Rabu, 04 Mei 2011

Anggraeni Masrina
4423107046 
KESENIAN DANKEBUDAYAAN DI BENGKULU

Ø  PENDAHULUAN
Bengkulu adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia dan kota Bengkulu ini menjadi ibu kota dari provinsi Bengkulu itu sendiri yang terletak di  kawasan pesisir barat Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia dan berada pada koordinat 300 45’ – 300 59’ Lintang Selatan dan 102014’ – 1020 22’ Bujur Timur dengan luas wilayah 151,7 km2 ditambah 1 pulau dengan luas 2 Ha  dan lautan seluas 387,6 Km2.
Kota Bengkulu mempunyai visi dan misi, visinya yaitu Menuju Masyarakat yang Bermartabat dan Makmur. Visi tersebut memiliki 2 kunci pokok yakni Masyarakat Yang Bermartabat dan Kota Yang Makmur. Dan untuk misinya sendiri ada 7, empat diantaranya adalah sbb  :
1.        Mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa dalam kehidupan antar umat beragama dan berakhlak mulia, toleran hukum dan damai.
2.      Meningkatkan ekonomi berbasis kerakyatan yang bertumpu pada kekuatan lokal, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang aktif, produktif mandiri dan berdaya saing serta berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
3.      Meningkatkan  sumber  daya  manusia      melalui pendidikan dan pelayanan kesehatan serta menciptakan lapangan pekerjaan demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang makmur.
4.      Mewujudkan penegakkan supremasi hukum dan rasa keadilan masyarakat dengan mengedepankan peran perempuan pada pengambilan kebijakan publik yang setara, demokratis dalam keragaman dan penegakan hak azazi manusia.

Bengkulu berasal dari bahasa Melayu-Jawi kata bang yang berarti "pesisir" dan kulon yang berarti "barat", kemudian terjadi pegeseran pengucapan bang berubah menjadi beng dan kulon menjadi kulu. Pada saat Inggris berada di Bengkulu terjadi peristiwa gempa bumi besar yang diiringi Tsunami yang membuat wilayah geografis Bengkulu berubah. Hal itu terjadi pada sekitar tahun 1700-1800. Kejadian itu sampai membuat Benteng Malbourough selama beberapa tahun dikosongkan.
Di wilayah Bengkulu sekarang pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.

Ø  AGAMA
Agama yang dianut Masyarakat Bengkulu mayoritas adalah Agama Islam yang memang di Indonesia sendiri  umumnya adalah menganut Agama Islam dan juga terdapat agama lain seperti Kristen, Hindu, Budha, bahkan ada yang menganut Animisme.

Ø SUKU
Penduduk yang tinggal di kota ini berasal dari berbagai suku bangsa, antara lain ; Suku Melayu, Rejang, Serawai, Lembak, Bugis, Minang, Batak dan lain-lain. Tetapi suku yang ada di kota Bengkulu sendiri memiliki tiga jenis kebudayaan dan juga adat istiadat yang di rumpun pada suku besar yaituSuku Rejang yang berpusat di Kabupaten Rajang Lebong, Suku Serawai yang berpusat di Kabupaten Bengkulu Selatan dan yang terakhir adalah Suku Melayu yang berpusat di kota Bengkulu sendiri.  Kota ini juga memiliki beberapa obyek wisata yang sangat berpotensial untuk dikembangkan yang terdiri atas, Wisata Alam, Wisata Sejarah dan juga Wisata Budaya dan Peninggalan Sejarah.

Ø BAHASA
Rumpunan bahasa yang terdapat dan digunakan di Provinsi Bengkulu antara lain sebagai berikut :
1. Bahasa Ra-Hyang atau Re-Hyang (Rejang).
2. Bahasa Enggano (Pulau Perempuan).
3. Bahasa Lampung.
4. Bahasa Malayu Ippoh (Muko-muko, Lubuk Pinang, Bantal, Lima Koto, Ketahun, Pasar Bengkulu, dsb).
5. Bahasa Malayu Lembak (Tanjung Agung, Dusun Besar, Pada Dewa, dsb).
6. Bahasa Malayu Kotamadya Bengkulu.
7. Bahasa Malayu Serawai dan Pasemah (Pha-semah) yang penyebarannya meliputi Manna, Tais, Kepalak Bengkerung, Tanjung Sakti, Padang Guci, Kedurang, Kaur, dsb.
8. Bahasa Malayu Bintuhan.
Tiga komunitas bahasa, yaitu Rejang, Enggano dan Lampung tidaklah termasuk dalam kelompok rumpunan Bahasa Malayu yang dikemukakan sebelumnya. Tiga etnik ini memiliki kelompok rumpunan bahasa tersendiri, dan etnik inilah yang merupakan penduduk asli negeri Bengkulu.

Ø KERAJINAN TRADISIONAL
Kerajinan tradisional yang ada di Bengkulu adalah kerajinan Batik. Batik yang ada di Bengkulu ini sama seperti batik-batik yang ada di Jawa dan sekitarnya yang mana menghasilkan beragam batik dan menjadi ciri khas dari Indonesia.Tetapi tetap berbeda dengan batik jawa, batik jawa identik dengan warna coklat, kuning, merah, hijau, dan biru. sedangkan batik besurek memiliki warna yang lebih cerah dan beragam. Batik yang di maksud adalah Batik Besurek. Batik Besurek adalah kain batik asli Bengkulu yang merupakan element Budaya Bengkulu, motif utama batik Besurek adalah huruf kaligraf atau kain batik yang dihiasi dengan huruf-huruf Arab Gundhul.
Contoh batik besurek

 Di beberapa kain, terutama untuk upacara adat, kain ini memang bertuliskan huruf Arab yang bisa dibaca. Tetapi, sebagian besar hanya berupa hiasan mirip huruf Arab atau yang di sebut tadi dengan Arab Gundhul.

Berbagai motif dasar batik kain Besurek antara lain :
  • motif kaligrafi –> merupakan motif yang diambil dari huruf-huruf kaligrafi. Untuk batik besurek modern, biasanya kaligrafinya tidak memiliki makna.
  • motif bunga rafflesia –> bergambar bunga rafflesia arnoldi yang merupakan bunga raksasa khas bengkulu.. motif bunga rafflesia bisa dibilang sebagai motif utama kain besurek setelah kaligrafi.
  • motif burung kuau –> bergambar seperti burung, tetapi terbuat dari rangkaian huruf-guruf kaligrafi.
  • motif relung paku –> bentuknya meliuk-liuk, persis seperti tanaman relung paku.
  • motif rembulan –> merupakn motif yang digambar seperti rembulan yang bulat. Biasanya dipadukan dengan motif kaligrafi.
Contoh Batik Besurek











Ø  TARI TRADISIONAL
·        Tari Kejei
Tari Kejei merupakan kesenian rakyat Rejang yang dilakukan pada setiap musim panen raya datang. Tarian tersebut dimainkan oleh para muda-mudi di pusat-pusat desa pada malam hari di tengah-tengah penerangan lampion.
Kekhasan tari ini adalah alat-alat musik pengiringnya terbuat dari bambu, seperti kulintang, seruling dan gong. Tarian dimainkan sekelompok orang yang membentuk lingkaran dengan berhadap-hadapan searah menyerupai jarum jam.
Tarian ini pertama kali dilaporkan oleh seorang pedagang Pasee, bernama Hassanuddin Al-Pasee yang berniaga ke Bengkulu pada tahun 1468. Tapi, ada pula keterangan dari Fhathahillah Al Pasee, yang pada tahun 1532 berkunjung ke Bengkulu.
Tari Kejei dipercaya sudah ada sebelum kedatangan para biku dari Majapahit. Sejak para biku datang, alat musiknya diganti dengan alat dari logam, seperti yang digunakan sampai saat ini. Acara kejei dilakukan dalam masa yang panjang, bisa sampai 9 bulan, 3 bulan, 15 hari atau 3 hari berturut-turut.
Tari ini adalah tarian sakral yang diyakini masyarakat mengandung nilai-nilai mistik,sehingga hanya dilaksanakan masyarakat Rejang Lebong dalam acara menyambut para biku,perkawinan dan adat marga. Pelaksanaan tari ini disertai pemotongan kerbau atau sapi sebagai syaratnya.
·        Tari Tombak Kerbau.
·        Tari Putri Gading Cempaka.
·        Tari Sekapur Sirih.
·        Tari Pukek.
·        Tari Andung
·        Tari Persembahan Rejang
Penyambutan di Inspirasi Tari Kejai yang sakral dan Agung di Tanah Rejang Tari Penyambutan adalah Tari Kreasi Baru yang diatur sedekat mungkin dengan Tari Kejai. Terinspirasi oleh tari Kejai karena Suku Rejang sendiri jaman dahulu tidak mempunyai Tari Penyambutan, di jaman dahulu penyambutan tamu dilakukan dengan upacara adat. Tari Kejai adalah tarian sakral dan agung, sehingga sangat pantas untuk di persembahkan untuk Penyambutan Tamu, seperti Pejabat Tinggi Negara, Menteri, Bupati yang berkunjung ke Tanah Rejang, atau pada even-even lain yang bersifat ceremonial, seperti pada acara penyambutan piala Adipura yang tiba di Kota Curup tanggal 7 juni lalu.
Jumlah penari tidak dibatasi,sesuai dengan tempat,bisa putra bisa pula putri, bisa juga berpasangan. Di Rejang Lembak Tari Penyambutan disebut Tari Kurak, namun dalam pembahasan disepakati menggunakan Tari Penyambutan yang telah dibakukan.
Musik yang mengiringi Tari Penyambutan di inspirasi oleh tarian sakral dari Tanah Rejang, musik dan alat musik Tari Penyambutan memakai alat musik khas tradisional Suku Rejang, yaitu gong dan kalintang, yang dari jaman dahulu kala di pakai pada musik pengiring tarian sakral dan agung Suku Rejang yaitu Tari Kejai. Pada umumnya dipakai irama lagu Lalan belek dan Tebo Kabeak.

Ø SENI MUSIK
Seni musiknya adalah:
o   Geritan, yaitu cerita sambil berlagu.
o   Serambeak, yang berupa patatah-petitih.
o   Andi-andi, yaitu seni sastra yang berupa nasihat.

Ø RUMAH ADAT

Dalam bahasa melayu Bengkulu, rumah tempat tinggal dinamakan juga “Rumah”. Rumah tradisional Bengkulu termasuk tipe rumah panggung. Rumah panggung ini dirancang untuk melindungi penghuninya dari banjir. Disamping itu kolong rumah panggung juga dapat dipergunakan untuk menyimpan gerobak, hasil panen, alat-alat pertanian, kayu api, dan juga berfungsi sebagai kandang hewan ternak.
Bentuk rumah panggung melayu ini terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
Bagian atas
Bagian atas rumah adat melayu Bengkulu ini terdiri dari :
1.        Atap; terbuat dari ijuk, bamboo, atau seng
2.      Bubungan, ada beberapa bentuk
3.      Pacu = plafon dari papan atau pelupuh
4.      Peran : balok-balok bagian atas yang menghubungkan
5.      Tiang-tiang bagian atas
6.      Kap : kerangka untuk menempel kasau
7.      Kasau : untuk mendasi reng
8.      Reng : untuk menempel atap
9.      Listplang, suyuk, penyunting
Bentuk bagian atas ini akan terlihat pada bubungan yang dibuat. Beberapa jenis bubungan antara lain:



ü  Bubungan Limas
ü  
Bubungan Limas






ü  Bubungan Haji (bubungan Sembilan)






ü  Bubungan Jembatan

Bubungan Gabungan Lima dan Jembatan






Bagian tengah, terdiri atas:
1.        Kusen, kerangka untuk pintu dan jendela
2.      Dinding : terbuat dari papan atau pelupuh
3.      Jendela : bentuk biasa dan bentuk ram
4.      Pintu : bentuk biasa dan bentuk ram
5.      Tulusi (lubang angin) : ventilasi, biasanya di atas pintu dan jendela, dibuat dengan berbagai ragam hias
6.      Tinag penjuru
7.      Piabung : tiang penjuru hal
8.      Tiang tengah
9.      Bendu : balok melintang sepanjang dinding

Bagian bawah, terdiri dari :
1.        Lantai, dari papan, bamboo, atau pelupuh
2.      Geladak, dari papan 8 dim dengan lebar 50cm dipasang sepanjang dinding luar di atas balok
3.      Kijing, penutup balok pinggir dari luar, sepanjang keliling dinding
4.      Balok (besar), kerangka untuk lantai yang memanjang ke depan
5.      Tailan : balok sedang yang berfungsi sebagai tempat menempelkan lantai
6.      Blandar : penahan talian, melintang
7.      Bedu : balok diatas sebagai tempat meletakkan rel
8.      Bidai, bamboo tebal yang dipasang melintang dari papan lantai, untuk mempertahankan dari tusukan musuh dari bawah rumah
9.      Pelupuh kamar tidur, sejajar dengan papan lantai (di atas bidai)
10.   Lapik tiang, batu pondasi tiang rumahtiang rumah
11.     Tangga depan dan belakang

SUSUNAN RUANG
Rumah tempat tinggal memilki fungsi dalam kehidupan. Adapun susunan dan fungsi ruang pada rumah adat melayu Bengkulu ini adalah:


1.       Berendo
Tempat menerima tamu yang belum dikenal, atau tamu yang hanya menyampaikan suatu pesan (sebentar). Selain itu juga dipergunakan untuk relax pada pagi atau sore hari. Bagi anak-anak, berendo juga sering dipergunakan untuk bermain congkak, karet, dll.
2.      Hall
Ruang untuk menerima tamu yang sudah dikenal baik, keluarga dekat, atau orang yang disegani. Ruangan ini juga digunakan untuk tempat cengkrama keluarga pada malam hari, ruangan belajar bagi anak-anak, dan sewaktu-waktu ruang ini digunakan untuk selamatan atau mufakat sanak family.
3.      Bilik gedang
Bilik gedang atau bilik induk merupakan kamar tidur bagi kepala keluarga (suami istri) serta anak-anak yang masih kecil.
4.     Bilik gadis
Biasanya terdapat pada keluarga yang memiliki anak gadis, merupakan kamar bagi si anak gadis. Selain untuk tidur juga digunakan untuk bersolak. Bilik gadis biasanya berdampingan dengan bilik gedang, demi keamanan dan kemudahan pengawasan terhadap anak gadis mereka.
5.      Ruang tengah
Biasanya dikosongkan dari perabot rumah, dan di sudutnya disediakan beberapa helai tikar bergulung karena fungsi utamanya adalah untuk menerima tamu bagi ibu rumah tangga atau keluarga dekat bagi si gadis. Di samping itu juga sering dipakai sebagai tempat belajar mengaji. Bagi keluarga yang tidak memilki kamar bujang tersendiri, kadang-kadang dipakai untuk tempat tidur anak bujang.
6.      Ruang makan
Tempat makan keluarga. Pada rumah kecil biasanya tidak terdapat ruang makan, mereka makan di ruang tengah. Bila ada tamu bukan keluarga dekat, maka untuk mengajak tamu makan bersama digunakan hal, bukan di ruang makan.
7.      Garang
Tempat penyimpanan tempayan air atau gerigik atau tempat air lainnya, juga dipakai untuk tempat mencuci piring dan mencuci kaki sebelum masuk rumah atau dapur.
8.      Dapur
Ruangan untuk memasak.
9.     Berendo belakang
Serambi belakang, tempat relax bagi kaum wanita pada siang atau sore hari, melepas lelah setelah mengerjakan tugas, tempat mengobrol sambil mencari kutu.
Sebenarnya, selain rumah adat melayu Bengkulu, di Bengkulu juga terdapat rumah adat yang lain seperti rumah Umeak Potong Jang (rumah buatan rejang) yang merupakan umeakan (rumah kuno ) asli Rejang (salah satu suku di Bengkulu), Rumah Tradisional Kubung Beranak milik bangsawan Rejang Pesisir, rumah Patah Sembilan yang merupakan rumah tradisional rakyat biasa suku bangsa Rejang Pesisir, dll.

Ø  BUDAYA BENGKULU

v Budaya Bunker Coa Sako 
Budaya Bunker Coa Sako adalah sebuah Cagar Budaya berbentuk sebuah bunker atau tempat perlindungan di bawah tanah yang dibangun pada jaman penjajahan Inggris di Bengkulu. Bangunan bunker berjumlah 3 ruangan yang ruangannya tidak saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Situs yang berkepemilikan adalah milik pribadi atas nama ajisul ini sangat memprihatinkan karena terbengkalai dan tak terurus karena tidak mendapatkan perhatian dari pemerintahan setempat.

v Upacara Tabot
Upacara Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawan Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak. Tradisi Tabot dibawa oleh para pekerja Islam Syi‘ah dari Madras dan Bengali, India bagian selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris untuk membangun Benteng Marlborough (1713—1719). Mereka kemudian menikah dengan penduduk setempat dan meneruskan tradisi ini hingga ke anak-cucunya.
Upacara Tabot sebenarnya tidak hanya berkembang di Bengkulu saja, namun juga sampai ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil. Dalam perkembangannya, kegiatan Tabot kemudian menghilang di banyak tempat. Saat ini, hanya ada dua tempat yang melaksanakan upacara ini, yakni Bengkulu dan Pariaman, Sumatra Barat yang menyebutnya dengan Tabuik.
Tabot sendiri berasal dari kata Arab, Tabut yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti. Tabot dikenal sebagai peti yang berisikan kitab Taurat Bani Israil, yang dipercaya jika muncul akan mendapatkan kebaikan, namun jika hilang akan mendapatkan malapetaka. Saat ini, Tabot yang digunakan dalam Upacara Tabot di Bengkulu berupa suatu bangunan bertingkat-tingkat seperti menara masjid, dengan ukuran yang beragam dan berhiaskan lapisan kertas warna warni.
Pembuatan Tabot harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan secara bersama-sama oleh keluarga pemilik Tabot, keturunan Syekh Burhanudin (Imam Senggolo) yang merupakan pelopor diperkenalkannya Tabot di wilayah Bengkulu. Terdapat dua kelompok besar keluarga pemilik Tabot, yakni kelompok Tabot Barkas dan Tabot Bangsal.
Upacara yang pada awalnya digunakan oleh orang-orang Syi‘ah untuk mengenang gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW ini, sejak penduduk asli Bengkulu (orang Sipai) lepas dari pengaruh Syi‘ah berubah menjadi sekadar kewajiban keluarga untuk memenuhi wasiat leluhur mereka. Belakangan, upacara ini juga dijadikan sebagai bentuk partisipasi orang-orang Sipai dalam pelestarian budaya tradisional Bengkulu. Sejak 1990, upacara ini dijadikan agenda wisata Kota Bengkulu, dan kini lebih dikenal sebagai Festival Tabot.

RANGKAIAN UPACARA RITUAL BUDAYA TABOT

1. UPACARA PENGAMBILAN TANAH
Upacara Pengambilan Tanah dilaksanakan pada malam hari sebelum tanggal 1 Muharram, sekitar pukul 20.00 WIB (setelah shalat Isya). Upacara Pengambilan Tanah dilakukan di dua tempat, yaitu di Pantai Nala dan Tapak Paderi. Upacara ini diartikan sebagai peringatan atau mengenang kembali manusia yang pada awalnya diciptakan dari tanah dan nantinya akan kembali menjadi tanah. Upacara ini dilengkapi sesajen berupa bubur merah, gula merah, sirih tujuh subang, rokok tujuh batang, air kopi pahit, air serobat (air jahe), air susu sapi murni, air cendana dan air selasih. Sesudah sesajen didoakan, diambil tanah dua kepal, sekepal diletakkan di Gerga (di ibaratkan benteng) dan sekepal lainnya dibawa pulang untuk diletakkan diatas Tabot yang akan dibuat.

2.UPACARA DUDUK PENJA.
Upacara Sakral Duduk Penja dilaksanakan selam dua hari, yakni pada tanggal 4 dan 5 Muharram pada pukul 16.00 WIB. ini dilakukan pada tanggal 5 Muharram. Penja adalah Pending Jari-Jari yang berbentuk jari-jari tangan yang terbuat dari tembaga serta disimpan diatas rumah sekurang-kurangnya selama satu tahun. Didahului dengan berdoa, Penja diturunkan untuk di cuci, dilengkapi sesajen berupa emping, air serobat, susu murni, air kopi pahit, nasi kebuli, pisang emas dan tebu. Setelah dicuci, keluarga pembuat tabot langsung mengantarkan Penja yang dibungkus ke gerganya, dengan diiringi bunyi dol dan tassa, untuk disimpan kembali selama upacara perayaan tabot.

3. UPACARA MENJARA.
Upacara Menjara dilaksanakan malam hari tanggal 5 dan 6 Muharram mulai pukul 19.30 WIB. Menjara berarti “perjalanan panjang di malam hari”, upacara ini dimaksudkan untuk melakukan silahturakhmi atau konsolidasi. Pada malam pertama (tanggal 5 Muharram) kelompok Bangsal mengunjungi kelompok Imam dan pada malam kedua (tanggal 6 Muharram) kelompok Imam mengunjungi kelompok Bangsal dengan perlengkapan Dol dan Tassa. Dalam perjalanan perlengkapan musik Dol dan Tassa akan melagukan lagu Semi Tsauri pada saat berjalan dan lagu-lagu Tsauri, Melalu dan Tamatam pada tempat-tempat berhenti.


4. MALAM ARAK JARI-JARI DAN ARAK SEROBAN
Upacara Arak Jari-Jari dilakukan pada tanggal 7 Muharram pukul 19.30 malam. Malam Arak Jari-Jari dilaksanakan dengan menempatkan Penja yang sudah didudukkan di atas Tabot Coki, kemudian diarak untuk berkumpul di tanah lapang. Sedangkan persiapan upacara Arak Seroban diselenggarakan pada tanggal 8 Muharram pukul 16.00 WIB (setelah shalat Ashar), yakni mempersiapkan Seroban untuk diarak bersam-sama Penja (Jari-Jari) pada malam harinya. Upacara ini di ibaratkan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa jari-jari tangan dan sorban Amir Hussain telah ditemukan di Padang Karbala.

5. HARI GAM
Hari GAM berlangsung pada tanggal 9 Muharram, dimulai pada pukul 06.00 WIB. Hari GAM berarti tidak boleh ada bunyi-bunyian sama sekali sampai Tabot Naik Pangkek.

6. TABOT NAIK PANGKEK.
Pada pukul 14.00 WIB sesudah shalat Dhuhur tanggal 9 Muharram dilakukan acara Tabot Naik Pangkek. Tabot Naik Pangkek adalah kegiatan menyambungkan bangunan puncak Tabot dengan bangunan bagian Tabot Gedang di tempat pembuatannya.

7. MALAM ARAK GEDANG.
Pada tanggal 9 Muharram pukul 16.00 Tabot dibawa ke Gerga untuk Soja dan Penja dinaikkan ke atas Tabot sebelum diarak menuju tanah lapang untuk bersanding. Pada pukul 19.00 malam harinya Tabot sudah bersanding di tanah lapang, prosesi ini disebut Malam Arak Gedang.


8. ARAK-ARAKAN TABOT TERBUANG.
Pagi hari pukul 08.00 WIB tanggal 10 Muharram Tabot kembali diarak untuk bersanding di tanah lapang. Setelah itu Tabot diarak menuju Kerabela (sebutan orang Bengkulu untuk Karballa). Sebelum diarak, seluruh Tabot menyembah terlebih dahulu kepada Tabot Imam dan Tabot Bangsal. Juru Kunci menyambut arak-arakan Tabot di pintu gerbang Kerabela. Sebelum masuk dilakukan upacara untuk meluruskan mana yang bengkok, memberitahu mana yang keliru dan memperbaiki mana yang salah. Setelah itu arak-arakan Tabot menuju kompleks pemakaman Kerabela, dan di sini dilaksanakan upacara penyerahan Tabot kepada leluhur di makam Syahbedan Abdullah (ayahanda Syech Burhanuddin).

Ø UPACARA PERKAWINAN
Upacara perkawinan suku bangsa Lembak secara umum yang berada di Bengkulu dan khususnya yang bertempat tinggal di Kota Bengkulu pada dasarnya sama, dengan tingkatan urut-urutan sebagai berikut:
(1) Upacara sebelum perkawinan, kegitatan yang dilakukan mulai dari menindai (melihat kecocokan), betanye (bertanya), Ngatat Tande atau memadu rasan (berasan), dan Bertunangan (Makan Ketan),
(2) Upacara Perkawinan (Kerje/Bapelan), merupakan urutan kegiatan mulai memilih macam bimbang, Arai Pekat (Kenduri Sekulak), Menikah, Malam Napa, Arai Becerita (Walimahan), dan sampai akhirnya menyalang (nyalang).

Upacara Sebelum Perkawinan
-Menindai adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki dalam mengamati dan mengevaluasi bagaimana kecocokan bila anak laki-lakinya nanti menikah dengan keluarga (anak wanita) yang ingin di nikahinya. Proses ini biasanya yang paling mudah dilakukan dengan cara bagaimana sikap dan perilaku,  melihat kepiawaiannya dalam memasak, rumahnya apakah selalu bersih dan rapih bahkan rupawan dari wanita tersebut.

-Betanye  merupakan langkah awal bagi pihak laki-laki untuk menyampaikan hasratnya dan bertanya apakah pihak perempuan (gadis) belum berjanji atau bertunangan dengan pria lain. Bila seandainya belum maka disampaikanlah maksud/hajad, untuk mengikat pertunangan dengan anak gadis keluarga yang ditanya. Alat yang dibawa adalah sekapur sirih lengkap dengan kapur, pinang, dan sebagainya yang dibungkus dengan sapu tangan terawang putih.
Setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, maka pada kedatangan kedua, utusan biasanya masih keluarga dekat, yang maksudnya adalah untuk Ngatat tande (Ikatan pertunangan). Ciri/tanda yang diberi tersebut biasanya dalam dua bentuk, yaitu: berbentuk uang atau berbentuk barang berharga berupa emas (cincin).

-Malam Bertungan/Menarik Rasan, setelah hari dan waktu bertunangan yang disepakati tiba, maka pihak laki-laki akan datang untuk bertunangan dengan membawa apa yang telah disepakati (terutama berupa uang, sedangkan barupa barang seperti kerbau dan pembawaanya) akan diserahkan kapan diminta oleh pihak gadis. Selain dari mengantarkan persyaratan yang harus dipenuhi, maka pada saat itu dibicarakan pula kapan jadwal dilakukan pernikahan, untuk penetapan jadwal tersebut pada saat itu sebagai patokan adalah kapan masa panen.

-Makan Ketan, setelah diadakan konsultasi dan sepakat tentang hari kerje/bepelan maka oleh ahli rumah terlebih dahulu biasanya diadakan kesepakatan rapat interen (ngupul adik sanak) untuk mulai mempersiapkan dan meramu segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan mengangkat pekerjaan seperti: berberas (menumbuk padi untuk kebutuhan kerje/bepelan, mengumpulan alat-alat untuk pangujung (balai), serta persiapan seperti pembuatan rumah tanak (tempat berteduh tukang masak air dan nasi).
Selanjutnya pada malam yang telah ditentukan diadakanlah rapat (berasan) dengan penghulu syara’, adik sanak, kaum kerabat yang biasanya dipimpin oleh penghulu adat/ketua adat, malam berasan ini dikenal dengan istilah Malam Makan Ketan.

-Pembentukan Panitia Kerja, setelah secara resmi acara pertunangan diumumkan, maka selanjutnya ketua adat membuka acara berasan adik sanak untuk membentuk kepanitian acara pernikahan pengantin yang dimaksud. Pembentukan organisasi upacara tersebut sekaligus menunjuk para petugas yang akan mengambil tanggung jawab pelaksanaan antara lain: tue kerje (Ketua Kerja), penyambut tamu, tukang sambal (tukang sambal), tukang joda (tukang jauda), Tukang Ayo (Ahli menyiap air), Tukang nasi (Ahli memasak nasi), ketua jenang yang biasanya ditunjuk jenang atas pengujung (jenang pucuk) dan jenang belakang (jenang bawah), begitu pula biasanya ditunjuk Cikidar (jenang perempuan) besarta anggota-anggotanya, serta pada saat itu biasanya telah ditunjuk juga induk inang (perias pengantin) dan inang (pengapit pengantin).

-Pesta Pernikahan, Pelaksanaan perkawinan dalam Bahasa Lembak sering disebur Kerje atau Bepelan yang merupakan inti atau puncak dalam upacara perkawinan. Kegiatan itu merupakan rangkaian dari suatu perayaan sebagai pernyataan suka dan rasa syukur segenap keluarga baik dalam hubungan keluarga dekat mapun keluarga jauh. Pesta Pernikahan dilaksanakan kedua belah pihak dan berlangaung selama 2 hari 2 malam untuk satu pihak, hari pertama disebut dengan Hari Mufakat (Arai pekat) sedangkan harl kedua disebut Hari Bercerita (Andun). Pelaksanaan akad nikah biasanya dilangsungkan pada hari mufakat (Arai pekat), dahulu dilaksanakan pada hari kedua.

-Hari Mufakat (Arai Pekat), pada hari mufakat ini mempelai wanita sudah harus dirias untuk memekai pakaian pengantin (pakaian adat), Untuk merias pengantin pertama kali ini tidak dilakukan di rumahnya melainkan harus dilakukan di rumah salah seorang kerabatnya yang di sebut dengan 'Bakondai'. Dalam acara bakondai ini harus menyiapkan persyaratan berupa kain penutup (kelimbung), beras, kelapa, gula kelapa serta pisang mas, perlengkapan ini nantinya akan diserahkan kepada 'induk inang (perias pengantin). Setelah pengantin selesai dirias baru dibawa kerumahnya dan disambut oleh ibunya serta diasap dengan kemenyan.

-Malam Napa, salah satu bagian dari acara perayaan perkawinan adalah Malam Napa. Pada malam ini sering juga disebut pengantin bercampur atau mulai bersanding setelah melakukan ijab kabul (Jika belum melakukan ijab kabul, dalam adat Lembak pengantin tidak boleh disandingkan).
Dalam Malam Napa biasanya kalau akan diadakan adang-adang gala maka pihak keluarga pengantin perempuan harus melakukan acara penjemputan pengantin lanang yang dipimpin oleh ketua adat yang diikuti oleh beberapa orang kerabat pengantin perempuan. Pada acara penjemputan ini pihak pengantin perempuan membawa perelengkapan pakain adat untuk pengantin lanang, pihak keluarga pengantin lanang juga sudah menyiapkan panganan/ kue-keu yang sudah dimasak beberapa hari dan disuguhi minuman teh/kopi yang sering dikenal dengan istilah Neron. Pada saat itu biasanya juga disampaikan oleh penghulu adat kepada pihak penganting lanang untuk menyiapkan sejumlah uang untuk acara adang-adang gala tersebut. Uang yang diberikan pada saat adang-adang gala sering disebut dengan istilah kunci masuk.

-Hari bercerita, ini merupakan hari puncak pelaksanaan pesta pernikahan tersebut. Pada saat tamu yang datang baik tamu dari jauh maupun dari dekat, mereka datang membawa buah tangan pada ahli rumah sebagai tanda ikut bersuka cita atas rahmat yang diterimanya. Buah tangan tersebut semenjak masyarakat telah mengenal uang sebagai alat tukar, diberikan dalam bentuk uang, dikenal dengan istileh Jambar real (Jamber real). Pada hari bercerita ini inti acaranya berupa berzikir/membaca kitab berzanji yang diringi rebana, walimah dan jamuan dan pada akhir acara tersebut wakil para tamu menyerahkan jambar uang yang diperoleh kepada pihak tuan rumah dengan mengumumkan jumlah total penerimaan.


 sumber:
http://fatawisata.com/wisata-budaya/seni-pertunjukan
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://ragambengkulu.blogspot.com/
http://www.scribd.com/doc/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar