Jumat, 30 Desember 2011

Sedikit cerita di lembah subur

Annas.Suryotoro
4423107032

Kampung naga adalah salah satu Kampung adat, yang ada dijawa barat dan masih tetap melestarikan kebudayaan adat leluhurnya. Kampung naga sendiri terletak didesa negalasari kecamatan salawu kabupaten tasikmalaya yang tepatnya berada di antara jalan raya yang menghubungkan daerah Garut dengan tasikmalaya yang berada tepat di sebuah lembah subur dan dilalui oleh sebuah sungai ciwulan  yang bermata air digunung cikuray Garut.
 Luas kampung naga sekitar 1.5 hektar dan tidak bisa diperluas dikarenakan leluhur dikampung naga tidak memberikan ijin kepada masyarakat naga sendiri Supaya bisa menjaga kelestarian alamnya. terdapat 113 bangunan bale dan masjid,. 413 dari 118 kepala rumah tangga, mata pencarian masyarakat kampong naga sendiri meliputi pedagang, petani dan peternak di dalam masa panen kampong naga 2x dalam setahun.
Di dalam memelihara ternak dan tanam sebenarnya itu semua dijadikan konsumsi sehari-sehari dan untuk kebutuhan upacara. Di kampung naga sendiri juga terdapat : beberapa lembaga yaitu pemerintah dalam pengaturan pendataan dan adminitrasi dan kuncen (sebagai pemangku adat dan keperluan upacara) masyarakat kampong naga sendiri menganut agama islam dan tidak mengikuti organisasi agama-agama yang ada.
Masyarakat kampong naga sangat menjaga kelestarian alam misal, dikampung naga terdapat hutan larangan yang tidak boleh ditebang secara sembarangan karena untuk menjaga kelestarian alam dan menghalau angin … sebagai gantinya ada penanaman sendiri untuk dipersiapkan sebagai tanah garapan dan bisa ditebang menurut keperluan masyarakat kampong naga, untuk tempat pemakaman kampong naga terletak di pinggiran sungai tetapi kalau leluhur kampong naga terdapat diatas kampong naga sehingga memudahkan untuk upacara adat.
Kampong naga sendiri adalah kampong yang bisa menjaga adat dan budaya yang ada di Indonesia menurut saya masyarakat kampong naga bukanlah kampong yang terbelakang atau tertinggal  melainkan kampong yang dapat melestarikan alamnya dan bersahabat dengan alam, untuk masyarakat kampong naga sendiri adalah masyarakat yang mematuhi peraturan adat dan peraturan adat itu sendiri bukan beban untuk mereka melainkan sebagai pemersatu mereka diera jaman yang penuh persaingan dan masyarakat kampong naga sangat menjaga itu sehinggga terjadi kemakmuran dikampung naga itu dan mengedepankan toleransi antar masyarakat tersebut..misalnya setiap bangunan rumah adat mereka terdapat dapur yang ada disamping pintu masuk bukan dibelakang itu menunjukan rasa toleransi yang sangat besar, apabila salah satu dari mereka tidak mempunyai sesuatu untuk dimasak maka mereka bisa berbagai untuk sama lain.
Misalnya pada gambar  dibawah ini:

Gambar 1

.

Memasak dengan cara tradisional merupakan tidak memakan biaya mahal dalam memasak mereka cukup menggunakan kayu bakar sebagai sebagai bahan untuk dari memasak, sisa dari kayu bakar tersebut bisa dipergunakan sebagai bahan untuk mencuci peralatan memasak sangat berguna dan terus menerus sampai tidak ada sisa dari pembakaran sehingga bisa mengurangi bahan-bahan kimia yang bisa menggagu/pencemaran lingkungan sekitar, begitu menjaganya masyarakat kampong naga dalam melestarikan kehidupan dalam bermasyarakat. 

Gambar  2

Gambar ke dua alat untuk memisahkan padi dari kulitnya setelah di tumbuk, untuk menghasilkan beras yang baik untuk bisa dikonsumsi sehari-hari. dalam pemakainya padi yang udah di tumbuk ditaruh diatasnya secukupnya lalu dalam bahasa sunda (digebriken) untuk memisahkan padi dari kulitnya dari, sisa kulitnya bisa digunakan pupuk dan makanan ikan..begitulah cara masyarakat kampong naga dalam perputaran rotasi makanan..

Gambar 3

Gambar ke tiga adalah alat untuk bertelurnya ayam …di kampong naga alat ini diletakkan didepan pintu kampong naga sehingga memudahkan ayam yang mau bertelur bisa diperiksa setiap hari karena dari telur tersebut bisa dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari..dan kebutuhan upacara.

Gambar 4

Gambar diatas adalah tempat beras sebagi penyembahan upacara dengan cara di kumpulkan setiap rumah, begitulah cara masyarakat kampong naga dalam mengadakan upcara dengan bergotong royong dalam melakukan setiap upacara dan melakukan kegiatan yang ada di kampong naga.
Dengan rasa toleransi yang tinggi begitulah kampung naga dalam menghadapi era jaman yang penuh persaingan dengan tidak meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah di jalani dengan berbagi dan saling menghargai satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
 














Tidak ada komentar:

Posting Komentar