Jumat, 06 Mei 2011

UTS KKI

KESENIAN TRADISIONAL JAWATIMUR

KUDA LUMPING.
Kuda lumping atau dikenal dengan jarang kepang,disebut kuda bohong-bohongan yang dikendarai oleh manusia  yang tidak sadar(kesurupan dengan menggunakan magic untuk acara tertentu)dan juga bisa dibuat semata-mata untuk hiburan, terbuat dari bambu yang dianyam menyerupai seekor kuda dan dihiasi oleh tali-tali yang dibuat sedemikian rupa berbentuk serabut yang dipergunakan sebagai hiasan rambut kuda yang terletak dipungung kuda dan berwarna-warni hingga menimbulkan kesan menarik.   kesenian ini diperagakan secara massal , dan dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu resmi atau biasanya diadakan pada waktu upacara.
REOG PONOROGO.
Reog ponorogo : topeng yang berukuran besar,  terdiri dari kepala singa dan diatasnya terdapat burung merak dan cara pemakaiannya dengan  bantuan magic atau digigit.
Cerita rakyat/legenda (reog dan kuda lumping): Dewi sanggalangit, putri Raja Kediri tampak berduka. Ia bingung memilih siapa yang tepat menjadi suaminya. Sementara, puluhan raja menantikan kepastian  dari sang dewi.
Sore itu datang dua pelamar lagi. Mereka adalah Patih Iderkala dan Patih Bujang Ganong. Patih Iderkala melamarkan Raja Singabarong dari Kerajaan ladoya, Blitar. Patih Bujang Ganong mewakili Raja Kelana suwandana dari Kerajaan Wengker, ponorogo.
Kedua raja itu amat sakti, Dewi Sanggalangit memberi beberapa syarat . pertama: calon suamiku harus bisa menyediakan 144 kuda kembar yang ditunggangi oleh pemuda-pemuda rupawan. Kedua : ia harus membawa seekor binatang berkepala dua. Ketiga: ia harus bisa menyajikan sebuah totonan menarik yang belum pernah disaksikan orang, dan Raja Kediri mengumpulkan para pelamar di balairung istana untuk menyampaikan keinginan putrinya, para  raja tampak putus asa karena merasa tak sanggup memenuhi syarat yang disajikan sang dewi. Namun, tidak demikian dengan Patih Iderkala dan patih Bujang Ganong.
Kedua patih cepat kembali ke kerajaan masing-masing untuk memberitahukan ke rajanya, Raja Singabarong amat sakti. Wajahnya amat menyeramkan. Ia adalah manusia yang berwajah harimau, di bahu Raja Singabarong bertengger seekor burung merak. Burung cantik ini tadinya milik Patih Iderkala. Oleh patih dihadiakan kepada raja, karena raja telah berbaik hati mengangkatnya, raja merasa beruntung  karena si burung pintar mencari kutu di rambut  raja yang berkepala harimau itu.
Raja Kelana Suwandana dan Patih Bujang Ganong yang setia, mempersiapkan diri dan berkat kesaktiannya, seratus empat puluh empat kuda kembar siap dipersembahkan untuk sang Dewi, hal itu akhirnya diketahui Patih Iderkala  dan segera menyamar bersama anak buahnya, melakukan siasat untuk merampasnya. Sialnya, dua anak buahnya tertangkap. Lodra dan Ardawalika, raja menghukumnya sampai mereka mengaku siapa dirinya, karena raja kagum atas keteguhan hati keduanya dibebaskan meskipun sebenarnya  mereka  adalah musuhnya.
Ternyata, Patih Iderkala pun bernasib sial. Ia dihadang Patih Bujang Ganong di perbatasan Kerajaan Wengker. Kedua Patih itu saling berhadapan. Mereka lalu mengadu kesaktian. Dalam pertarungan itu Patih Iderkala terbunuh oleh keris Patih Bujang Ganong. Lalu Raja Singabarong menyusul ke Kerajaan Wengker. Ia amat marah ketika manemukan mayat Patih Iderkala. Lalu, ia menatang patih bujang banong tetapi pertarungan berlangsung tidak seimbang, ketika patih nyaris kalah, tiba-tiba Raja Kelana suwandana muncul disitu. Lalu kedua raja itu saling mengadu kesaktian beberapa saat kemudian, raja Singabarong terlihat semakin lamban gerakanya hal itu disebabkan oleh kutu-kutu di kepalanya  yang sering menggagunya di setiap saat, oleh karena itu Raja Singabarong lari dari pertarungan dan pulang ke Kerajaannya, setibanya di istana Raja Singabarong segera memerintahkan burung merak untuk mencari kutu di rambutnya.
Raja Kelana Suwandana diam-diam mengikuti  Raja Singabarong ke istananya yang terletak di blitar, ketika keenakan  , tiba-tiba sesosok bayangan muncul di belakang Raja Singabarong. Ternyata , ia adalah Raja Kelana Suwandana, si raja mengheningkan cipta  dan memohon kekuatan dari sang dewata untuk mengkutuk Raja Singabarong atas perlakuannya dan mengeluarkan  cemeti saktinya dan menghajar tubuh raja hingga berubah menjadi binatang. Binatang berkepala dua! Setelah itu Raja Kelana Suwandana pergi ke Kerajaan Kediri. Ia hendak melamar Dewi Sanggalangit. Iring-iringan panjang terlihat di belakang kudanya. Seratus empat puluh empat ekor kuda kembar yang ditunggangi pemuda-pemuda rupawan. Nampak pula sekelompok penari dan seekor binatang berkepala dua yang tak lain adalah jelmaan raja Singabarong. Kemudian ia dinikahkan dengan dewi sanggalangit, tontonan itu kemudian dinamai reog. Karena asal reog dari ponorogo maka reog itu disebut reog ponorogo.
KARAPAN SAPI.
Karapan sapi: suatu perlombaan yang diperuntukan untuk menghibur masyarakat dan bukan perlombaan nasional , medianya dua ekor sapi yang dilombakan dengan dibantu satu pawang untuk mengemudikan dan dihias supaya menarik penonton , kesenian tradisional ini Cuma terdapat di pulau Madura.
BERBAGAI WAYANG DI JAWA TIMUR.
WAYANG KULIT.
            Wayang kulit jawa timur : wayang kulit atau disebut juga wayang purwa adalah salah satu bentuk teater boneka, hanya saja bonekanya berbentuk wayang. Wayang kulit terbuat dari bahan kulit lembu yang di samak dan dikeringkan. Cerita-cerita yang dimainkan diambil dari kisah-kisah Ramayana dan Mahabrata yang disadur dalam bahasa Jawa Kuno oleh Empu Sedah dan Empu panuluh. Pada masa penyebaran islam oleh para wali di tanah jawa, wayang digunakan sebagai alat penyebaran agama islam.
WAYANG BEBER.   
            Wayang Beber: wayang beber merupakan jenis pertunjuka wayang tertua di Indonesia. Wayang ini lahir pada zaman Majapahit. Bentuknya berupa lukisan sebuah adegan pada selembar kain. Setiap helai kain berisi sebuah adegan, kemudian dalang menceritakan adegan tersebut. Setelah selesai menceritakan adegan tersebut, kain digulung, dan dibeber  adegan lainnya. Wayang beber ini kini telah punah.
WAYANG PURWA.
            Wayang purwa : wayang kulit purwa diperkirakan  mempunyai umur yang paling tua di antara wayang kulit lainnya keberadaan wayang kulit purwa dapat diketahui dari prasasti peninggalan jaman pemerintahan Erlangga.
Menurut kitab centini, tentang asal-usul wayang purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang, Kediri. Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya merupakan penyembah dewa wisnu, bahkan masyarakat menganggapnya sebagai titisan Batara Winu.
Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara guru atau sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa wisnu. Wayang purwa merupakan kesukaan masyarakat jawa, cerita yang  diambil merupakan kisah Ramayan, Mahabrata atau Kresnayana, sedangkan jika sudah merambah ke cerita panji biasanya disajikan dengan wayang Gedog.
WAYANG TOPENG.
            Wayang topeng diperankan oleh pemain yang menggunakan topeng. Namun para pemain tidak mengeluarkan suara, yang berbicara adalah sang dalang.
Wayang topeng malang : salah satu teater yang juga berasal dari jawa timur adalah wayang topeng Malang. Pertunjukan ini biasanya dimainkan untuk memeriahkan acara pernikahan, khitanan dan kaulan yang dilakukan pada siang atau malam hari. Seluruh pemerannya adalah laki-laki. Tokoh perempuan pun dimainkan pun dimainkan oleh laki-laki. Semua memakai topeng. Jumlah pemainnya antara 7 sampai 10 orang yang memerankan 25 sampai 30 tokoh topeng. Dengan demikian setiap penari akan memerankan 3 atau 4 tokoh. Setiap rombongan biasanya memiliki sekitar  60 tokoh topeng. Dalam wayang topeng seluruh percakapan dilakukan oleh dalang. Pemain tidak diperbolehkan berbicara, kecuali tokoh panokawan. Lakon yang dimainkan adalah cerita tentang panji, seperti lakon kudonowongso, walang sumirang, asmoro bangun topo, dan sayemboro sedolanang.
LUDRUK.
            LUDRUK:  ludruk berasal merupakan kesenian dari jawa timur. Ludruk diiringi oleh gamelan, mempunyai cerita yang beragam, ada nyayian yang berupa pantun. Ludruk termasuk kedalam jenis sandiwara.
Ludruk adalah jenis teater tradisional dari jawa timur yang sangat popular. Dahulu ada kelompok ludruk yang sangat terkenal yang bernama srimulat. Pada awalnya ludruk hanya dimainkan oleh para waria. Cerita-cerita yang dimainkan mengambil cerita zaman perjuangan dan cerita rakyat sehari-hari. Seperti ketoprak dan wayang orang sebuah kelompok ludruk biasanya tinggal di sebuah tobong dan mengadakan pertunjukan berkeliling dari suatu daerah ke daerah lainnya.
            PENDUKUNG PERTUNJUKAN WAYANG
DALANG.
Dalang merupakan pelaku utama dalam pertunjukan wayang. Tanpa dalang pertunjukan wayang tidak dapat berjalan. Setiap pertunjukan wayang yang ada di pulau Jawa biasanya berdurasi sekitar 9 jam. Seorang dalang duduk bersila dan tidak meninggalkan tempat pertunjukan selama itu. Dalang harus menggerakan wayang, menjadi pengisi suara serta bernyanyi. Kalau pertunjukan wayang diumpamakan sebagai sebuah film, maka dalang merupakan sutradaranya.
BLENCONG.
            Blencong merupakan lampu yang dipakai pada saat pertunjukan wayang. Blencong berfungsi sebagai penerang pada kain layar atau mori, sehingga bayangan dari wayang dapat terlihat pada kain tersebut.
KOTAK.
            Kotak merupakan tempat penyimpanan wayang
KEPRAK.
            Keprak terbuat dari kayu atau logam yang digantung pada kotak wayang. Pada saat pertunjukan wayang, dalang akan menggerakan keprak sebagai tanda bila sedang terjadi keributan dalam peperangan.
GAMELAN.
Gamelan terdiri dari:
·         Gender : merupakan gamelan salendro memiliki 11-12 bilah tipis terbuat dari logam.
·         Gong: berbentuk bulat terbuat dari logam. Dengan diameter  1 m
·         Kempul: merupakan gong kecil, berdiameter ½ m
·         Kenong : berbentuk seperti gong, yang berfungsi untuk menutup bunyi gamelan yang bunyinya lebih kecil
·         Kethok: bentuknya lebih kecil dari kenong
·         Saron: memiliki 6 bolah pada gamelan salendro
·         Rebab: merupakan biola dari arab
·         Suling: terbuat dari bambu, suara yang dihasilkannya lembut dan tinggi
·         Gendang: merupakan alat pukul atau tabuh yang terbuat dari kayu dan diberi penutup berupa kulit kambing
·         Ketipung : lebih kecil dari gendang
·         Celempung: merupakan siter dengan dengan kotak suara yang terbuat dari kayu jati
·         Bonang : merupakan gong yang tidak digantung
·         Gambang: terbuat dari kayu , memiliki bilah-bilah pada tepi grobogan
·         Bedug: bentuknya seperti gendang tetapi lebih besar . pada gamelan kerajaan, bedug tidak dipergunakan
·         Kemanak : terbuat dari logam dengan panjang sekitar 22 cm. bentuknya agak melengkung mirip buah pisang.

SENI TARI JAWA TIMUR
            Di tanah jawa , gamelan tak bisa dipisahkan dari seni tari serta drama. Tak heran pemain gamelan akan mengerti berbagai gerakan tari, sedangkan sang penari akan terbiasa dengan nada-nada gamelan. Walaupun tari klasik jawa dibagi menjadi dua jenis yaitu tari putri dan putra, tapi perbedaan antara keduanya tidak mutlak. Tari putra dibagi lagi menjadi dua karakter yaitu gagah dan halus, sedangkan karakter yang lain-lainnya ditarikan oleh wanita.
Pada masa kerajaan, tari mencapai tingkat estetis yang tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana, maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar, halus dan simbolis. Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari india yang terdapat pada tari-tarian istana jawa terletak pada posisi tangan. Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di jawa.
TARI-TARIAN JAWA TIMUR  
.           TARI REMO.
 tari remo adalah suatu tari penyambutan yang dilakukan oleh penari tunggal ataupun penari kelompok.Tarian ini memiliki dua gaya yaitu feminin dan gagah.
            Tari Remo mula-mula ditarikan pada awal pertunjukan ludruk, tetapi kemudian tarian ini berkebang menjadi tarian lepas yang dipentaskan pada festival rakyat, atau pada peringatan liburan nasional. Tari Remo diciptakan sebagai tarian untuk menyambut tamu sehingga disebut  tari penyambutan.
            Karakteristik gerakan tari Remo adalah hentakan kaki. Satu set bel kecil diikat di sekitar kaki kanan mata kaki.Bel berdering ketika penari berjalan atau menghentak  lantai dengan kaki kanannya. Di samping hentakan kaki, gerak kepala, permainan manipulatip dari selendang atau sampur, guratan ekspresi, dan gerakan penari ketika mengikuti irama musik membuat tarian ini unik.
Keunikan lainnya, yaitu kostum penari remo mempunyai berbagai gaya antara lain, sawunggaling, surabayan, Malangan, dan jombongan. Kostum surabayan terdiri dari selendang / syal merah mengikat kepala, embelan hitam di atas pundak menyerupai lencana raja, sepasang pantolan beludru yang dirajut setinggi lutut dengan permata dan benang/ulir keemasan, kain batik dikenakan di sekitar pinggang, paha dan pinggul, diiwru di bagian depan, stagen dan keris dikenakan disekitar pinggang. Sati lagi disampirkan di atas bahu. Tangan kanan memegang ujur sampur sebelah kanan, tangan kiri memegang ujung sampur sebelah kiri. Sementara kaki dihentakan sehingga menghasilkan bunyi gemerincing
Kostum dengan gaya lain ialah kemeja putih berdasi, sedangkan kostum gaya malangan lebih menyerupai kostum gaya Surabaya, tetapi celana lebih panjang tanpa hisan manik-manik, sedangkan kostum gaya jombongan dalah kemeja putih yang dilengkapi rompi.
Alat musik yang digunakan mengiringi tari remo terdiri dari boning,  bonang penerus, saron,gambang, slentem duduk, seruling, ketuk, kenong, kempol dan gong. Berbagai musik yang menemani tarian dapat berupa gamelan laras slendro atau pelog. Jenis lagu pengiring antara lain jula-juli Surabaya, dan tropongan. Lagu lain untuk mengiringi tarian remo adalah Walangkekek, gedok rancak, krucilan atau gending. Penari Remo menyanyikan lagu di tengah tariannya.
            TARI LENGGANG SURABAYA.
Tari lenggang Surabaya adalah tari kreasi baru yang telah dikembangkan di Surabaya dan sekitarnya yang diilhami oleh tarian lokal lain seperti tayub, tandaan, dan sandur Madura. Tarian ini menggambarkan kehalusan, kreatifitas,energik dan ekspresi anak-anak perempuan kota besar.
            TARI TERBANG REONG.
Terbang dan reong adalah dua alat musik yang digunakan untuk menemani tari terbang reong. Tarian ini diilhami oleh kuntulan dan hadrah jidor, sebuah tarian yang berkembang di kabupaten Banyuwangi. Tarian menggambarkan perasaan religious, digunakan sebagai alat untuk menyebarkan agama islam pada zaman dahulu.
TARI KASOMBER.
Tari kasomber adalah tarian yang dipengaruhi oleh gerak tarian Madura. Tarian ini menunjukan kegembiraan anak-anak lelaki yang sedang bermain di musim panen.
            TARI CAMBUK.
Tari cambuk adalah suatu tarian yang diilhami oleh karapan sapi, sandur, dan tandaan, yang berkembang di pulau Madura. Tarian ini dilakukan oleh anak-anak perempuan dan anak-anak lelaki yang menyatakan kebahagian pada masa panen, bersih desa.
TARI JARANAN
Tari jaranan di wilayah Trenggalek-Tulungagung-Kediri-Blitar-Malang-Magetan-Jember-Banyuwangi
Motif-motif tari Jaranan bila ditelusuri melalui kehidupan manusia dari jaman pra sejarah, maka nilai-nilai totemistik yang menjadi sentuhan didalamnya sangat dekat sekali, misalnya kepercayaan terhadap binatang-binatang besar dianggap mempunyai kekuatan tertentu, kedekatan antara manusia dengan kehidupan alam, karena alam dianggap menjadi sumber terjadinya getaran yang mempengaruhi hidup manusia.
            JARANAN BUDEG
tari jaranan budeg di wilayah Madura,Jaran budeg merupakan permainan rakyat yang menirukan gerak-gerik binatang kuda dengan menggunakan property jaran budeg, .  Budeg sebenarnya adalah tempat mencuci beras yang terbuat dari anyaman bambo, Jaranan budeg ini adalah property tari berupa kuda mainan yang dibuat dari anyaman bambu, bagian punggung terdapat lubang untuk tempat penari, bagian leher diberi spiral, penekanan gerak tari jaran budeg ini terletak pada langkah-langkah kaki dan gerakan pinggul, dengan gerakan kaki penari tersebut kepala kuda dapat mengagguk-angguk mengikuti tekanan langkah kaki.  Para pelaku berbusana khas madura yaitu celana, kaos bergaris warna dan iket/udeng motif madura.Tari jaran budeg ini umumnya dimainkan dengan cara berjalan, arak-arakan putar desa, saat terhenti disuatu lokasi, melakukan atraksi gerak-gerik jaran budeg.

 BANTENGAN
bantengan di wilayah Mojokerto, Malang,Batu. Bantengan merupakan sebuah kesenian rakyat yang menirukan prilaku binatang hutan yaitu banteng.  Kepala banteng dibuat dari batang pohon, sedangkan badan dibuat dari kain dan ada ekor dan tanduk seperti banteng.
Di Batu setiap bantengan disertai dengan penari kera, penari kera tersebut melakukan atraksi menirukan gerak-gerik kera, sesekali menggoda banteng, di Pacet-Mojokerto, banteng pada mulanya menjadi bagian dari atraksi seni pencak silat.

TARI SODORAN
Tari sodoran di pegunungan Tengger merupakan bagian dari prosesi upacara kasodo.Tarian ini menggambarkan gladi keprajuritan, hal ini biasa dilakukan oleh para prajurit pada masa kerajaan. Pada mulanya lebih menekankan pada ketrampilan menunggang kuda dengan bermain adu tombak (nyodor). Gerak tari dilakukan secara improfisasi sebagai ungkapan kegembiraan pada saat menjelang dan selesai melakukan sodoran.
 WAYANG TOEPENG DI WILAYAH TENGGER.
Wayang topeng di wilayah tengger sebenarnya secara bentuk struktur dan teknis sangat mirip dengan wayang topeng yang berkembang di wilayah Malang, tetapi ada beberapa prinsip yang tidak sama, misalnya tidak boleh menggunakan warna hijau dan sumping (hiasan yang dikenakan pada telinga).Keragaman gerak tarinya tidak selengkap yang di wilayah Malang.
Wayang Topeng d sekitar Malang-Gunung Tengger
Wayang topeng yang berkembang di sekitar Malang hingga pegunungan Tengger ini merupakan peninggalan sejak jaman Kediri abad ke XIII, Sesuai dengan berita dalam Pararaton, Raja Hayam Wuruk pada saat melakukan komunikasi dengan rakyatnya ataupun menghibur rakyatnya dilakukan dengan cara menari Kolono Gunungsari yang didampingi oleh punokawan bernama Potrojoyo.Ceritera pokok yang digunakan dalam pergelaran wayang topeng di sekitar Malang-Tengger ini adalah bersumber dari ceritera Panji, meskipun bisa melakonkan ceritera bersumber dari Maha Bharata tetapi busana yang digunakan menggunakan busana Panji yang diinterpretasikan kesamaan typologinya. Adapula sesekali menggunakan ceritera Islami, misalnya Ki Agung Menak atau Jemblung Umarmaya Umarmadi.
Wayang Topeng di Madura
Wayang Topeng di Madura lebih berkembang di wilayah Sumenep, diperkirakan hal ini sebagai bagian dari percampuran budaya Surakarta-Sumenep yang dibawa oleh Paku Buwono VIII, sehingga mewujudkan kebudayaan Jawa-Madura di Sumenep.   Ceritera yang dimainkan adalah bersumber dari Maha Bharata.   Gending-gendingnya meskipun gending Madura tetap nafas garapnya seperti Surakarta.   Wayang Topeng Sumenep-Madura ini ditandai oleh dua wilayah yang masing-masing juga mempunyai sedikit perkembangan yang berbeda, yaitu di wilayah Slopeng (mendekati pantai) dan di wilayah Dasuh (mendekati pegunungan).
 Wayang Topeng di wilayah Jombang
Di wilayah Jombang terdapat perkampungan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat keturunan Madura.  Salah satu bentuk kesenian yang hadir adalah Wayang Topeng. Meskipun secara totalitas bentuk, struktur maupun gaya tarinya sudah mewujudkan sentuhan yang baru sebagai dialek setempat (tidak selengkap dengan wayang topeng yang ada di Malang maupun di Madura, tetapi nampak embrionya bersentuhan dengan wayang topeng yang ada di Malang dan di Madura.
Topeng Kerte di wilayah Situbondo-Bondowoso
Topeng Kerte ini merupakan perkembangan dari Wayang Topeng Madura yang dibawa oleh seorang dalang yang hijrah ke Situbondo bernama Kerte.  Karena populeritas Kerte, maka masyarakat menyebutnya sebagai Topeng Kerte.
Tari Tandhakan di Malang-Sidoarjo-Surabaya-Gresik-Lamongan
Bentuk kesenian tandhakan diinformasikan sebagai peninggalan jaman Mojopahit, karena kesenian ini merupakan salah satu bagian dari upacara penyambutan tamu, yaitu menari bersama.
Topeng Mandura di wilayah Jombang
Topeng mandura merupakan salah satu bentuk kesenian wayang topeng yang ada di kampong Mandura-Kabupaten Jombang.   Masyarakat di kampong tersebut adalah keturunan Madura.
Wayang topeng yang dibawakan bermotifkan wayang topeng malangan, tetapi gending yang digunakan adalah gending-gending bercorak Surabayan (Suroboyo-Sidoarjo-Mojokerto-Jombang), seperti gending krucilan dan sejenisnya, ceriteranya lebih dominan menggunakan sumber Maha Bharata, tetapi bentuk, teknis dan motif ragam gerak tarinya bersentuhan dengan nuansa Wayang Topeng Malang dan Madura dengan perbendaharaan gerak yang sangat terbatas.Sampai saat ini termasuk kesenian langka, dari aspek regenerasi maupun pergelarannya.  Upaya menjadikan sumber penggarapan sebagai salah satu sumber tradisi penggarapan di Jombang juga masih belum banyak dilakukan.
 Wayang Wong di sekitar Pacitan, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Tuban, Nganjuk, Trenggalek,Telungagung, Kediri,Bojonegoro.
Model, gaya dan type tari-tarian yang dihasilkan dari penyebaran budaya mataram ini lebih banyak mengacu pada gaya tari Surakarta, dialektika gerak, dialek berbicara, gaya dan tata buhasa sehari-hari.  Dari sisi musik iringan lebih cenderung tergarap lebih halus dengan tehnik tabuh gaya Surakarta.
Tari Orek2 di wilayah Ngawi
Tari orek-orek yang berkembang di wilayah Ngawi sebenarnya juga tidak berbeda jauh dengan orek-orek yang ada di wilayah Jawa Tengah, dari sisi model, gaya tari dan musik iringannya.  Setidaknya perjalanan seniman orek-orek dari Jawa Tengah masuk ke wilayah Jawa Timur bagian Barat, utamanya di wilayah Ngawi.


Reyog Bulkio  di wilayah Ngawi
Tari Reyog Bulkio merupakan tarian yang menggambarkan para prajurit Mataram ketika dalam pelariannya sedang menghibur rakyat dan para prajurit lainnya di wilayah peristirahatan.
Mung De di wilayah Nganjuk
Tari Mung De di wilayah Nganjuk juga mengisahkan para prajurit Mataram ketika sedang beristirahat dari pelarian, mereka menghibur para prajurit maupun masyarakat di sekitarnya.  Kata Mung De diilhami dari alat musik yang terdiri dari kenong yang berbunyi Mung (suara aslinya bila diejakan yang benar gung) dan Bende yang berbunyi De (suara aslinya bila diejakan sebenarnya diiing).
 Reyog Ponorogo
Dengan perkembangan kesenian reyog di seluruh pelosok wilayah Ponorogo tidak hanya sekedar mewakili gaya, bentuk dan teknis tari yang tersendiri, tetapi beberapa unsure yang melengkapinya seperti dialek berbicara, istilah-istilah bahasa yang digunakan memang hanya ada di wilayah Ponorogo.  Misalnya ada istilah jlomprongane atau sedumuk batuk, sanyari bumi.   Nilai-nilai kehidupan seperti ini melekat menjadi satu dengan kesenian Reyog Ponorogo.
Secara bentuk dalam kesenian Reyog terdiri dari Warok, Jathilan, Dadhakmerak, Klono Sewandono dan ganongan, ini semua merupakan symbol kehidupan sehari-hari yang tertuang dalam kreatifitas seni.
Kini perbendaharaan seni yang ada dalam kesenian Reyog Ponorogo menjadi konsep dasar tari Ponorogo dalam upaya pengembangan penggarpan tari di Ponorogo.
 Tari Ngremo.
Penampilan tari ngremo diinterpretasikan sebagai sikap dan prilaku arek-arek.  Dengan pendapat ini mendorong pengembangan Ngremo dalam berbagai fariasi, antara lain Ngremo Suroboyoan, Ngremo Sidoarjoan, Ngremo Mojokertoan, Ngremo Jombangan.
Berbagai variasi tersebut pada mulanya sebagai gaya perseorangan yang mendapat pengakuan sebagai suatu kemampuan yang spesifik oleh masyarakat penggemar, sehingga mendapatkan penilaian sebagai gaya suatu wilayah.
 Tari Tandhakan.
Tata tehnik penyelenggaraan dan taknis serta keragaman tari di lingkungan tandhakan sebagai kesenian rakyat di lingkungan arek-arek Suroboyo-Sidoarjo-Mojokerto-Jombang mempunyai pola dan teknis tari yang spesifik, yaitu lebih cakrak/gag.
  Wayang Topeng.
Secara bentuk, struktur maupun pola atau keragaman gerak tarinya, wayang topeng memiliki kekuatan dan ciri tersendiri.  Keberadaan wayang topeng di malang lebih kuat karena didukung oleh adanya sumber-sumber informasi sejarah dalam bentuk candi-candi yang ada di wilayah Malang.
Pada mulanya wayang topeng berkembang baik di berbagai kecamatan di wilayah Kabupaten Malang dan satu kelompok yang ada di kecamatan Kota, Kota Malang, misalnya di Jabung, Tumpang, Pakisaji (Kedungmonggo), senggreng, Glagahdawa .   Beberapa tahun terakhir yang tetap hidup adalah kelompok yang ada di Tumpang dan di Pakisaji.    Kini yang masih bertahan dan terpelihara agak baik tinggal kelompok Wayang Topeng “Asmorobangun” di desa Kedungmonggo Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.   Kelompok wayang topeng “Asmorobangun” di Kedungonggo juga mempunyai pelaku-pelaku cilik sebagai upaya regenerasi wayang topeng.
            Tari Andongan/tayub.
Tari andongan yang identik dengan tayub, tandhakan ataupun sindir merupakan suatu bentuk kesenian rakyat yang mempunya cirri spesifik dalam hal gaya maupun tehnik gerak tari sesuai dengan musik atau lagu-lagu yang mengiringinya, dengan pola kendangan yang bersentuhan dengan pola kendanagan wayang topeng.   Dengan demikian meskipun keragamannya tidak menggunakan keragaman gerak tari topeng tetapi nuansa tarinya menjadi ada singgungan, hal ini menjadikan andongan/tandhakan/tayub Malangan mempunyai nilai tersendiri.
Tari Jaranan.
Tidak seperti jaranan yang ada di wilayah lainnya, tari jaranan di wilayah Malang mempunyai pola-pola kaki yang beda, terutama dalam bentuk loncatan-loncatan sambil berputar, meskipun diperkirakan pada mulanya sumbernya juga dari wilayan Kediren.
 Tari Jaranan.
Jaranan yang ada di wilayah Kediri-Tulungagung-Trenggalek boleh dikatakan senafas, meskipun dalam perkembangannya ada penonjolan yang spesifik.   Keserupaan tersebut terletak pada alat musik, laras (warna suara) maupun cengkok dan pola-pola gerak tari ataupun struktur tari.
Secara kualitas gerak, masing-masing bentuk pengembangan di beberapa wilayah tersebut tetap mempunyai perbedaan, misalnya pada jaran jawa yang menjadi trade merknya di wilayah Kediri, property kepang berukuran kecil, menggunakan busana (irah-irahan) dari busana wayang wong.  Di wilayah Tulungagung lebih kuat dengan jaran Breng, bentuk property kepang lebih besar dan berkesan kalem tetapi volume gerakan kepang menjadi besar.  Di Trenggalek lebih popular dengan jaranan yakso, property kuda berkepala Raksasa, motif-motif gerakannya lebih kuat, sigrak dan enerjik.
Kini di wilayah Kediri lebih popular dengan jaranan campursari, yaitu model penyajian yang diisi dengan gending-gending campursari.

            Tari Tayub.
Tayub di wilayah Kediren masih bersinggungan dengan nuansa Mataraman, tetapi sudah diwarnai oleh gaya gerak dan tehnik tari yang terbangun dari prilaku penayub-penayub di wilayah kediren (Kediri-Tulungaung-Trenggalek).
Sentuhan warna musik dari wayang krucil menjadikan nuansa tayuban model Kediren menjadi mempunyai nafas yang berbeda.
Ada spirit yang membangun komunitas tayuban di wilayah kediren yaitu adanya pengejawantahan arti kata tayub, bahwa tayub dari kata ditata lan guyub, spirit ini sesuai dengan filosofi orang jawa pada umumnya yang lebih bertumpu pada adem ayem tentrem, ngalah ora kalah, sabar narimo.   Dengan berkiblat dari pemahaman ini, maka dalam penyelenggaraan tayuban di wilayah Tuban-Kediri-Tulungagung-Trengalek sangat-sangat jarang terjadi keributan.
            Tari Tayungan (gresik).
Istilah tayungan itu sebenarnya merupakan jogged dasar (tarian dasar) pada tari gagrak Surakarta (Mataram).  Hal ini menunjukkan bahwa sebelum agama Islam masuk, wilayah pesisir di Jawa Timur ini sudah mengenal budaya Mataraman.
Kalau diperhatikan dalam tari tayungan di desa Gorokan Kecamatan Sedayu Kabupaten Gresik, tarian tersebut mencerminkan kolaborasi antara budaya Mataraman yang ada di pesisir dengan budaya agamis (terutama sentuhan Islam)
Dalam tari tayungan tersebut, disamping motif-motif gerakan yang melambangkan memuja kepada Allah juga disertai dengan pola-pola gerak kaki junjungan.  Penari semuanya laki-laki, menggunakan property sodo (lidi), alat musik iringan yang digunakan adalah terbang (dari tradisi hadrah) dan ricikan gamelan mirip jaranan yaitu terdiri dari gong duduk (janggrung), slompret, ketuk, kendang, model pola kendangan (sekaran) mirip dengan solah kendang Surakarta (Mataraman).
Tarian ini adanya sejak Kanjeng Sepuh (tokoh masyarakat setempat yang dikenal saat itu). Adapun lagu-lagu yang digunakan untuk mengiringi tari tayungan antara lain: gending ijo2 yang dilagukan melalui alat musik slompret, gong duduk (janggrung), busana melayu (celana baju sarung kopyah).  Saat ini pewarisnya sudah tidak ada lagi. 
            Zapin Qorosaid (gresik).
Zapin qorosaid merupakan salah satu gerak tari yang lahir dalam kegiatan pergaulan di lingkungan komunitas agama Islam di wilayah Gresik.
Zapin Qorosaid ini bersumber dari bentuk, gaya dan tehnis gerak tari Islami yang berkembang di Bawean-gresik.  Tari zapin qorosaid ini menggambarkan kesatriya/keprajuritan.
Sandur (Tuban).
Sandur Tuban merupakan suatu bentuk kesenian rakyat yang berkolaborasi antara budaya jawa dengan budaya agamis (Islam), hal ini bisa disimak dari syairan pada tembang yang dilagukan ada sentuhan dengan doa-doa Islami.
Tari sandur di Tuban lebih bersifat sacral, untuk upacara sedekah bumi maupun ruwatan. 
Kethek ogleng (Pacitan)
Kethek ogleng merupakan suatu bentuk kesenian rakyat yang sudah popular di ingkungan mayarakat Pacitan.
 Oglor (Pacitan).
Oglor merupakan sebuah kegiatan ritual yang mempunyai beberapa unsure pokok yaitu  unsure gerak, doa dan tata lagu.   Geraknya merupakan symbol-simbol gerak berdoa mirip dengan gerakan orang sembahyang, syairannya bercampur antara dialek jawa dan bahasa Arab, tata lagu kombinasi antara jawa dan dzikir cara Islam.
            Wayang Topeng Madura
, Tari Gambuh, Tari Buang Sangkal, Tari Topeng Gethak,
Wayang Topeng Madura, Tari Gambuh, Tari Buang Sangkal, Tari Topeng Gethak merupakan beberapa tarian yang lahirnya di lingkungan budaya Madura, pelaku hingga para kreatornya berlatar belakang budaya Madura.   Diperkirakan Wayang Topeng merupakan sumber dari materi penggarapan tari-tarian di Madura.   Gerak tari Wayang Topeng sangat berbeda jauh dengan wayang topeng Malang, secara garis-garis bentuk memang ada keserupaan, tetapi keragaman dan teknis tarinya berbeda, juga tidak mirip dengan gerak tari Surakarta meskipun tarian ini lahir dari invansi keraton Surakarto ke Madura.  Hal ini nampak dari Bahasa Madura krama (halus) sangat mirip dengan bahasa jawa, sangat berbeda jauh dengan bahasa Madura pada umumnya.  Hal serupa bisa dibuktikan melalui Mocoan (sejenis Mocopat) penyajiannya disertai dengan seruling dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa halus, oleh karena itu kemudian ada penterjemahnya dalam bahasa Madura pada umumnya.
Tari Gambuh dan Buang sangkal merupakan peninggalan dari mashab keraton yang pada mulanya digunakan untuk upacara penyambutan tamu seperti lazimnya keraton di Jawa Tengah pada saat itu.
Bentuk-bentuk topeng yang digunakan juga tidak mirip dengan topeng yang digunakan di Jawa Tengah, dari ukuran, pewarnaan hingga motif ukiran yang digunakan, dari sisi ukuran bentuk justru sangat dekat dengan topeng yang ada di wilayah Jabung – Malang, ukurannya kecil-kecil, sehingga penari bila mengenakan topeng tersebut kepalanya harus sedikit menengadah (bhs jawa ndangak), dalam teknis tari lebih dikenal dengan mengangkat dagu sedikit keatas.
Tari topeng Gethak diperkirakan sebagai perkembangan tari wayang topeng di luar wilayah wayang topeng keratin, yang kemudian berbaur dengan gaya kerakyatannya sehingga mempunyai model dan gaya tari yang tersendiri serta diiringi dengan musik kenong telok (sronenan).    Musik kenong telok merupakan salah satu bentuk musik yang berkembang di lingkungan rakyat.
Tari Andongan (tayub).
Tari Andongan (Tayub) merupakan bagian dari pertunjukan Sandur di Madura, terutama di wilayah Sampang, Pamekasan dan Bangkalan.   Sampang dan Pamekasan merupakan wilayah pengembangan yang mempunyai kekuatan penyajian yang karakteristik dan kreatif.   Sedangkan Bangkalan saat ini merupakan wilayah pengembangan cukup baik, karena di Bangkalan Sandur tidak hanya diselenggarakan untuk memeriahkan orang punya hajat, tetapi sudah menjadi kebutuhan aktifitas sehari-hari, mencai penghasilan lebih dari nanggap sandur.
Sandur di Madura sangat berbeda jauh dengan sandur yang ada di wilayah Tuban, bila sandur di wilayah Tuban merupakan sebuah penyajian yang total mempunyai muatan sacral, tetapi Sandur di Madura mempunyai muatan pertunjukan hiburan.
Biaya penyelenggaraan Sandur di Madura juga didukung oleh para klebun yang hadir dalam undangan tersebut, klebun yang menyumbang uang merupakan kebanggaan tersendiri bagi dirinya sebagai tokoh masyarakat yang nampak diantara masyarakat di arena tersebut, mereka mendapatkan pelayanan istimewa, memasuki arena sandur dengan ditandu dan diiringi oleh gending2 sesuai permintaannya, bisa gending-gending yang dibunyikan dengan menggunakan gamelan ataupun dengan kenong telok (sronen)
Dalam penyelenggaraannya, Sandur Madura meliputi beberapa unsure, yaitu : musik, tari, drama komedi (ronding) dan lakon/ceritera.
Secara garis besar struktur pertunjukan dalam sehari semalam terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
> Klenengan dimulai sejak pukul 09.00 hingga menjelang magrib, menggunakan peralaan gamelan lengkap
> Tayub/andongan dimulai sejak pukul 19.00 hingga pukul 23.00, menggunakan tabuhan kenik (perlengkapan gamelan yang tidak lengkap)
> Drama Komedi (Ronding) dimulai sejak pukul 23.00 hingga menjelang subuh,   Lakon (ceritera) yang spesifik antara lain : mbuk2-an, Pak selor, Pak Sakerah, Truno, Maling Margono,
Dalam bagian tayuban (andongan) yang menjadi penari wanita adalah laki-laki.  Penarinya adalah laki-laki yang berbusana wanita dengan melantunkan suaranya menirukan suara wanita, gending-gending yang digunakan antara lain : semarangan, cokek, dung endung, Blandaran baru.
 Tari Rerere.
Pada awalnya rerere adalah nama gending yang biasa digunakan saat tayub/andongan dalam pelaksanaan pergelaran Sandur.  Karena populeritas nuansa lagu rerere yang enak untuk diisi dengan gerak tari, maka keragaman gerak tari yang semula mengikuti pola lagu dan kendaang tersebut diangkat dalam bentuk tarian yang berdiri sendiri dengan nama tari Rerere.
Di wilayah mandalungan (Pasuruan,Probolinggo, Lumajang) tarian ini sering digunakan untuk mengawali atraksi kuda kencak.

           
Wayang Topeng di wilayah Situbondo-Bondowoso.
Dari keragaman gerak tari sangat berbeda jauh dengan wayang topeng yang ada di Madura, beberapa teknik gerak wayang wong mataraman memberikan sentuhan lain, terutama pada motif gerak ulat (ulap-ulap) dan kengser atau trecek, di wayang topeng Malangan maupun di cak-cakan gerak tandhakan ada nyirig, cara melakukan agak berbeda, nyirig bisa dilakukan untuk bergeser kesamping maupun kebelakang, sedangkan kengser hanya kesamping.   Dari aspek musik iringan yang digunakan motif lagunya sama tetapi pola iramanya sedikit berbeda, bahasa yang digunakan bahasa madura-jawa, pelaku-pelakunya juga kebanyakan masih ada sentuhan dengan darah madura.  Ceritera yang digunakan lebih dominan bersumber dari Maha Bharata.
 Lengger di Probolinggo.
Pada kesenian lengger di Probolinggo bentuk penyajiannya mirip dengan mbuk-mbukan di Madura, dari aspek gending-gending yang digunakan misalnya: gending gunung mantok, rarari, tallang, blandaran baru, cengkok sindhenan (lagu voval) penari putri sudah tidak lagi seperti sindhenan pada gending-gending di wilayah Sumenep-Pamekasan ataupun Bangkalan.   Dalam sandur penari wanita adalah penari laki-laki yang berbusana perempuan, sedangkan pada kesenian lengger yang menjadi penari wanita adalah wamita sungguhan, tetapi warna suara tembangnya agak keparau-parauan mirip dengan suara laki yang menirukan suara perempuan.  Pola gerak tarinya sudah bercampur antara gerak tari mbuk-mbukan di Madura dengan tari Tandhakan di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
 Tari Gandrung.
Gandrung merupakan suatu bentuk kesenian pergaulan dimana penari gandrung (putri) akan menari bersama dengan penonton.  Penari gandrung menggunakan property yang spesifik, dikenakan pada kepala bernama omprok dengan jarit yang dikenakan bernama batik motif bledak.  Musik iringan trdiri dari ketuk, kempul-gong, keruncing, biola dan kendang dan keruncing tetapi sudah mampu mewujudkan irama yang dinamik.
Tari Seblang.
Seblang merupakan suatu bentuk proses upacara sedekah bumi, didalamnya ada keterlibatan seorang penari yang masih perawan, umumnya masih anak-anak menginjak remaja.   Dalam pelaksanannya, menjelang akhir dari upacara ada adegan menari bersama yang dilakukan oleh penari seblang bersama penonton, adegan ini yang kemudian berkembang menjadi gandrung dan berdiri sendiri menjadi sebuah bentuk kesenian tradisi yang baru.
 Tari Jejer.
Tari jejer pada mulanya juga menjadi bagian dari upacara seblang, dimana sebelum penari seblang menari bersama penonton, ia sudah melakukan gerak tari sebagai pendahulu.   Tarian ini yang kemudian diangkat menjadi tari Jejer.   Tari jejer juga digunakan untuk mengawali gandrung.
            Tari Janger ataupun Praburara.
Janger atau Praburoro lebih berbentuk drama tari, karena dalam pertunjukannya meliputi unsure gerak tari, tembang, vocal dialog.  Ceritera lebih mengacu pada legenda Menak Jinggo – Damar Wulan.  Musik yang digunakan adalah gamelan Bali dan cara menabuhnya juga seperti tehnik tabuh gamelan Bali, tetapi dialognya menggunakan bahasa osing dan campuran dengan bahasa jawa dialek banyuwangen.
            Tari Roddet (Gresik).
Tari roddet merupakan bagian dari seni pertunjukan yang didalamnya ada unsure musik, vocal, gerak, ceritera dengan lagu-lagu bermotif Islami.  Gerak tari sangat sederhana dengan motif-motif mirip bersumber dari gerakan orang berdoa (Sholat).  Gerakan yang mirip gerak tari Mojopahitan adalah adanya gerakan bergerak mundur (rod) gerakan ini dalam tari-tarian Mojopahitan lebih dikenal dengan nyirig.   Pengertian yang lain Rod adalah saff pengaturan deretan pelaku Roddet ditata dengan cara berbaris berhadap-hadapan, deretan itu disebut dengan saff.
Atraksi gerak tarinya diawali dari duduk hingga dilakukan dalam posisi berdiri dengan gerakan model baris berbaris dengan arah gerakan kedepan-kebelakang, berputar.
Pelaku semuanya laki-laki, alat musik yang digunakan dari terbang dan jidor.   Tarian ini berkembang di wilayah Madura, Pasuruan, probolinggo, Lumajang, Pelaku semuanya laki-laki, alat musik yang digunakan dari terbang dan jidor.  Model penyajiannya mirip seperti orang sedang latihan baris berbaris dan diselingi dengan gerak tari.  Yang menjadi pemimpin barisan (memegang komando) sambil melawak.
            Tari Slempangan (Madura).
Tari slempangan merupakan bagian dari seni pertunjukan yang didalamnya ada unsure musik, vocal, gerak, ceritera dengan lagu-lagu bermotif Islami.  Gerak tari sangat sederhana dengan motif-motif mirip bersumber dari gerakan orang berdoa (sholat).  Pelaku semuanya laki-laki, alat musik yang digunakan dari terbang dan jidor.  Model penyajiannya mirip seperti tari glipang di Probolinggo, unsure gerak tarinya bersentuhan dengan motif-motif orang sholat dan motif seni pencak silati.  Yang menjadi pemimpin barisan (memegang komando) sambil melawak.  Tarian ini berkembangan di wilayah Madura, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang.
 Tari Terbang Badung (Pasuruan).
Tari Terbang Badung merupakan bagian dari seni pertunjukan yang didalamnya ada unsure musik, vocal, gerak, ceritera dengan lagu-lagu bermotif Islami.  Gerak tari sangat sederhana dengan motif-motif mirip bersumber dari gerakan orang berdoa (sholat).  Pelaku semuanya laki-laki, alat musik yang digunakan dari terbang dan jidor.  Model penyajiannya mirip seperti orang sedang latihan baris berbaris dan diselngi dengan gerak tari.  Yang menjadi pemimpin barisan (memegang komando) saqmbil melawak. Dibagian lainnya model penyajiannya mirip Hadrah.
Tarian ini berkembangan di wilayah Pasuruan.   Disebut terbang badung karena sering ditampilkan dua grup secara bersamaan, keduanya memainkan musik bersaut-sautan.  Bila kelompok yang satu memainkan sebuah permainan terbang, setiap saat dihentikan, maka yang grup satunya lagi harus bisa melanjutkan.
 Tari Glipang (Probolinggo).
Tari Glipang merupakan bagian dari seni pertunjukan yang didalamnya ada unsure musik, vocal, gerak, humor, ceritera dengan lagu-lagu bermotif Islami.  Gerak tari sangat kuat dengan motif-motif mirip gerak beladiri pencak silat.
Pelaku yang pokok semuanya laki-laki, sedangkan untuk pelaku pendamping sebagai perempuan pada mulanya juga laki-laki. Saat ini sudah diperankan oleh wanita, alat musik yang digunakan dari dua kendang (laki-perempuan), jidor dan musik tiup.
Model penyajiannya mirip seperti orang sedang latihan baris berbaris dan diselingi dengan gerak tari.  Yang menjadi pemimpin barisan (memegang komando) sambil melawak.  Tarian ini berkembangan di wilayah Probolinggo.
Spirit tari Glipang dilator belakangi oleh upaya memperjuangkan nasib petani tebu pada masa penjajahan Belanda.
 Tari Kuntulan (Banyuwangi).
Tari Kuntulan merupakan suatu bentuk pertunjukan tradisi bernafaskan Islami yang mirip dengan Hadrah, tetapi pola ritmis ataupun tehnik tabuh terbang sudah berkolaborasi dengan pola dan tehnik tabuh Karawitan Banyuwangi, demikian pula keragaman gerak tari bermotifkan tidak jauh dengan motif-motif Hadrah yang sudah dikolaborasikan dengan pola-pola gerak tari Banyuwangen.
Pada umumnya seluruh pelaku adalah laki-laki, penampilannya meliputi unsure gerak, dialog dan ceritera bersumber dari ceritera Umar Moyo Umar Madi atau Ki Agung Menak.
Busana tari yang menonjol adalah bercelana panjang, baju lengan panjang, memakai kaos tangan dan kaos kaki, iket kepala model Banyuwangen dan kain dodotan.
 Tayungan (Gresik),
Sejak tahun 1986 saat ditemukannya kesenian ini, kemudian dijadikan sumber penggarpan dalam pengembangan tari tradisi Gresik dalam bentuk garapan baru berjudul tari Tayung Giri.



 Zapin Qorosaid (gresik).
Zapin ini dikenal sebagai tarian yang bersumber dari Bawean sebagai tari pergaulan muda mudi.    Disamping tari Zapin qorosaid juga berkembang tari Zapin Midairin sebagai tari yang menggambarkan kesatriya/keprajuritan
            Tari Srampang Duabelas.
Tari srampang duabelas merupakan tarian yang paling popular dan dilakukan dengan pasangan putra-putri, musik yang digunakan adalah berjudul Serampang Duabelas yang motif lagunya berkesan melancolis dengan pola langkah kaki double step.
Tari Ma’inang Pulo Kampai.
Berangkat dari lagu berjudul Ma’inang Pulau Kampai, sebagai penggambaran indahnya Pulo Kampai, gerak tari juga lebih menonjolkan cirri-ciri pada nuansa keceriaan yang tinggi.
 Tari Tanjung Katung.
Berangkat dari lagu yang berjudul Tanjung katung, tarian mengikuti pola lagu, pola tarinya berpasangan dengan cirri pola pada saat kedua penari berpasangan mendekat, gerakan kedua tangan mirip menabur bunga.
 Tari Lenggang  Patah Sembilan
Berangkat dari lagu Lenggang Patah Sembilan, Tari ini menginterpretasikan nuansa musik dengan cirri gerak yang patah-patah merupakan tarian berpasangan pria-wanita.

REFERENSI:
·         Setyawan Dwianto. 1992. Cerita rakyat dari jawa timur. Jakarta: penerbit PT Gramedia widiasarana.
·         Kusumah Satya. 2008. Budaya suku jawa. Bogor: Indobook Citra Media.
·         Wibisono. Kesenian jawa timur.
Kesenaian jawa - timur
            Annas.suryotoro
            4423107032
                                                     

1 komentar:

  1. Maaf sebenarnya TARI TAYUNGAN itu bukan berasal dari desa gorokan.. kalau di kecamatan sidayu tidak ada desa gorokan yang ada itu desa GOLOKAN tari tayungan itu berasal dari desa RACIKULON kec sidayu. NB jangan asal ketik

    BalasHapus