalahan adalah perubahan yang terjadi dalam seni pertunjukan dan upacara adat, maka unsur pengamatan (observasi) pada saat berlangsungnya hal tersebut merupakan hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan alat musik tersebutmenimbulkan akulturasi di dalam seni pertunjukan tradisional Karo. Alat musiknya berasal dari Barat, pemakaiannya di dalam konteksnya tradisional Karo. Fungsi perubahan alat musik menunjukkan tiga hal mendasar, yakni : terjadinya pergeseran fungsi musik, timbulnya fungsi musik yang baru, yaitu: fungsi ekonomi, fungsi imitasi dan individu, dan musik semakin berfungsi sebagai sarana hiburan dan sarana pengintegrasian masyarakat Karo. Perubahan alat musik tersebut juga melahirkan beberapa makna musik yang baru pada masyarakat Karo, seperti : makna seni populer,ekonomi, keseragaman, ketergantungan teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar