Minggu, 08 Mei 2011

RIYANI ASTI ARAMI (4423107019)



Sebuah provinsi yang terletak di pesisir barat pulau Sumatera, Indonesia, dan merupakan provinsi terluas kesebelas di Indonesia. Sumatera Barat memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang terbentuk bukit barisan dan membentang dari barat laut hingga tenggara. Sepanjang 375 km garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia.

Kesenian Sumatera Barat

Masyarakat Minangkabau yang mayoritas menganut agama Islam, memposisikan dan memiliki cara padang tersendiri terhadap kehidupan dan proses berkesenian yang berkembang ditengah masyarakatnya. Kesenian diciptakan oleh manusia dalam rangka hubungan antara sesama manusia, maupun antara manusia dengan alam. Sebagai salah satu bentuk ekspresi dari rasa, cipta dan karsa umat manusia, sudah sejak lama menjadi bagian penting di tengah kehidupan masyarakat, seni difungsikan untuk berbagai kepentingan baik pada hal-hal yang bersifat ritual (keagamaaan), adat-istiadat, serta sosial kemasyarakatan. Untuk pertunjukan kesenian tradisional di Minangkabau erat kaitannya dengan pelaksanaan upacara adat, seperti: pengangkatan penghulu, alek marampulai (mantenan) dan bentuk-bentuk acara sosial kemasyarakatan lainnya seperti: acara pengumpulan dana untuk pembangunan desa, sunatan, alek nagari, dan lain sebagainya.

Pertunjukan kesenian tradisional dimata masyarakat Minangkabau disebut dengan bagurau. Bagurau mencakup semua acara yang bersifat gembira ria, beramai-ramai dalam suatu pertunjukan atau hiburan bersama dengan pertunjukan musik ataupun permainan, kadangkala diramaikan dengan permainan lain seperti pertunjukan seni bela diri (pecak silat). Pada dasarnya kesenian tradisional yang berkembang di Minangkabau mengandung unsur kesederhanaan, seperti perangkat musik, tekhnik garap, jumlah pemain, serta tempat pertunjukan. Walaupun tumbuh, berkembang dan disajikan dalam kesederhanaan, namun terdapat hal-hal yang menarik dari pertunjukan kesenian tradisonal di Minangkabau, yaitu sifat komunikatifnya dengan penonton. Penonton secara bersama-sama dan secara langsung ikut terlibat dalam suasana pertunjukan. Saat pertunjukan berlangsung tidak terlihat jurang pemisah antara yang satu dengan yang lain, semuanya membaur menjadi satu dalam kebersamaan. Para penonton akan memberikan respon secara aktif (bersorak, bertepuk tangan, mengangguk-anggukan kepala, dan sebagainya) apabila pertunjukan berlangsung dengan baik.

Secara geo-historis, kesenian tradisional yang berkembang di Minangkabau dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu kesenian yang berkembang di daerah darek (daratan) dan kesenian yang berkembang di daerah pasisia (pesisir). Kesenian tradisional yang berkembang di daerah darek bentuk dan temanya lebih bersifat sederhana, seperti musik dan nyanyian, tarian dan bela diri. Pelakunya kebanyakan laki-laki. Begitupula dengan tari-tariannya lebih banyak mengangkat gerakan yang mengandung arti atau mengandung suatu kisah. Kesenian yang berkembang di daerah pasisia lebih beragam. Hal ini disebabkan pengaruh kebudayaan luar yang sangat kuat di wilayah tersebut. Selain yang bersifat sederhana, kesenian yang berasal dari pengaruh Islam Syiah cukup dominan seperti: tabut, indang, debus, salawat dulang dan lain sebagainya. Tari-tarian yang bekembang di daerah pesisir lebih bersifat tari pergaulan yang gerakannya tidak mengandung arti. Beberapa bentuk permainan rakyat juga diperankan oleh wanita.

MUSIK

Untuk musik vokal yang berkembang di Minangkabau, masyarakat menyebutnya dengan istilah dendang. dendang adalah istilah seni suara, seni vokal atau menyanyi di Sumatera Barat. Orang berdendang sama artinya dengan orang bernyanyi atau melagu. Dendang adalah cerita pelipur lara yang dipaparkan oleh tukang dendang secara lisan, umumnya dalam bentuk bahasa berirama dengan setengah bernyanyi. Didalam pertunjukan dendang, materi atau teks nyanyian pada umumnya berbentuk pantun, berwujud baris atau lirik (curahan perasaan) yang dikelompokkan menjadi bait, untaian atau kuplet. Ditinjau dari segi isinya, isi pantun dendang dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:
ü  Pantun nasehat adalah jenis pantun yang lebih banyak berisikan nasehat orang tua kepada anaknya, mamak kepada kemenakannya atau nasehat untuk anak-anak muda.
ü  Pantun nasib ditandai dengan isi pantun yang menyatakan kesulitan hidup, kesengsaraan, kemiskinan, kemelaratan, kehinaan dan sebagainya.
ü  Pantun muda adalah pantun yang isinya menggambarkan masalah-masalah hubungan muda-mudi, percintaan, kerinduan terhadap kekasih dan semacamnya.
ü  Pantun gembira adalah suatu bentuk pantun yang menggambarkan rasa suka cita terhadap sesuatu.
ü  Pantun kiasan adalah jenis pantun yang isinya lebih banyak berupa kiasan.
ü  Pantun adat adalah pantun yang baik sampiran maupun isinya terdiri dari pepatah atau kata-kata adat yang dijadikan pegangan hidup masyarakat Minangkabau.
ü  Pantun bebas adalah jenis pantun dimana sampiran dan isi pantun dibuat secara bebas, tergantung pada suasana dimana pantun itu didendangkan; sampiran dan isi pantun keluar secara spontan. Walaupun bebas, tetapi pantun tersebut mempunyai sampiran dan isi sebagaimana kaidah sebuah pantun.
ü  Pantun jenaka adalah jenis pantun yang lebih banyak digunakan untuk berolok-olok atau mempermainkan seseorang melalui kata-kata. Biasanya isi pantun tidak terjadi sebagaimana digambarkan dalam pantun tersebut.
Berdasarkan kesan yang ditimbulkan dan kegunaannya dalam masyarakat, musik vocal yang berkembang di Minangkabau dapat dikelompokan atas lima bentuk, yaitu: dendang ratok, dendang kaba, dendang gembira, salawat/dikie dan baindang.
ü  Dendang ratok adalah pembagian jenis dendang di Minangkabau yang didasarkan atas melodi dendang tersebut yang terdengar sedih dan isi pantunnya berhiba-hiba, menyadari nasib yang malang, kesengsaraan hidup dan sebagainya.
ü  Dendang kaba adalah jenis dendang yang digunakan untuk menceritakan kaba (cerita rakyat Minangkabau masa dahulu).
ü  Dendang gembira adalah jenis dendang yang sifatnya gembira.
ü  Salawat talam adalah salah satu musik vokal yang berkembang di Minangkabau dimana pada masa dahulunya digunakan untuk syiar agama Islam. Lagu-lagu yang dibawakan pada umumnya berbahasa Arab. Dalam perkembanganya sekarang lebih banyak difungsikan untuk keperluan hiburan dengan menggunakan bahasa daerah. Instrumen music yang digunakan untuk keperluan salawat talam ini adalah Dikie atau rebana dan ada juga yang menggunakan Talam. Jenis musik ini sering juga disebut Badikie.
ü  Baindang (berindang) adalah berdendang bersahut-sahutan antara dua orang penyanyi yang berasal dari dua kelompok pemain Indang. Pertunjukan indang ini biasanya diiringi dengan instrumen musik yang dinamakan Rapa’i. Dalam pertunjukan dendang, unsur yang dominan digemari oleh masyarakat adalah seni sastra dalam teks nyanyian yang berbentuk pantun.

Silat Bayang Buayo
Di pesisir selatan Sumatera Barat (Indonesia), tepatnya di daerah Bayang, ada sebuah seni bela diri yang disebut sebagai  Silat Bayang Buayo. Namanya diambil dari jurus-jurus khas, yaitu jurus yang sebagian besar diambil dari gerak-gerik seekor buayo (buaya) ketika sedang  menyerang musuh atau mangsanya.

Rumah Gadang
rumah adat minangkabau atau yang sering disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung. Tidak semua kawasan di Minangkabau boleh mendirikan rumah adat ini, hanya kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari yang bisa mendirikannya. Namun hanya kaum perempuan dan suaminya, beserta anak-anak yang jadi penghuni rumah gadang. Sedangkan laki-laki kaum tersebut yang sudah beristri, menetap di rumah istrinya. Jika laki-laki anggota kaum belum menikah, biasanya tidur di surau. Surau biasanya dibangun tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai tempat tinggal lelaki dewasa namun belum menikah.

Tarian tradisional

 









Secara keseluruhan seni tari Sumatera Barat berasal dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama islam, keunikan adat kebiasaan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya adalah: 
Tari Piring
Dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majelis-majelis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri. Tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu. Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua tergantung dimana tempat atau kampung. Namun tidak begitu banyak perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Biasanya menjelang hari persembahan, para penari Tari Piring harus memutuskan jumlah piring yang akan digunakan dan memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton.

Tari Payung
Salah satu tari klasik dari Daerah Minang dan menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya. Tarian ini memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita. Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, dan pameran.

Senjata Tradisional
 
Senjata tradisional Sumatera Barat adalah keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap acara resmi, seperti acara malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majelis perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek. Berbagai jenis senjata juga pernah digunakan seperti tombak, pedang panjang, panah, sumpit.




Makanan dan Minuman
Lemang

Rendang

Dendeng Balado

sate pariaman

karupuak sanjai


soto padang


Restoran Padang dan masakan padang adalah kuliner yang terkenal baik di nusantara bahkan sampai ke luar negeri. Masakan Padang terkenal dengan citarasa yang pedas. Beberapa contoh makanan dari Sumatera Barat yang sangat populer adalah rendang, sate padang, dendeng balado, itiak lado mudo, soto padang, dan bubur kampiun. Selain itu, Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang, bareh randang, dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, karupuak balado, Kopi Luwak (Kopi Cirik Musang), pergedel jaguang, karupuak sanjai, dan galamai.

Perkawinan



Dalam adat budaya Minangkabau, perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam siklus kehidupan, dan merupakan masa peralihan yang sangat berarti dalam membentuk kelompok kecil keluarga baru pelanjut keturunan. Bagi lelaki Minang, perkawinan juga menjadi proses untuk masuk lingkungan baru, yakni pihak keluarga istrinya. Sedangkan bagi keluarga pihak istri, menjadi salah satu proses dalam penambahan anggota di komunitas rumah gadang mereka. Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau (baralek), mempunyai beberapa tahapan yang umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria), sampai basandiang (bersanding di pelaminan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar