Minggu, 25 Desember 2011

Kampung Naga 'Kekayaan Budaya Indonesia'


Nama: Edwina Yustitya
No.Reg: 4423107030

Beberapa minggu yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi Kampung Naga. Kampung Naga ini terletak di desa Neglasari, Tasikmalaya. Kampung Naga merupakan salah satu desa tradisional yang masih bertahan di Indonesia di tengah gempuran arus globalisasi.

anak tangga Kp.Naga

 
Saya dan rombongan tiba saat petang, walaupun badan sudah terasa lelah kami masih harus menuruni lebih dari 350 anak tangga untuk mencapa Kampung Naga. Pada kesempatan ini saya dan empat teman saya menginap di rumah bu.Enih salah satu warga Kampung Naga. Rumah Bu.Enih dan warga Kampung Naga lainnya terbuat dari kayu dan tidak menggunakan listrik. Alasannya, karena rumah mereka terbuat dari kayu dan lebih beresiko untuk terbakar karena aliran arus listrik, selain itu juga agar terhindar dari kesenjangan sosial antara warga. Jadi untuk penerangan warga menggunakan lampu petromaks .

Malam harinya saya dan teman-teman tidur di tempat yang sudah disiapkan. Bu Enih memberi tahu kami agar tidur dengan kepala di arah barat dan kaki di lonjorkan kearah timur. Pantang bagi mereka untuk mengarahkan kaki kearah barat, selain arah barat merupakan arah kiblat, arah barat juga dipercaya sebagai letak makam leluhur mereka.

Selain itu, saat malam hari setiap pergantian jam juga di tandai dengan bunyi kentongan. Bunyi kentongan, jumlahnya akan sama dengan keadaan jam pada saat itu. Misalnya jika waktu menunjukan pukul 11 malam, maka warga yang saat itu sedang bertugas ronda akan memukul kentongan sebanyak 11 kali. Hal ini sangat unik mengingat sudah jarang hal seperti ini dilakukan di perkotaan.

Keesokan harinya, saya dan rombongan di ajak berkeliling Kampung Naga oleh pemandu lokal. Seluruh pemandu yang ada di Kampung Naga merupakan warga asli dari Kampung Naga. Keberadaan wisatawan menciptakan lapangan kerja baru bagi warga lokal yaitu sebagai pemandu dan pengrajin anyaman yang dijadikan souvenir khas dari Kampung Naga. Sedangkan mata pencaharian utama  warga Kampung Naga adalah berkebun, mengolah sawah dan juga berternak ikan.  Warga di sana memiliki kebun sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup merekea sehari-hari,  selain itu warga juga memiliki kolam ikan bersama yang dapat dimanfaatkan sehingga mereka tidak harus keluar kampung untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
hasil panen
kolam ikan
hasil kerajinan

Untuk agama dan kepercayaan seluruh warga Kampung Naga mengaku menganut agama islam. Tetapi karena mereka masih memegang kuat tradisi leluhur, maka agama Islam di sana bercampur dengan adat istiadat dan tradisi yang diturunkan leluhur mereka. Banyak panntangan yang harus mereka taati dan tidak boleh dilanggar karena dengan menaati pantangan tersebut maka di anggap sebagai bentuk dari penghormatan warga Kampung Naga pada leluhurnya.

Yang paling membuat saya terkesan saat di Kampung Naga adalah keadaan fasilitas MCK. Untuk mandi, mencuci dan bersih-bersih mereka hanya menggunakan bilik-bilik bambu yang di bangun langsung di atas kolam-kolam ikan. Seluruh hasil pembuangan saaat kita melakukam kegiatan MCK langsung dialirkan ke kolam. Ini hal yang baru bagi saya, baru kali ini saya merasakn mandi di balik bilik terbuka yang hanya memiliki dinding penutup setinggi pinggang . Pengalaman yang unik saat saya harus berjongkok saat mandi dan cemas melihat ke sekeliling, bila saja ada yang datang dan masuk tiba-tiba.

                    fasilitas MCK                   

Saya dan rombongan merasa beruntung dapat bermalam ke Kampung Naga mengingat tidak sembarang orang dapat menginap di sana dan mendapat pengalaman yang sangat unik serta langka. Rasanya  masih ingin tinggal di sana dan merasakan suasana yang nyaman dan sangat kekeluargaan dengan masyarakat disana yang sungguh ramah     
                                             



Tidak ada komentar:

Posting Komentar