Kampung Naga
Ini adalah
Observasi Daerah Tujuan Wisata Jawa Barat yang pertama kalinya untuk Pariwisata
UNJ angkatan 2010 dan 2011. Objek wisata yang pertama kami kunjungi ialah
“kampung naga”. Kampung unik ini berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan
Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.Lokasi
Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota
Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di
sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan
tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan
dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi
oleh Ci Wulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut.
Untuk
mencapai kampung naga harus melewati 401 tangga, tapi saat dibuktikan lebih
dari 401 tangga dan semua hasilnya berbeda-beda.
Suatu kehormatan bagi kami mendapat kesempatan menginap semalam di Kampung
Naga. Sungguh beruntung kami dapat belajar dari mereka walaupun hanya sebentar.
Di sana udaranya sejuk, pemandangan alamnya yg menawan, dan budaya
masyarakat adat yang khas terasa begitu mempesona. Harmoni dengan alam dan
kepatuhan terhadap adat istiadat membuat kampung ini tetap bertahan di tengah
arus modernisasi yg begitu kuat mendera mereka. Di balai desa kami berdialog dengan kuncen
(pemangku adat) dan jajarannya. Menurut kepercayaan
masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat-istiadat warisan nenek moyang
berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Bumi ageung dan masjid merupakan tempat yang dipandang
suci bagi masyarakat Kampung Naga. Penduduk kampung naga memeluk agama Islam. Pak Ateng yang
memberikan informasi tentang kampung naga, sayangnya saat kami datang kesana itu
hari selasa jadi tidak semua info dapat kami peroleh. Setiap pintu depan rumah
warga ada tolak bala. Terdapat 113 bangunan rumah,314 warga, dan 108 kepala
keluarga.
Bentuk
rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu.
Atap rumah harus dari eurih, tepus,
dan ijuk, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau
papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah utara atau ke sebelah selatan
dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman
bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau
dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok, walaupun mampu membuat
rumah tembok atau gedong.
Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan. Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rejeki yang masuk kedalam rumah melalui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus.
Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan. Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rejeki yang masuk kedalam rumah melalui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus.
alat-alat dapurnya
pun masih menggunakan alat tradisional seperti ayakan, boboku (tempat nasi),
asepan (untuk masak nasi), cempeh, seeng
(panci)
Nah yang ini adalah salah satu alat music yang ada di Kampung
naga ada Tarebang (sejenis rebana),
Mang No sedang
mempraktekkan cara memainkan alat music
“sejak” ini ditiup dan di pukul. Ada juga angklung (tapi
gada gambarnya.hehe)
Kampung naga
tidak ada listrik padahal Pemerintah ingin memberikan listrik secara gratis
namun masyarakat menolaknya, karena akan terjadi kecemburuan sosial dan arsitektur rumah mereka terbuat dari
bahan yang mudah terbakar dan mereka takut terjadi kebakaran karena arus pendek
listrik. Hanya beberapa masyarakat yang memiliki handphone, radio, televisi berwarna hitam putih yang hanya digunakan
untuk menonton berita (gak suka nonton sinetron). Mereka juga menolak adanya
kampenye,cuma ikut pilkada saja.
Masyarakat mendapat
bantuan dari luar seperti fasilitas jalan, dan untuk menambah penghasilan
mereka juga menjual hasil kerajinan tangan. Adat istiadat masyarakat disana
dalam berpakaiana khususnya perempuan harus menggunakan rok atau sarung.
Katanya kalau pakai
celana itu untuk laki-laki :D
Pemerintah
menyediakan subsidi gratis minyak tanah untuk masyarakat dan Departemen Agama
juga mengirimkan guru ngaji. Pengajaran mengaji bagi anak-anak di Kampung Naga
dilaksanakan pada hari senin-jumat. Kegiatan anak-anak kampung naga setelah pulang
sekolah ada yang membantu orang tua berkerja di sawah, kalau yang malas
biasanya main .
pokoknya seneng
bisa berkunjung ke Kampung naga, keindahan alammnya, keramah-tamahan masyarakatnya dan yang selalu mengingatkan saya akan
kata “Jangan rusak muka bumi”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar