Sabtu, 16 Juni 2012

FOLKLORE BUKAN LISAN LOMBOK (UTS IV)


 NAMA: EDWINA YUSTITYA
NIM:4423107030

RUMAH ADAT SUKU SASAK
RUMAH ADAT SASAK

Rumah adat Suku Sasak berdinding anyaman bambu dan disangga oleh beberapa pilar yang terbuat oleh bambu. Atap rumahnya berbentuk seperti gunungan dan terbuat dari jerami yang disusun lau diikat dengan tali. Sedangkan lantainya terbuat dari campuran tanah, getah kayu pohon serta abu jerami. Untuk menjaga agar lantai rumahnya tetap kuat dan tahan lama, Suku Sasak sering mengolesi lantai rumah mereka dengan kotoran sapi atau kerbau. Sebagian dari mereka juga menggunakan kotoran sapi atau kerbau ini dalam campuran bahan material pembuat lantai. Alasannya agar lantai lebih kuat dan tidak lembab.

Untuk masuk kedalam Rumah Sasak, terdapat tiga anak tangga yang harus dilalui. Jumlah anak tangga ini menjadi simbol, di dalam rumah itu terdiri dari ayah, ibu, serta anak. Menapaki  tiga buah anak tangga menjadi simbol, setiap manusia yang ada di dunia selalu menjalani tiga alur kehidupan, lahir, berkembang, serta meninggal dunia.

Pintu masuk rumah sasak hanya satu dan posisinya lebih pendek dari ukuran tinggi orang dewasa. Jadi untuk masuk kedalam rumah sasak harus merundukan kepala agar. Pembuatan pintu dengan ukuran seperti ini memiliki makna bagi Orang Sasak. Masyarakat Sasak meyakini, posisi merunduk ketika masuk ke dalam rumah menjadi simbol, rasa hormat tamu kepada sang pemilik rumah.

Secara umum di dalam Rumah Sasak terdapat ruang Bale Dalam dan Bale Luar. Bale Luar biasanya digunakan untuk ruang tidur bagi anggota keluarga, sedangkan bale dalam difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan persediaan makanan dan harta benda keluarga. Tepat di samping tempat suku Sasak menyimpan persediaan makanan, terdapat dapur. Di dalam dapur inilah, anda dapat menjumpai tungku yang terbuat dari susunan batu bata. Suku Sasak memanfaatkan tungku itu untuk memasak dan ketika musim hujan tiba, tungku itu dijadikan perapian. Saat ada anggota keluarga yang meninggal Bale Dalam juga difungsikan sebagai tempat sementara menyimpan jenazah sebelum dimakamkan.

Rumah sasak memiliki macam-macam nama sesuai dengan fungsinya, seperti Bale Tani, Bale Jajar, Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, Bale Gunung Rate dan Bale Balaq.
•Bale Tani adalah rumah sasak untuk tinggal masyarakat sasak yang memiliki pekerjaan sebagai petani

•Bale Jajar adalah rumah sasak bagi orang yang memiliki ekonomi menengah keatas. Perbedaan rumah ini dengan rumah yang lainnya adalah jumlah Bale Dalamnya yang berjumlah dua ruangan.

•Berugaq/Sekepat
Berugaq/sakepat ini merupakan bangunan yang berfungsi untuk menerima tamu. Dalam masyarakat sasak ada kebiasaan yang menganggap tidak semua tamu boleh masuk ke dalam rumah. Selain untuk menerima tamu tempat ini biasanya digunakan untuk prosesi acara lamaran bagi rumah yang memiliki gadis. Bangunan ini bebrbentuk segi empat tanpa sisi dan terltak disisi rumah  utama.

•Sekenam
Sekenam bentuknya sama dengan berugaq/sekepat, hanya saja sekenam mempunyai mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.

•Bale bonter
Bale Bonter adalah bangunan untuk para perkanggo atau pejabat desa. Salah satu fungsinya adalah sebagai tempat pesangkepan atau persidangan bagi para pelanggar adat. Bangunan ini berbentuk segi empat dengan jumlah tiang Sembilan sampai delapan belas buah.

•Bale Beleq Bencingah
Bale beleq diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan sehingga sering juga disebut “Bencingah.” Adapun upacara kerajaan yang biasa dilakukan di bale beleq diantaranya adalah:
    - Pelantikan pejabat kerajaan
    - Penobatan Putra Mahkota Kerajaan
    - Pengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (Pendita) Kerajaan
    - Sebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka Kerajaan seperti persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumen-dokumen Kerajaan
    -Dan sebagainya.

•Bale Gunung Rate dan Bale Balaq
Bale gunung rate biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, sedangkan bale balaq dibangun dengan tujuan untuk menghindari banjir, oleh karena itu biasanya berbentuk rumah panggung.

Bagi masyarakat sasak rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal tetapi juga sebagai tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan bentuk dari keyakinan mereka kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk), epen bale (penunggu rumah), dan sebaginya. Untuk waktu membangun rumah tidak boleh sembarangan. Orang Sasak di Lombok meyakini bahwa waktu yang baik untuk memulai membangun rumah adalah pada bulan ketiga dan bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul Awal dan bulan Zulhijjah pada kalender Islam. Ada juga yang menentukan hari baik berdasarkan nama orang yang akan membangun rumah. Sedangkan bulan yang paling dihindari (pantangan) untuk membangun rumah adalah pada bulan Muharram dan bulan Ramadlan. Pada kedua bulan ini, menurut kepercayaan masyarakat setempat, rumah yang dibangun cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran, sulit rizqi, dan sebagainya.


PAKAIAN ADAT SASAK
http://lombokasli.files.wordpress.com/2009/09/ber.jpg?w=150&h=150
PAKAIAN ADAT SASAK
Pakaian adat Suku Sasak mendapat pengaruh dari kultur Melayu, Jawa, Bali dam juga Bugis. Pengaruh tersebut melebur dan berakulturasi menjadi satu dalam tampilan pakaian adat sasak.
Bagi Laki-Laki
•Capuq/Sapuk
Sapuk yaitu kain segitiga sama kaki yang ujung kiri  kanannya panjang dan langsung diikat ujung atasnya terurai ke belakang di atas sampul ikatan ujungnya. Sapuk ini dipakai sebagai mahkota kaum pria dan merupakan lambang kejantanan pemakainnya,serta untuk menjaga pemikiran dari hal-hal yang kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan yang maha esa. Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian adat sasak tidak dibenarkan meniru cara penggunaan sapuq untuk ritual agama lain

•Baju Pegon
Untuk pakaian adat dipilih bahan yang polos dan berwarna gelap agar berbeda dari pakaian kesenian yang berenda-renda. Pegon ini adalah busana Suku Sasak yang mendapat pengaruh dari etnis Jawa sebagai lambang keagungan serta kesopanan si pemakai. Modifikasi dilakukan bagian belakang pegon agak terbuka untuk memudahkan penggunaan keris. 

•Dodot
Dodot bagi pria, kain panjang yang diikat dengan bebet di perut atau di bawah dada sebagai hiasan, dan sisa kain di atas terburai keluar ke depan. Dodot terbuat dari kain songket, motif kain songket dengan motif subahnale, keker, bintang empet dll ) bermakna semangat dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.

•Keris
Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang jika bentuknya besar, dan bisa juga disisipkan pada bagian depan jika agak kecil. Dalam aturan pengunaan keris sebagai lambang adat muka keris ( lambe/gading) harus menghadap kedepan, jika berbalik bermakna siap beperang atau siaga. Keris bermakna : kesatriaan- keberanian dalam mempertahankan martabat. Belakangan ini karena keris agak langka maka diperbolehkan juga menyelipkan “pemaja” (pisau kecil tajam untuk meraut). Biasanya keris ini hanya dipakai saat acara pernikahan sevagai mempelai pria.

•Selendang Umbak
Selendang Umbak ini digunakan khusus untuk para pemangku adat.  Umbak adalah sabuk gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai dengan empat meter. Diujung benang digantungkan uang cina ( kepeng bolong). Umbak untuk busana sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.

Bagi Perempuan
•Pangkak
Pangkan adalah hiasan emas yang berbentuk bunga yang disusun di riasan rambut sebagai mahkota bagi kaum wanita.
 
•Tangkong
Tangkong adalah pakaian yang digunakan sebagai  sebagai  lambang keanggunan dapat berupa pakaian kebaya dari bahan dengan warna cerah atau gelap dari jenis kain beludru atau brokat. Tidak diperbolehkan untuk menggunakan model baju l yang memperlihatkan belahan dada dan transparan.
 
•Tongkak
Tingkak adalah kain berupa sabuk panjang yang dililitkan menutupi pinggang sebagai lambang kesuburan dan pengabdian.

•Lempot
Lempot adalah kain tenun yang digunakan sebagai selendang dan cara penggunaannya adalah disampirkan di pundak sebelah kiri. Penggunaan lempot ini sebagai lambang kasih sanyang.
•Kereng
Berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai mata kaki sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan kaum wanita.

•Gendit /Pending
Geendit/pending adalah aksesoris bagi pakaian adat wanita berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai ikat pinggang.

•Onggar-onggar
 Onggar- onggar adalah  hiasan kepala berupa bunga-bunga emas yang diselipkan pada konde.

•Suku /talen/ ketip
Merupakan uang emas atau perak yang dibuat untuk bros .

OBAT TRADISIONAL
Masyarakat Suku Sasak merupakan masyarakat yang masih banyak menggunakan bahan-bahan alami dalam proses pengobatan. Mereka masih mempercayakan pengobatan dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar mereka. Pengetahuan masyarakat Sasak tentang obat-obatan itu diperoleh dari naskah daun Lontar Usada Lombok yang sudah berusia ratusan tahun, dan warisan turun temurun. Pengetahuan Suku Sasak ini juga ditunjang dengan keanekaragaman flora yang bermanfaat yang tumbuh di alam mereka. Obat-obatan tradisional yang masih sering mereka gunakan adalah sebagai berikut:
•Tanaman Pulai (Aistonia Scholaris)
Tanaman ini banyak tumbuh di Pulau Lombok. Tinggi tanaman ini dapat mencapai lebih dari 10m. Bentuk dari pohon ini adalah lonjong/elips dan tersusun melingikar. Bagi Suku Sasak pohon ini biasa digunakan sebagai obat malaria.



•Tanaman Kumbi (Voacangga Foetida)

Tanaman Kumbi ini digunakan Suku Sasak untuk mengobati penyakit kulit. Menurut penelitian selain sebagai obat kulit, tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami karena mengandung Lombine dan Vocangine yang memiliki aktivitas antibakteri.


•Tanaman Bunga Pagoda (Clerodendron Paniculatum)
Tanaman ini memiliki bunga berwarna merah dengan ukuran yang kecil. Suku Sasak menggunakan tanaman ini untuk mengobati penyakit mata dan batu ginjal. Bagian yang dipakai adalah bunyanya dengan cara diekstraksi.



•Mayang Kelapa dan Daun Ceremai (Phyllantus Acidus)
Mayang Kelapa adalah bagian dari pohon kelapa yang merupakan bakal dari buah kelapa, sedangkan daun ceremai adalah bagian dari pohon ceremai. Bentuk daun ceremai ini mirip dengan bentuk daun belimbing wuluh dan ketinggian pohon dapat mencapai 10 m. Bagi orang Sasak, tumbuhan ini biasa digunakan untuk obat penurun kolesterol dan kadar gula darah yang tinggi.
MAYANG KELAPA
DAUN CEREMAI


SUMBER
___,Rumah Adat Sasak:Wahana Budaya Indonesia.http://www.wahana-budaya-indonesa.com(diakses 14 Juni 2012)
Asep,Candra.2008,Obat Kolesterol Dari Suku Sasak.http://health.kompas.com(diakses 16 Juni 2012)
Depz.2011,Dedare Sasak.http://depz.blogdetik.com(diakses 16 Juni 2012)
Lombok,Asli.2009,Busana Adat Suku Sasak.http://lombikasli.wordpress.com(diakses16 Juni 2012)
Rosiham,Anwar.2010,Rumah Adat Suku Sasak Lombok.http://7og4nk.blogspot.com(diakses 16 Juni 2012)
http://www.scribd.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar