NAMA :
PUGO SURYA ADHITAMA
NIM : 4423107050
KEBERADAAN FOLKLORE DAN FUNGSI FOLKLORE BAGI PARA
GUIDE
Folklor sering diidentikkan dengan
tradisi dan kesenian yang berkembang pada zaman sejarah dan telah menyatu dalam
kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia setiap daerah, kelompok,
etnis, suku, bangsa, golongan agama masing-masing telah mengembangkan
folklornya sendiri-sendiri sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam folklore. Folklor ialah kebudayaan manusia yang
diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat .Dapat
juga diartikan Folklor adalah adat-istiadat
tradisonal dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, dan tidak
dibukukan merupakan kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan turun
menurun. Folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan
kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya.
Ciri-ciri pengenal itu antara lain : berupa warna kulit, bentuk rambut, mata
pencaharian, bahasa, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun, yang lebih
penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu kebudayaan
yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang
telah mereka akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang paling penting adalah
bahwa mereka memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore merupakan tradisi
dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui
suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
Dengan demikian, pengertian folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan
dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
Agar dapat membedakan antara folklore
dengan kebudayaan lainnya, harus diketahui ciri-ciri utama folklore. Folklore
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Penyebaran
dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari
mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Bersifat
tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk
standar. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda, hal ini disebabkan
penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan
tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan. Bersifat anonim, artinya pembuatnya
sudah tidak diketahui lagi orangnya. Biasanya mempunyai bentuk berpola.
Kata-kata pembukanya misalnya Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya
cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing
dina (pada suatu hari). Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita
rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial,
dan cerminan keinginan terpendam. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika
sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi
folklor lisan dan sebagian lisan. Menjadi milik bersama (colective) dari
masyarakat tertentu. Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali
kelihatannya kasar atau terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor
merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.
Jenis
folklore ada 3 antara lain folklore lisan, folklore sebagian lisan, folklore
bukan lisan. Folklor lisan meliputi sebagai berikut: bahasa rakyat
seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis, ungkapan
tradisional seperti peribahasa dan sindiran, pertanyaan tradisonal yang dikenal
sebagai teka-teki, sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair, cerita
prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar,
yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin
Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari
Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali, nyanyian rakyat, seperti
Jali-Jali dari Betawi. Folklore sebagian lisan meliputi
sebagai berikut: kepercayaan dan takhayul, permainan
dan hiburan rakyat setempat, teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan
ludruk, tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing,
ronggeng, adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan upacara
tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten, pesta rakyat
tradisional seperti bersih desa dan meruwat.
Folklore bukan lisan meliputi sebagai berikut: arsitektur bangunan rumah yang tradisional,
seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan,
dan Honay di Papua, seni kerajinan tangan tradisional, pakaian tradisional,
obat-obatan rakyat, alat-alat musik tradisional, peralatan dan senjata yang
khas tradisional, makanan dan minuman khas daerah. Fungsi Folklor meliputi sebagai berikut:
Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu
kolektif, sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga
kebudayaan, sebagai alat pendidik anak, sebagai alat pemaksa dan pengawas agar
norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Indonesia sungguh
mengagumkan sekali karena kekayaan sejarah, budaya dan keseniannya. Nusantara
dengan keelokannya menyimpan misteri yang masih belum terungkap seluruhnya, salah
satunya adalah keberadaan folklor yang terdapat di daerah, yang belum sempat
ditulis di lembaran kertas (pendokumentasian). Manfaat yang diperoleh selain
sebagai dokumen juga dapat dijadikan bacaan kaum muda. Di setiap daerah
tentunya mempunyai ciri khas tersendiri sehingga antara satu daerah dengan
daerah lain berbeda jadi betapa
pentingnya folklore untuk pengetahuan generasi muda sekarang, agar mereka
memahami identitas dearahnya. Folklore
merupakan salah satu warisan kebudayaan secara turun-temurun serta folklore
juga merupakan identitas daerah. Keberadaan folklore masih bisa ditemui sampai
sekarang. Bisa dikata folklor
adalah cerita rakyat yang masih dipercayai oleh masyarakat sehingga apa saja
yang ada di daerah terutama yang terkait mengenai cerita rakyat, cerita
keberadaan asal mula nama desa, dapat menjadi sesuatu yang berarti (folklor).
Berbagai macam tradisi, cerita rakyat dan budaya masyarakat merupakan khasanah
folklor yang harus terdokumentasikan. Generasi muda sekarang ini jarang yang
mengetahui cerita asal usul nama desa bahkan cerita rakyat yang ada di tempat
tinggalnya. Memang sungguh disayangkan kalau pewaris budaya tidak mengetahui
asal usul nama desa atau daerahnya.
Pentingnya
folklore bagi guide yakni menjadi salah satu informasi bagi para pemandu dan
pengetahuan yang baru tersebut akan diberikan kepada para wisatawan. Secara
tidak langsung guide telah mempromosikan pariwsiata di Indonesia melalui
folklore-folklore yang beraneka ragam. Karena hanya seorang guide yang dapat
memberikan informasi secara langsung kepada wisatawan maka dari itu pengetahuan
tentang folklore-folklore yang ada di
Indonesia seharusnya telah di kuasai terlebih dahulu bagi para pemandu atau
guide sebelum membawa wisatawan dimana akan memberikan suatu pengetahuan maupun
pengalaman yang baru dan belum pernah didapatkan bagi para wisatawan.
http://kiaibudaya.blogspot.com/2011/02/folklor-sebagai-simbol-identitas.html
http://serbasejarah.blogspot.com/2012/01/pembagian-dan-jenis-jenis-folklor.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Folklore
http://indonesianfolklore.blogspot.com/
http://sepasangkata.wordpress.com/2012/03/14/folklore-lisan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar