Cindy Aprina Mirasari
4423107052
UAS TRADISI ETNIK
Gorontalo
Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indonesia.
Sebelumnya Gorontalo merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya
Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran
wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian dibentuk
berdasarkan Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember
2000.
Provinsi Gorontalo
terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara.
Luas wilayah provinsi ini 12.215,44 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1,038.585
jiwa (berdasarkan Sensus Penduduk 2010), dengan tingkat kepadatan penduduk 85
jiwa/km². Penjabat Gubernur Gorontalo yang pertama adalah Drs. Tursandi Alwi
yang dilantik pada peresmian Provinsi Gorontalo pada tanggal 16 Februari 2001.
Tanggal ini selanjutnya, sekalipun masih kontroversial, diperingati sebagai
Hari Ulang Tahun Provinsi Gorontalo hingga sekarang (2011).
Sampai dengan September
2011, wilayah adminitrasi Provinsi Gorontalo mencakup 5 kabuapten (Kabupaten
Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato), 1 kota (Kota
Gorontalo), 75 kecamatan, 532 desa, dan 69 kelurahan. Data ini terus mengalami
perubahan seiring dengan adanya proses pemekaran kabupaten/ kota, kecamatan,
desa, atau kelurahan yang ada di Provinsi Gorontalo hingga sekarang.
Etnis Gorontalo
menghadapi arus globalisasi dengan cara :
Kerukunan
Umat Beragama Terus Dilestarikan
GORONTALO-Fenomena
pergolakan di masyarakat yang dilatarbelakangi oleh persoalan sosial, ekonomi,
politik, hukum, bahkan yang berlatarbelakang agama sulit dielakan. Perseteruan
yang mengarah pada tindaka brutal dan anarkis, sering tersaji di masyarakat.
Bukan hanya dilakukan oleh kelompok masyarakat biasa, tetapi para elit,
pembesar bahkan yang berlatar belakang pendidikan tinggi pun turut terlibat
dalam aksi-aksi tidak terpuji.
Kasubag
Hukmas, KUB dan Umum Kanwil Kemenag Provinsi Gorontalo, H. Iswad Abd. Pakaya,
S.Ag mengatakan, ancaman pergolakan tidak hanya ada dikalangan antar umat
beragama sebagai dampak kemajemukan, tetapi diinternal agamapun tidak sedikit
tindakan yang mengarah pada rusaknya tatanan kehidupan bermasyarakat. Yang
sempat hangat beberapa waktu lalu, adalah munculnya kelompok yang menamakan
dirinya sebagai Negara Islam Indonesia (NII). Yang disinyalir ingin merongrong
kedaulatan negara, dengan maksud mendirikan negara lain di luar bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia. "Memang hal ini merupakan persoalan internal
suatu agama, namun karena sudah merambah pada upaya untuk merongrong kedaulatan
negara, tentunya sudah menjadi tanggung jawab bersama tanpa melihat latar
belakang yang ada," terang Iswad sembari menambahkan, dalam mewujudkan
kedamaian di tengah-tengah masyarakat, tentunya keterlibatan semua komponen
sangat dibutuhkan.
Sebagai bentuk partisipasi terhadap pelestarian kerukunan di masyarakat, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Gorontalo, setiap tahun menggelar dialog yang disebut Dialog Antar Umat Beragama, seperti yang digelar Sabtu (19/11), melibatkan seluruh komponen masyarakat khususnya para tokoh agama, melalui Program Peningkatan Kerukunan Beragama. Menghadirkan sejumlah pemuka Agama sebagai pembicara, seperti Ketua MUI Provinsi Gorontalo, Drs. KH. Abd. Rasyid Kamaru, Pdt. Jemmy Bambung, S.Th dan dari unsur Kepolisian, AKBP. Imam Subiyanto, termasuk Kakanwil Kemenag Prov. Gorontalo, Dr. H. Abd. Kadir Ahmad, MS.
Sebagai bentuk partisipasi terhadap pelestarian kerukunan di masyarakat, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Gorontalo, setiap tahun menggelar dialog yang disebut Dialog Antar Umat Beragama, seperti yang digelar Sabtu (19/11), melibatkan seluruh komponen masyarakat khususnya para tokoh agama, melalui Program Peningkatan Kerukunan Beragama. Menghadirkan sejumlah pemuka Agama sebagai pembicara, seperti Ketua MUI Provinsi Gorontalo, Drs. KH. Abd. Rasyid Kamaru, Pdt. Jemmy Bambung, S.Th dan dari unsur Kepolisian, AKBP. Imam Subiyanto, termasuk Kakanwil Kemenag Prov. Gorontalo, Dr. H. Abd. Kadir Ahmad, MS.
Kegiatan
ini kata Iswad, bertujuan untuk mengembangkan visi bersama dalam pembinaan
kerukunan hidup beragama di Provinsi Gorontalo yang lebih dinamis dan menambah
pemahaman tentang nilai-nilai keagamaan dalam mengembangkan program kerukunan
umat beragama.
Gubernur
Gorontalo melalui Plt. Sekdaprov, Drs. H. Arfan Arsyad, M.Pd ketika membuka
kegiatan ini menyatakan, tantangan dalam pelaksanaan kehidupan beragama
dirasakan semakin kompleks akibat modernisasi dan perubahan sosial di segala
bidang. Bangsa Indonesia sedang menghadapi fase transisi demokrasi dan euforia
keterbukaan informasi. Sejalan dengan bergulirnya arus globalisasi yang sudah
barang tentu mempunyai implikasi positif dan negatif. Akibat dari semua itu
kata Arfan Arsyad, kita menghadapi pula terjadinya perubahan peta kehidupan
keagamaan. Segala tantangan yang ada sekarang berimplikasi pada beratnya
tuntutan peran yang harus dijalankan Kementerian Agama. "Olehnya saya
memberikan apresiasi positif terhadap kegiatan yang digelar saat ini,"
terangnya. Dialog umat beragama yang dilakukan secara intensif, diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan
bahkan meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.
Kepala
Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Gorontalo, Dr. H. Abd. Kadir Ahmad,MS,APU
mengatakan, pelaksanaan Dialog Kerukunan Umat Beragama ini merupakan bentuk fasilitasi
Kementerian Agama dalam pelayanan keagamaan. Rukun merupakan pilar kedua
setelah ketaatan beragama, dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Artinya
semakin taat orang beragama, maka kerukunan pun akan selalu tercipta. Dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, kedua hal ini tidak bisa
dipisahkan, sebagai konsekuensi dari keberadaan kita dalam suatu bangsa yang
besar, multi agama dan multi etnis, dan latar belakang yang sangat beragam.
"Kadang-kadang kita diperlihatkan di masyarakat, orang mengklaim semakin
taat tetapi semakin tidak rukun," ujar Kakanwil. Dialog ini dilaksanakan
rangka membangun semangat kerukunan dan kepercayaan, yang selalu harus
ditumbuhkan.
Demikian
halnya Direktur Pemberdayaan Zakat, Dr. H. Rohadi Rohadi Abdul Fatah mewakili
Wakil Menag RI mengatakan, dalam lawatannya disejumlah negara di Eropa termasuk
di Vatikan, ternyata Indonesia menjadi contoh bagi negara-negara di Eropa dalam
hal kerukunan. Olehnya itu ia berharap program-program kerukunan, baik dalam
bentuk sosialisasi maupun dialog, agar terus dilakukan secara berkesinambungan.
Pihaknya pun menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tinggi kepada
masyarakat Gorontalo, hingga saat ini tetap menjaga kerukunan, meski diwarnai
dengan kemajemukan agama, etnis dan budaya.
Pergeseran Tradisi Pada Kebudayaan Gorontalo :
Tumbilotohe
yang dalam arti bahasa gorontalo terdiri dari kata tumbilo†berarti pasang dan kata “tohe†berarti lampu, yaitu acara menyalakan lampu atau malam pasang
lampu. Tradisi ini merupakan tanda bakal berakhirnya bulan suci Ramadhan, telah
memberikan inspirasi kemenangan bagi warga Gorontalo. Sebelum menyambut
kemenangan di hari Raya Idul Fitri, di tengah nuansa kemenangan, langit gelap
karena bulan tidak menunjukkan sinarnya. Warga kemudian meyakini bahwa saat
seperti itu merupakan waktu yang tepat untuk merefleksikan eksistensi diri
sebagai manusia. Hal tersebut merupakan momentum paling indah untuk menyadarkan
diri sebagai fitrah ciptaan Allah SWT. Menurut sejarah kegiatan Tumbilo tohesudah
berlangsung sejak abad XV, sebagai penerangan diperoleh dari damar, getah pohon
yang mampu menyala dalam waktu lama. Damar kemudian dibungkus dengan janur dan
diletakkan di atas kayu.
Tradisi
Tumbilo Tohe ini dilaksanakan pada 3 malam terakhir menjelang Hari Raya
Idul Fitri, yaitu pada tanggal 27 hingga 30 Ramadhan, Ini merupakan tanda bakal
berakhirnya bulan suci Ramadhan. Pemasangan lampu dimulai dari maghrib hingga
pagi hari. Di masa lampau, pelaksanaan Tumbilotohe dimaksudkan untuk memudahkan
umat Islam dalam memberikan zakat fitrah pada malam hari. Pada masa itu, lampu
penerangan masih terbuat dari damar dan getah pohon yang mampu menyala dalam
waktu lama. Seiring dengan perkembangan zaman dan berkurangnya damar, maka
bahan lampu buat penerangan diganti dengan minyak kelapa, yang dikenal dengan lampu
padamala dan kemudian diganti dengan minyak tanah. Lampu yang digunakan
sekarang umumnya terbuat dari botol atau kaleng bekas yang bagian tutupnya
dipasangi sumbu. Sumbu yang dipakai adalah sumbu kompor (kompor minyak).
Saat
malam tiba, “ritual†Tumbilotohe dimulai. Kota tampak terang benderang.
Nyaris tidak ada sudut kota yang gelap. Keremangan malam yang diterangi cahaya
lampu – lampu botol di depan rumah- rumah penduduk tampak mempesona. Kota
Gorontalo berubah semarak karena lampu – lampu botol tidak hanya menerangi
halaman rumah, tetapi juga menerangi halaman kantor, masjid. Tak terkecuali,
lahan kosong petak sawah hingga lapangan sepak bola dipenuhi dengan cahaya
lampu botol. Masyarakat seolah menyatu dalam perasaan religius dan solidaritas
yang sama. Di lahan – lahan kosong nan luas, lampu – lampu botol itu dibentuk
gambar masjid, kitab suci Al Quran, sampai tulisan kaligrafi. Lampu – lampu
ini di pasang berjejer di depan rumah, di pagar, maupun di pinggir jalan mirip
jemuran. Jumlahnya pun beragam, tergantung dari luas halaman rumah.
Tumbilotohe menjadi semacam magnet
bagi warga pendatang, terutama warga kota tetangga, Manado, Palu, dan Makassar.
Banyak warga yang mengunjungi Gorontalo hanya untuk melihat Tumbilo tohe.
Sepanjang perjalanan di daerah Gorontalo maka kita akan menyaksikan Tumbilo
tohe dari berbagai ragam bentuk. “Sangat indah apabila kita berjalan pada malam
hari†itulah ungkapan pada kebanyakan orang yang memanjakan mata sepanjang
perjalanan.
Beberapa
atribut yang menjadi pelengkap dalam tradisi tumbilotohe, di antaranya sebagai
berikut :
- Tohe
Ini atribut yang paling penting, Tohe artinya Lampu.
Terbuat dari botol bekas atau minuman kaleng. Dan ini ribuan jumlahnya. Dipakai
sumbu kompor, dan di gantung pada sepotong kayu atau kawat yang berjejer. Ada
juga yang diletakkan diatas tanah, Semakin banyak lampunya, semakin indah
kelihatan.
2. Alikusu
Kerangka pintu gerbang dalam bahasa gorontalo disebut Alikusu.
Alikusu terdiri dari bambu kuning, dihiasi janur, pohon pisang, tebu &
lampu minyak yang diletakkan di pintu masuk rumah, kantor, mesjid dan pintu
gerbang perbatasan suatu daerah. Pada pintu gerbang terdapat bentuk kubah
mesjid yang menjadi simbol utama alikusu. Warga menghiasi Alikusu dengan
dedaunan yang didominasi janur kuning. Di atas kerangka itu digantung sejumlah
buah pisang sebagai lambang kesejahteraan dan tebu lambang keramahan, dan
kemuliaan hati menyambut Idul Fitri.
3. Bunggo
Bunggo adalah meriam bambu.
Ini merupakan permainan favorit masyarakat gorontalo di bulan puasa. Saling
balas, saling adu kerasnya bunyi meriam bambu menjadi khas dalam permainan
bunggo. Bunggo terbuat dari bambu pilihan yang dilubangi kecil itu sebagai
tempat menyulut api hingga bisa mengeluarkan bunyi letusan. Sembari menggempur
kampung dengan bunyi meriam, para remaja dan anak-anak berseru membangunkan
warga agar tidak kebablasan tidur. Selengkapnya tentang Bunggo, dapat
Anda baca di sini
4. Tonggolo’opo
Lampion
Bambu dalam bahasa Gorontalo disebut Tonggolo’opo. Terbuat dari bambu
besar yang ujungnya dibelah sesuai besarnya diameter bambu, dan didalamnya di
letakkan batok kelapa. Sehingga membentuk jari – jari yang nantinya akan di
balut dengan kertas warna – warni. Dan di dalamnya di pasang lampu botol.
5. Morongo
Obor
dalam bahasa Gorontalo disebut Morongo. Penerang jalan yang terbuat dari
sepotong bambu kuning atau sejenisnya yang berdiameter kecil, sedang dan besar
tergantung dari si pembuat, dan didalamnya di isi minyak tanah serta sumbu yang
terbuat dari kain atau sabut kelapa kering, Morongo ini banyak digunakan oleh
anak – anak atau remaja masjid yang turut memeriahkan malam ritual Tumbilo
tohe.
Masih
banyak kreasi dan atribut yang menjadi pelengkap malam pasang lampu
(Tumbilotohe) di Gorontalo. Kelima atribut di atas adalah yang paling menonjol
dan paling banyak di gunakan masyarakat gorontalo. Setelah melalui tahapan dari
menggunakan damar, minyak kelapa, kemudian minyak tanah, Tumbilo tohe ini
mengalami pergeseran seni budaya. Hampir sebagian warga mengganti penerangan
dengan lampu kelap – kelip dalam berbagai warna memakai jasa listrik. Akan
tetapi, sebagian warga masih mempertahankan nilai tradisional, yaitu memakai
lampu botol yang dipajang di depan rumah pada sebuah kerangka kayu atau bambu.
Mari lestarikan budaya daerah gorontalo. Akankah kita biarkan tradisi ini hanya
menjadi dongeng buat anak cucu kita kelak.?
Potensi Tambang di Gorontalo: Berkah Atau Ancaman?
Pertambangan mineral dan
batubara yang ada dalam wilayah hukum Indonesia, merupakan kekayaan alam tak
terbarukan, memegang peranan yang sangat penting dalam memenuhi hajat hidup
orang banyak. Oleh karena itu dikuasai oleh negara untuk mencapai kemakmuran
bagi masyarakat.
Usaha pertambangan
mineral dan batubara merupakan kegiatan usaha yang mempunyai peranan penting
dalam memberikan nilai tambah secara nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional
serta pembangunan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan
memiliki peranan yang penting baik bagi pertumbuhan ekonomi, maupun bagi
pembangunan baik pada tingkat nasional atau daerah.
Selain itu sektor
pertambangan juga berperan dalam memberikan multiplier effect secara ekonomi
terutama sebagai sumber pendapatan bagi daerah-daerah yang tertinggal. Kegiatan
usaha pertambangan mempunyai dampak positif yakni meningkatkan devisa negara
serta pendapatan asli daerah. Keberadaan wilayah pertambangan sangat membantu
dalam pembangunan nasional dan daerah. Di bidang ketenagakerjaan, usaha
pertambangan banyak menyerap tenaga kerja baik dalam skala nasional maupun
internasional. Terlepas dari dampak positif, maka usaha pertambanganpun
seyogyanya dikelola dengan memperhatikan prinsip pengelolaan lingkungan sebagaimana
yang diamanatkan oleh undang-undang.
Keberadaan usaha tambang
di Indonesia, banyak dipersoalkan oleh berbagai kalangan. Penyebabnya adalah
timbulnya dampak negatif dalam pengusahaan bahan galian sebagai akibat dari
usaha pertambangan. Dampak negatif dari keberadaan usaha pertambangan seperti,
rusaknya hutan di daerah lingkar tambang, tercemarnya laut, memungkinkan
terjangkitnya penyakit bagi warga masyarakat yang bermukim di daerah wilayah
tambang, serta konflik antar masyarakat lingkar tambang dengan perusahaan
tambang (H.Salim, HS).
Relevan jika dikatakan
bahwa usaha pertambangan berpotensi cukup besar memberikan dampak timbulnya
kerusakan lingkungan jika tidak dikelola sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dampak langsung dari kegiatan pertambangan adalah kerusakan
ekologis. Tambang termasuk sumber kekayaan alam yang tidak dapat diperbarui,
oleh sebab itu rusaknya kawasan tambang akan menyebabkan rusaknya ekosistem dan
pada akhirnya dapat menyebabkan ketidakmampuan masyarakat dalam memperoleh
lingkungan yang sehat (Sus Yanti Kamil).
Para ahli menyatakan
bahwa pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam saat ini telah membawa
masalah yang sangat serius serta harus dicari solusi dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut. Masalah yang dimaksudkan adalah belum adanya keserasian
dan keseimbangan antara kepentingan pembangunan ekonomi di satu sisi, dengan
kepentingan ekologi di sisi lain, bahkan terkadang saling mengabaikan. Usaha
pertambangan dan lingkungan hidup, diibaratkan bagai dua sisi mata uang.
Tambang berorientasi pada eksploitasi, sedangkan lingkungan berorientasi pada
pelestarian fungsi. Mungkinkah keseimbangan pengelolaannya dapat diwujudkan
pada tataran empirik, sehingga benar-benar mampu memberikan kemanfaatan bagi
semua pihak baik generasi kini maupun generasi yang akan datang, demi
sustainabilitas kehidupan bersama??? Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang
komprehensif dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Pada bidang
pertambangan, permasalahan berkaitan dengan lingkungan cenderung diabaikan,
seperti pencemaran yang timbul akibat penggunaan bahan kimia berbahaya seperti
merkuri, juga masalah berkaitan dengan terjadinya keasaman pada tubuh air (acid
mine drainage) sebagai akibat penggunaan logam berat yang dapat mengakibatkan pencemaran.
Kondisi seperti ini sudah merupakan masalah pertambangan di seluruh dunia dan
juga perusahaan tambang multi nasional termasuk Indonesia maupun tradisional
yang membutuhkan biaya pemulihan sangat mahal.
Hal ini tentunya
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengelolaan lingkungan (Otto Sumarwoto).
Di Jepang misalnya, persoalan lingkungan termasuk masalah yang cukup aktual
dibicarakan. Pencemaran lingkungan terjadi pada usaha tambang tembaga, yaitu
Ashio Copper Mine, yang pada waktu itu berlokasi di daerah hulu Sungai
Watarase, bagian utara wilayah Kanto. Penduduk di wilayah tersebut menemukan
ikan mati karena buangan toksit yang berasal dari tambang tersebut.
Selain itu juga, sungai
sering banjir, dan berulang kali panen gagal. Pencemaran tersebut menimbulkan
dampak negatif yakni terganggunya kesehatan penduduk. Kasus lainnya adalah
tercemarnya methyl mercury, yang menimbulkan penyakit aneh di masyarakat.
Masalah di Teluk Minamata ini dianggap sebagai salah satu issue penting
mengenai adanya pencemaran lingkungan di Jepang (Kusnadi H). World resource
tahun 2005 melaporkan bahwa dalam kurun waktu 20 tahun kerusakan hutan di
Indonesia telah mencapai 43 juta hektare atau setara dengan luas gabungan
negara Jerman dan Belanda.
Kenyataan ini jelas
mengancam ketersediaan cadangan sumber daya kolektif yang disebabkan oleh
agresivitas individu ataupun badan hukum yang cenderung memaksimalkan
hak-haknya secara berlebihan, meskipun legal tanpa mempertimbangkan kepentingan
publik (Hayan Ul Haq, Kompas). Kenyataan di atas seyogyanya harus disikapi
secara dini, mengingat Provinsi Gorontalo adalah salah satu daerah di Indonesia
yang memiliki potensi bahan galian. Berdasarkan data hasil penyelidikan
terdahulu yang berasal dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Gorontalo
serta Hasil Inventarisasi Direktorat Sumberdaya Mineral, potensi bahan galian
di Gorontalo antara lain potensi Mineral Logam, seperti emas (Au), Tembaga
(Cu), Perak (Ag). Bahan Galian Non Logam seperti, granit, batugamping, lempung,
andesit, sirtu, serta gypsum (artikel ini ditulis Denni Widhiyarta, diakses
http://psgd.bgl.esdm.go.id diakses tanggal 22 April 2011).
Potensi kekayaan alam
ini hanya akan memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya jika dilakukan
melalui intervensi di dalam kewenangan mengatur dan mengurus berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang ada melalui beberapa strategi antara lain,
menciptakan produk hukum di daerah yang secara substantive mampu dalam
mewujudkan green mining dan good mining practice.
Menjadikan izin sebagai
instrumen pengendali, instrumen yuridis yang sifatnya preventif, dan bukan
sebagai pintu gerbang untuk melakukan pengrusakan. Pada akhirnya dibutuhkan,
komitmen bersama, tanggung jawab moral serta hukum untuk mewujudkan hal
tersebut, sehingga potensi tambang benar-benar menjadi berkah, dan bukan malah
menjadi ancaman bagi untuk umat manusia.
Relasi Alam Dengan
Masyarakat Gorontalo :
2. RITUAL DAYANGO DAN PROSESINYA
1. Pengertian
Kata dayango dalam bahasa Indonesia
artinya menari. Seni ritual dayango artinya upacara pemujaan dalam
bentuk tari-tarian yang dilakukan diatas beling-beling tajam dan bara api yang
menyala. Ritual dayango berawal dari pemujaan ‘animisme’ yaitu memanggil
roh atau arwah leluhur untuk bangkit dari kubur.
2. Prosesi Upacara Ritual Dayango
1. Pelaksanaan
Pelaksana upacara ini diawali dengan adanya
kerabat keluarga pihak yang sakit baik itu orang tuanya, baik bibinya dan
pamannya beserta keluarga yang masih bertalian darah dengan si penderita sakit
memiliki keinginan untuk melaksanakan ritual ini. Pelaksana dayango
berkewajiban menyiapka alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam upacara.
Disamping itu pelaksana dayango berhak menunjuk waktu dan tempat
pelaksanaan upacara.
Pelaksana dayango menyatakan akan
bertanggung jawab terhadap akibat-akibat yang terjadi pada pelaksaanan ritual
ini. Peryataan itu diungkapakan secara lisan di depan aparat desa.
2. Penyiapan perizinan dan undangan
Seminggu sebelum pelaksanaan dayango, pelaksana
meminta izin secara lisan kepada aparat pemerintah berupa Kepala Desa (Taudaa),
Kepala Dusun (podu) maupun kepada Sekertaris Desa (Julutuli) dan
tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang dianggap berpengaruh.
Atas persetujuan aparat, pelaksana
menentukan tempat dan waktu pelaksanaan. Biasanya dayango diadakan di
lapangan, maupun halaman rumah baik siang atua malam hari. Hal yang
dipertimbangkan biasanya dalam hal kondisi pasien, biasanya kalau pasien sudah
parah keluarga akan meminta diadakan di halama rumah mereka.
3. Penyiapan Alat dan Bahan
Alat bahan yang digunakan biasanya disiapkan
oleh pelaksana dayango maupun penari dayango. Alat dan bahan yang
disediakan berupa, benda-benda tajam, linggis, parang, pecahan beling atau
bahan berupa bulewe pucuk pinang, daun.
1.
Prosesi Upacara
2.
Persiapan
Persiapan awal berupa menata alat dan bahan
yang akan digunakan seperti menempatkan beling dan bara api, menyiapkan
benda-benda tajam lainnya menduduki pasien atau dibaringkan dekat perapian.
2. Acara inti
Pemimpin dayango menyalakan dupa dan
mengucapkan mantra-mantra. Dengan menggunakan pucuk pinang sang dukun menyapu
sekujur tubuh pasien. Jika terdengar suara teriakan keras maka saat itulah
rebana akan mulai berbunyi sebagai panggilan sang pemimpin untuk menari
bersama.
Mendengar teriakan ini seluruh dukun bangkit
dan menari dengan gerakan–gerakan sebagai berikut :
·
Menggetarkan seluruh badan (posisi penari mengelilingi pasien)
·
Menggetarkan seluruh persendian tubuh (posisi penari tidak beraturan)
·
Gerakan melompat-lompat dengan ujung kaki (posisi penari tidak beraturan)
·
Para dukun kemudian memasuki arena bara api.
·
Sebagian dukun memamerkan kemahiran beramain dan berdemonstrasi dengan
benda-benda tajam diatas bara api tersebut.
·
Kurang lebih satu jam kemudian acara ditutup dengan serentak menghentikan
gerakan tari dan bacaan mantra dari dukun.
3. Penutup
Pada akhir prosesi ini penari mengerumuni
pasien dan dengan mengeluarkan tenaga(mana) yang mereka dapati dari
roh-roh dari dalam tubuh mereka dan menyalurkan kepada si pendertita sakit guna
untuk mengeluarkan sisa–sisa penyakit dari si pendertita sakit tersebut.
Tahukah
kalian Tradisi Modern Pada Mayarakat Gorontalo saat ini?
Ya, ada juga tradisi Tumbilotohe, tradisi Gorontalo ratusan tahun.
Tumbilotohe merupakan tradisi masyarakat daerah Gorontalo pada 3
malam terakhir bulan puasa ramadhan. Tradisi ini telah berlangsung selama
ratusan tahun sejak abad XV
Tumbilotohe sesuai dengan namanya "tumbilo(=pasang)" dan "tohe(=lampu)", yaitu acara menyalakan lampu. Lampu yg digunakan sekarang adalah lampu minyak (minyak tanah) yg umumnya terbuat dari botol atau kaleng bekas yg bagian tutupnya dipasangi sumbu. Sumbu yg dipakai adalah sumbu kompor (kompor minyak). Konon zaman dulu katanya pake damar, trus ganti jadi minyak kelapa, sekarang minyak tanah(menurut sejarah daerah).
Lampu2 ini di pasang berjejer di depan rumah, di pagar, maupun di pinggir jalan mirip jemuran. Jumlahnya pun beragam, tergantung luas halaman rumah & luas dompet pemilik rumah he..he..(uang buat beli minyak + lampunya). Kalo ada sponsor-nya jangankan halaman rumah, sawah pun dipasangi lampu. Anda bisa bayangkan kalo sawah satu hektar dipasangi lampu tiap 1 meter berarti ada 100 ribu lampu. Tapi anda akan melihat seakan2 ada 200ribu lampu karna ada 100 ribu bayangan lampu di permukaan air (sawah kan ada air-nya) .
Ada beragam versi mengenai latar belakang tradisi ini. Ada yg bilang menyambut malam lailatul qadar supaya orang kagak tidur, tapi beribadah. Ada yang bilang menyambut idul fitri, dan lain2. Apapun alasan-nya, kita pandang saja sebagai "budaya orang gorontalo".(soalnya kalo dikait-kaitkan dengan agama nanti jadi bid`ah)
Tradisi turun temurun ini menjadi ajang hiburan masyarakat setempat. Malam tumbilotohe benar-benar ramai, bisa di bilang festival paling ramai di gorontalo. Apalagi kalo diselenggarakan lomba antar kampung atau kecamatan, wah makin ramai tuh. Kalo ada foto udara, anda bisa menyaksikan gorontalo terang bercahaya.
Pengalaman pribadi, di rumah saya biasanya masang 150 buah lampu minyak. siang hari menyiapkan lampu-lampu, kalo ada yg rusak, di perbaiki, kalo nemu kaleng/botol bekas (biasanya kaleng sarden atau botol minuman suplemen) ya di bikin lampu supaya tambah banyak dan tambah rame. Biasa-nya nyokap marah2 kalo lampu-nya jadi banyak, soalnya biaya buat beli minyak tanah nanti membengkak ha..ha..ha.. Malam hari jalan-jalan sekitar kampung, kadang-kadang naik sepeda atau numpang mobil orang untuk ikut menyaksikan "ilumination" di kampung sebelah, bahkan sampe di kota. Benar-benar mengagumkan! Pulang-pulang biasanya bawa hadiah pakaian sedikit bernuansa hitam berkat asap lampu minyak, kalo anda mengupil (maaf kurang sopan) anda bisa menyaksikan hitam-nya lubang hidung anda polusi udara yg dimaafkan dan disukai)
Namun harga BBM yg mencekik membuat festival Tumbilotohe sekarang tidak se-ramai dulu. Beruntung sekali gua masih sempat merasakan "the real tumbilotohe". Menurut kabar dari harian kompas, hanya sekitar 30 persen warga yg melakoni tradisi tumbilotohe tahun ini. Kasihan ya melihat ini tapi mau gimana lagi, buat masak aja susah, apalagi harus masang lampu.
Tumbilotohe sesuai dengan namanya "tumbilo(=pasang)" dan "tohe(=lampu)", yaitu acara menyalakan lampu. Lampu yg digunakan sekarang adalah lampu minyak (minyak tanah) yg umumnya terbuat dari botol atau kaleng bekas yg bagian tutupnya dipasangi sumbu. Sumbu yg dipakai adalah sumbu kompor (kompor minyak). Konon zaman dulu katanya pake damar, trus ganti jadi minyak kelapa, sekarang minyak tanah(menurut sejarah daerah).
Lampu2 ini di pasang berjejer di depan rumah, di pagar, maupun di pinggir jalan mirip jemuran. Jumlahnya pun beragam, tergantung luas halaman rumah & luas dompet pemilik rumah he..he..(uang buat beli minyak + lampunya). Kalo ada sponsor-nya jangankan halaman rumah, sawah pun dipasangi lampu. Anda bisa bayangkan kalo sawah satu hektar dipasangi lampu tiap 1 meter berarti ada 100 ribu lampu. Tapi anda akan melihat seakan2 ada 200ribu lampu karna ada 100 ribu bayangan lampu di permukaan air (sawah kan ada air-nya) .
Ada beragam versi mengenai latar belakang tradisi ini. Ada yg bilang menyambut malam lailatul qadar supaya orang kagak tidur, tapi beribadah. Ada yang bilang menyambut idul fitri, dan lain2. Apapun alasan-nya, kita pandang saja sebagai "budaya orang gorontalo".(soalnya kalo dikait-kaitkan dengan agama nanti jadi bid`ah)
Tradisi turun temurun ini menjadi ajang hiburan masyarakat setempat. Malam tumbilotohe benar-benar ramai, bisa di bilang festival paling ramai di gorontalo. Apalagi kalo diselenggarakan lomba antar kampung atau kecamatan, wah makin ramai tuh. Kalo ada foto udara, anda bisa menyaksikan gorontalo terang bercahaya.
Pengalaman pribadi, di rumah saya biasanya masang 150 buah lampu minyak. siang hari menyiapkan lampu-lampu, kalo ada yg rusak, di perbaiki, kalo nemu kaleng/botol bekas (biasanya kaleng sarden atau botol minuman suplemen) ya di bikin lampu supaya tambah banyak dan tambah rame. Biasa-nya nyokap marah2 kalo lampu-nya jadi banyak, soalnya biaya buat beli minyak tanah nanti membengkak ha..ha..ha.. Malam hari jalan-jalan sekitar kampung, kadang-kadang naik sepeda atau numpang mobil orang untuk ikut menyaksikan "ilumination" di kampung sebelah, bahkan sampe di kota. Benar-benar mengagumkan! Pulang-pulang biasanya bawa hadiah pakaian sedikit bernuansa hitam berkat asap lampu minyak, kalo anda mengupil (maaf kurang sopan) anda bisa menyaksikan hitam-nya lubang hidung anda polusi udara yg dimaafkan dan disukai)
Namun harga BBM yg mencekik membuat festival Tumbilotohe sekarang tidak se-ramai dulu. Beruntung sekali gua masih sempat merasakan "the real tumbilotohe". Menurut kabar dari harian kompas, hanya sekitar 30 persen warga yg melakoni tradisi tumbilotohe tahun ini. Kasihan ya melihat ini tapi mau gimana lagi, buat masak aja susah, apalagi harus masang lampu.
Pelestarian Tradisi Pada
Era Globalisasi
Banyak
hal dapat dilakukan sebagai apresiasi dari rasa cinta pada budaya, khususnya
kebudayaan daerah. Berbagai aktifitas dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah
mulai muncul dari berbagai kalangan seiring timbulnya kesadaran bahwa bila
bukan kita yang melakukan upaya pelestarian budaya, maka tak dapat dihindari
lama-kelamaan budaya adiluhung dari bangsa kita akan semakin tergeser dan
terpinggirkan oleh budaya asing yang datang bertubi-tubi.
Munculnya kesadaran terhadap upaya pelestarian budaya diberbagai kalangan ini memang perlu disyukuri, sebab bukan saja orang-orang tua yang melakukan kegiatan-kegiatan sebagai upaya pelestarian budaya di kalangan masyarakat tetapi berbagai instansi dan bahkan di kalangan pemuda, mahasiswa, dan anak-anak mulai ditanamkan kecintaan terhadap budaya daerah yang pada akhirnya akan menimbulkan kesadaran terhadap upaya pelestarian kebudayaan daerah.
Munculnya kesadaran terhadap upaya pelestarian budaya diberbagai kalangan ini memang perlu disyukuri, sebab bukan saja orang-orang tua yang melakukan kegiatan-kegiatan sebagai upaya pelestarian budaya di kalangan masyarakat tetapi berbagai instansi dan bahkan di kalangan pemuda, mahasiswa, dan anak-anak mulai ditanamkan kecintaan terhadap budaya daerah yang pada akhirnya akan menimbulkan kesadaran terhadap upaya pelestarian kebudayaan daerah.
Berbagai
kegiatan diberbagai instansi dan kalangan masyarakat dalam upaya pelestarian
kebudayaan seperti Seminar Budaya, Pentas Budaya, Pekan Budaya telah banyak
dijumpai dalam berbagai moment seperti peringatan Hari Jadi sebuah kota atau
suatu instansi. Semangat ini perlu terus dijaga dan dikembangkan bukan saja
sebagai upaya membendung pengaruh negatif dari budaya asing yang tidak lagi
dapat dihindari di zaman globalisasi modern ini, tetapi sebagai upaya
kaderisasi di kalangan pemuda untuk lebih mengenal dan mencintai budaya
sendiri.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapustopik yang ckup menarik tentang kebudayaan gorontalo yang unik ....
BalasHapussemoga blog ini bisa menambah wawasan buat pembaca dunia mayaa yaa...
dan kreatifitas nya gak smpai dsini ajahh,,
dan tambah wawasan lagi tentang kebudayaan indonesia laiannya ...
ditunggu ... :D
OK. cukup menari jga, dalam pembahasan gorontalo tersebut.
BalasHapuskemudian tingkatkan kreatifitas anda dalam membuat sebuah blog tersebut, supaya si pembaca jga bisa menambah wawasannya dan nyaman dengan hasil pembuatan blog anda tersebut.
trimakasih. ^_^.
ohh yaa, maksud dari nyaman ituh , menarik yoo.
mohon di mengerti , hehe