Selasa, 20 Desember 2011

Kampung Naga Yang Tak Punya Naga

NAMA : YULI HADI
NO REG : 4423107053


KAMPUNG NAGA YANG TAK PUNYA NAGA

Wisata minat khusus merupakan wisata yang tidak memerlukan fasilitas mahal dan pengembangan infrastruktur dalam skala besar. Oleh karena itu, wisata minat khusus adalah wisata yang memberi pengalaman baru, perjalanan ke pedalaman untuk bertemu masyarakat terasing atau wisata sosial, wisata pendidikan, berwisata yang berbasis alam atau wisata yang bertujuan untuk pelestarian.

Kampung naga termasuk dalam wisata minat khusus karena di kampung naga sendiri masih memegang teguh adat istiadat mereka. Kampung Naga yang terletak di di Kampung Nagaratengah, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Berlokasi kurang lebih 40 km atau 1 jam perjalanan (darat)  dari Kota Tasikmalaya ke arah Barat menuju Kabupaten Garut. Kampung Naga merupakan kampung budaya yang menjadi salah satu potensi wisata Kabupaten Tasikmalaya selain potensi wisata lainnya. Jangan pernah berfikir jika kita ke kampung naga akan menemukan naga, nama Kampung Naga sendiri diambil dari nama Kampung Nagaratengah yang di singkat menjadi kampung Naga.

Mencapai Perkampungan Kampung Naga diawali dari kawasan parkir seputar Kampung Naga lalu menuju jalan setapak yang cukup curam (menurun) berupa anak-anak tangga ( kurang lebih 339 anak tangga atau  sekitar 500 meter).  Pada seratus anak tangga pertama, kita akan melihat beberapa bangunan permanen dan non permanen rumah masyarakat luar  Kampung Naga  dan beberapa kios yang menjual souvenir  Kampung Naga  atau  khas Tasikmalaya  dan  pemandangan pepohonan yang . Beberapa anak tangga  berikutnya kita akan melihat dan  menikmati pemandangan alam berupa sawah-sawah dengan aliran-aliran airnya, sedangkan pada seratus anak tangga terakhir, kita dapat melihat beberapa atap  rumah adat  ciri  khas masyarakat Kampung Naga  yang seluruhnya  berwarna hitam (berasal dari ijuk), aliran  dan suara  Sungai Ciwulan yang deras, petak-petak sawah, dan bukit Gunung Cikuray (lokasi  Kampung Naga  berada di lembah Cikuray) yang rindang oleh tumbuhan dan pepohonan.

Penduduk kampung naga merupakan orang yang ramah dan terbuka dengan masyarakat luar. Warga kampung naga 100% adalah orang muslim, mereka menjalani sholat seperti yang tercantum dalam Al-Quran sesuai dengan syariat yang ada. Masyarakat kampung naga juga masih melakukan beberapa upacara adat leluhur yang dilakukan beberapa kali dalam setahun.

 Kehidupan penduduk kampung naga sendiri sangatlah tentram tidak ada kecemburuan sosial antara warga karena mereka memegang teguh adat leluhur yang membuat mereka hidup dengan damai dalam kesederhanaan. Penduduk kampung naga rata-rata bekerja sebagai petani dan kadang di sela-sela mereka panen mereka juga berkebun. Masyarakat kampung naga juga masih menumbuk padinya sendiri ketika panen dan beras yang mereka hasilkan untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka juga menanam sayuran dan beberapa hasil kebun lain dengan pupuk yang mereka hasilkan sendiri ( pupuk organik ). Jika kita berada di kampung naga, kita akan melihat banyak terdapat kolam ikan yang berisi ikan mas, ikan nila dsb, kolam tersebut merupakan milik warga setempat. Ada salah satu kolam yang dinamakan kolam umum, kolam yang berisiskan ikan-ikan besar yang digunakan sebagai lauk jika ada pekerjaan umum ataupun pekerjaan yang menyangkut sarana umum. kita juga dapat memberi makan ikan-ikan tersebut dengan membayar umpan ikan sebesar Rp 1000. Sebagian penduduk kampung naga juga ada yang membuat kerajinan seperti tas, topi serta anyaman lainnya yang dijual sebagai oleh-oleh khas kampung naga. Sewaktu saya berputar-putar kampung naga bersama guide lokal saya juga melihat ada ibu-ibu yang sedang membuat semacam dendeng ikan yang ikannya mereka ambil langsung dari kolam.



Kampung Naga memiliki 113 bangunan yang terdiri dari rumah penduduk, rumah kuncen, balai pertemuan, masjid dan beberapa tempat keramat lainnya. Jumlah bangunan tersebut tidak boleh bertambah karena menurut masyarakat kampung naga sendiri jika mereka menambah bangunan yang ada mereka akan merusak hutan dan keseimbangan alam akan terganggu karena lahan yang terbatas.  Bentuk bangunan di kampung naga sendiri masih sangat sederhana, dengan bilik bambu dan beratapkan anyaman ijuk dengan cat yang menggunakan kapur, semuanya masih tradisional sekali. Lokasi sekitar  Kampung Naga  yang lembab (karena berada di sisi sungai dan lembah) menyebabkan kelembaban yang cukup tinggi sehingga bangunan yang mereka bangun dibuat dengan model panggung yang tingginya sekitar  50 cm dari tanah. Bentuk rumah ini juga berguna dalam menahan getaran gempa karena lebih fleksibel dan pondasi  yang kuat untuk menahan getaran karena berasal dari batu kali.

Kampung naga juga memiliki hutan keramat dan hutan terlarang. Hutan larangan berada di  sisi  arah timur  Kampung Naga  atau seberang Sungai Ciwulan, sedangkan hutan keramat berada sisi barat Kampung Naga di Bukit Cikuray. Hutan keramat hanya boleh di masuki oleh kuncen ( ketua adat ) dan sesepuh kampung adat, sedangkan hutan terlarang tidak ada yang boleh memasukinya.  Salah seorang guide lokal yang bernama Kang No mengatakan jika ada pohon bahkan ranting yang jatuh sekali pun di hutan terlarang penduduk tidak akan ada yang berani mengambilnya. Mereka mengenal yang namanya pamali, jika suatu hal dikatakan pamali mereka sudah tidak berani melanggarnya dengan begitu mereka tetap memegang teguh hukum adat mereka sekaligus menjaga kelestarian hutan mereka. Ia juga mengatakan, meskipun mereka tinggal di dekat sungai mereka tidak pernah takut kebanjiran karena mereka telah menjaga kelestarian hutan mereka.

Tidak  ada biaya  resmi  untuk kunjungan  wisatawan  ke Kampung  Naga tetapi terdapat biaya  sukarela bagi wisatawan atau pengunjung untuk memberikan dana sumbangan. Kerja  sama yang terjadi dengan  wisatawan  dan  pemda (melalui  Dinas Pariwisata)  adalah dengan  memfasilitasikan waktu dan tempat termasuk akomodasi dengan Kuncen Kampung Naga untuk kunjungan studi (penelitian budaya) ataupun  kunjungan wisata.

 Kampung naga merupakan kampung budaya yang masih menjaga adat leluhurnya. Oleh karena itu, kampung naga tidak memiliki listrik walaupun pemerintah ingin memberikan listrik tersebut secara Cuma-cuma tetapi mereka menolaknya. Ada beberapa alasan mereka menolak hal tersebut, yaitu karena arsitektur rumah mereka yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar mereka takut terjadi kebakaran karena arus pendek listrik, mereka juga takut dengan adanya listrik yang masuk ke kampung naga akan terjadi kecemburuan sosial. Kecemburuan sosial akan timbul sejalan dengan setiap individu yang ingin memiliki alat-alat elektronik seperti kulkas, televisi, dvd dsb. Selain itu juga untuk menjaga kelestarian lingkungan agar kehidupan modern tidak mengubah kebiasaan kebudayaan mereka secara turun temurun serta menjaga kesetaraan antara masyarakat kampung naga dan menghindarkan kecemburuan sosial. Tanpa kehadiran listrik pun dipermukiman,  mereka  tetap  dapat melakukan seluruh aktivitas sehari-harinya.

Di kampung naga sendiri sebenarnya sudah ada televisi dan radio yang dapat dinyalakan dengan menggunakan aki. Televisi mereka juga masih berwarna hitam putih dan mereka menggunakan televisi tersebut hanya untuk menonton berita saja. Penduduk kampung naga juga mengikuti pemilu seperti penduduk lainnya tetapi mereka tidak dapat menerima jika ada yang ingin melakukan kampanye di kampung mereka, karena dengan melakukan hal tersebut dapat mengganggu ketentraman kampung mereka.

2 komentar:

  1. rencana pengen neliti di kampung naga,, gimana y cara bisa masuk ke sana ?

    BalasHapus
  2. untuk kebiasaan makan masyarakat kampung naga , bagaimana ?

    BalasHapus