Indri Yanti
4423107038
Kampung naga adalah sebuah perkampungan
tradisional yang telah banyak dikenal sebagai tempat wisata budaya. Disebut perkampungan
tradisional, karena kampung ini masih sangat memegang teguh kepercayaan dan
adat istiadat leluhur mereka. Kampung ini dihuni oleh masyarakat yang telah
terbuka menerima orang lainyang datang ke kampung ini, dengan adat sunda yang
begitu kental, mereka menyambut wisatawan yang ingin belajar tentang budaya
mereka dengan tangan terbuka dan ramah.
Lokasi kampung indah ini tidak begitu jauh,
karena terletak tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dan
kota Tasikmalaya. Kampung ini terletak di Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya,
Kecamatan Salawu, Desa Neglasari. Untuk mencapai kampung naga ini kita harus
menuruni sekitar 339 anak tangga, dengan tingkat medan jalan yang miring cukup
curam, setelah itu menyusuri jalan di pinggir sungai ciwulan.
Rumah penduduk di kampung naga ini semua
terlihat sama. Dengan bentuk rumah panggung yang dibawahnya batu, dinding
bilik, tiang kayu, cat putih kapur, beratap ijuk, juga rumah disini harus
saling berhadapan. Hal ini diwajibkan untuk mencegah rasa kesenjangan sosial
sesama masyarakat kampung naga. Mereka menggunakan bahasa sunda dalam interaksi
sesama, namun kini mereka juga bisa berbahasa indonesia.
Masyarakat kampung naga semuanya beragama
islam, mereka menjalankan ibadahnya sama dengan umat islam lainnya, seperti
shalat lima waktu (subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya). Ada juga pengajian
untuk anak-anak yang dilakukan dua kali dalam seminggu. Selain itu anak-anak
kampung naga juga telah mendapatkan pendidikan dasar walau harus naik ke atas
untuk menuntut ilmu. Selain pemukiman, kampung ini juga mempunyai kolam,
penangkaran, sawah, masjid, rumah pertemuan, rumah agung (yang tidak boleh
ditempati oleh siapa pun), juga tempat-tempat yang dikramatkan oleh mereka.
Mata pencaharian penduduk kampung naga ini,
umumnya bercocok taman. Selain itu kini banyak jualan kerajianan di kampung
naga, yang dibuat oleh masyarakat kampung naga itu sendiri.
Selama saya dikampung ini, saya berkesempatan
untuk menginap di rumah bu asih. Bu asih mempunyai dua anak, namun anak pertama
telah menikah dan tidak tinggal menetap di kampung ini karena terbatasnya lahan
di kampung naga ini sehingga tidak bisa membangun rumah baru untuk anaknya yang
baru menikah.
Keramahan yang diperlihatkan ketika kami
sampai di rumah bu asih, beliau mempersilahkan kami untuk beristirahat. Setelah
ngobrol sebentar dengan bu asih saya bersiap untuk membersihkan diri.
Ada beberapa kamar mandi di kampung ini, namun
bukan milik perorangan, yaitu milik satu kampung. Kamar mandi ini terbuat dari
bambu diatas kolam ikan, dan air dari gunung. Memang ada beberapa kamar mandi
yang beratapkan ijuk, namun tinggi dari dinding kamar mandi semua hanya sebatas
dada saja, tidak bisa menutupi seluruh tubuh, jadi jika mandi harus dengan
posisi jongkok. Mereka saling berbagi untuk kebutuhan bersama seperti kamar
mandi ini. Kamar mandi ini digunakan untuk mencuci, mandi, juga berwudhu
masyarakat disini.
Setelah membersihkan diri kami langsung kembali
kerumah bu asih. ternyata makanan telah siap untuk kami santap. Makanan di
kampung naga ini tidaj terlalu berbeda dengan makanan sunda lainnya, yang
begitu enak dan sehat. Setelah makan kami langsung menuju rumah pertemuan untuk
berbincang dengan pemangku adat di kampung naga ini.
Pagi harinya kami siap berkeliling bersama
guide untuk mengenal kampung naga yang lebih jelas lagi. Kami memulainya dari
depan rumah pertemuan, kampung naga ternyata juga mempunyai alat musik
tradisional yang bernama terebang gembrung.
Semua hal masih dilakukan secara tradisional
disini, misalnya saat panen padi, mereka akan menumbuk padi tersebut hingga
runtuh dari batangnya, lalu di tumbuk lagi hingga semua kulitnya terkelupas. Mereka
akan menumbuk padi dengan alat yang masih tradisional juga berat selama 1
sampai 2 jam.
Disamping tempat penumbukan padi ada kolan yag
berisikan ikan yang begitu banyak, kata guide yang memberi informasi saat itu,
ikan-ikan ini akan di ambil saat penduduk membutuhkannya, contohnya untuk makanan
pesta pernikahan. Jika semua kebutuhan penduduk terpenuhi dan masih ada sisa
panen ikan ini, baru bisa dijual keluar kampung naga ini. Itulah salah satu
contoh yang menunjukan bahwa mereka benar-benar saling berbagi antara
sesamanya. Kolam ikan ini juga bisa di buat terapi ikan loh ..karna ikan-ikan
akan menggigiti kaki yang kotor saat masuk kedalam kolam tersebut.
Disini juga ada batu yang konon katanya dulu
digunakan untuk shalat leluhur mereka, tempat-tempat yang di keramatkan oleh
mereka akan di pagar sehingga tidak ada orang yang merusaknya.
Disebrang sungai ciwulan adalah sebuah hutan
terlarang, jadi siapa pun tidak boleh masuk atau mengambil sekecil kayu apapun
walau sudah tua. Bahkan warga kampung naga sendiri tidak berani untuk masuk
atau mengambil hasil hutan tersebut. Warga kampung naga juga tidak ada yang
membuang sampah kesungai karena untuk menghormati air itu sendiri dan merusak
lingkungan. Mereka akan mengumpulkan sampah mereka pada sebuah tempat sampah,
yang ternyata menghasilkan pupuk kompos
untuk tamanan mereka.
Selain bercocok taman juga memelihara ikan,
warga kampung naga juga memelihara kambing, namun kambing ini tidak dilepas
karena akan merusak tamanan. Kambing ini akan di keluarkan jika di butuhkan
atau sedang idul adha.
Cahaya dikampung naga ini dari lampu templok
atau petromak. Tidak ada listrik di kampung naga ini, karna menurut pemangku
adat, jika ada listrik maka menjadi bahaya jika adanya arus pendek yang
memungkinkan terjadinya kebakaran karena bahan rumah yang mudah terbakar. Selain
itu jika adanya listrik maka akan ada kesenjangan sosial, karena akan ada warga
yang mampu membeli barang elektronik lainnya namun warga lainnya tidak bisa
membeli.
Walau demikian, kini warga kampung naga
diperbolehkan untuk mempunyai TV atau radio yang bisa dinyalakan menggunakan
aki. Namun karna harga aki yang mahal, meski ada TV dan radio mereka tidak bisa
menonton atau mendengar radio setiap hari.
Sekilas tentang kampung naga yang menyimpan
banyak cerita disetiap jejaknya. Sayang jika hanya bisa mendengar atau
mengetahui sedikit tentang kampung cantik ini. Karena kampung naga ini kampung
yang patut untuk dikunjungi, sebagai kampung yang selalu membawa cerita setiap
pendatangnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar