Selasa, 27 Desember 2011



NAMA   : PUGO SURYA ADHITAMA
NIM        : 4423107050


PESONA INDAH KAMPUNG NAGA

Kampung naga adalah sebuah perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat. Kampung ini terletak di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Untuk menempuh ke kampung ini kita bisa melewati jalan yang menghubungkan kota Garut dan Tasikmalaya. Apabila kita datang dari kota Garut  ± 26 km sedangkan dari kota Tasikmalaya ± 30 km. 

Pemandangan kampung naga
 
Setelah sampai dikampung ini pemandangan pertama yakni lahan parkir yang dimana terdapat toko-toko souvenir dan rumah makan. Setelah itu kita harus melalui ± 444 anak tangga yang dimana kita sangat membutuhkan stamina yang ekstra dan kemudian melewati jalan setapak yang dimana sebelah kanan yakni sungai dan disebelah kiri persawahan milik masyarakat kampung naga.

Masuk kampung naga

Setelah sampai dikampung naga dapat terlihat suasana rumah asli sunda dengan angn sejuk semilir berhembus angin. Kampung ini jauh dari hiruk pikuk kota dan bernuansa alam yang masih perawan. Pesona lamanya yang masih terpelihara dengan natural jauh dari polusi dan pencemaran lingkungan. Kesederhanaan dan keteguhan mereka dalam memegang tradisi yang menjadikan mereka dikenal sampai sekarang ini dan mereka pun mampu hidup berdampingan dengan masyarakat yang jauh lebih modern. Ketika sampai disana kita bertemu dengan masyarkat kampung naga dan mereka mengantarkan saya ke rumah ibu sayiah untuk bermalam disana.Ketika malam hari sekitar pukul 7 malam saya memilih mandi karena saya mementingkan masyarakat kampung naga terlebih dahulu untuk mandi. Saya cukup kaget dengan mck yang hanya terbuat dari skat-skat dari bahan material bamboo. Setelah mandi saya berkumpul dengan pemangku adat untuk menanyakan berbagai macam pertanyaan kepada mereka. Dan kesimpulannya bahwa semua data yang ada di internet hanya 20 % yang bisa dikatakan benar dan sisanya hanya asumsi oran-gorang yang datang kesana sehingga masih perlu dipertanyakan kembali.

Pertemuan dengan pemangku adat

Untuk asal-usul masyarakat kampung naga ini sendiri terdapat berbagai asumsi namun setelah saya bertanya dengan pemangku adat dan mereka menjawab “untuk sejarah dan asal-usul masyarakat kampung naga ini telah hilang dikarenakan pada masa pemberontakan DI/TII  mereka memusnakan semua sejarah dan asal-usul kampung naga ini.” Masyarakat kampung naga ini juga memiliki pelapisan sosial yakni kuncen sebagai pemangku adat, punduh sebagai penganyom masyarakat kampung naga, lebe yang bertanggung jawab dan mengurus masyarakat kampung naga jika meninggal. Masyarakat kampung naga juga memiliki pantangan yakni ngawadul (berbicara yang tidak penting), ngadu (berjudi), ngamadat ( mabuk-mabukan) dan ngawadon (berzina).

Masjid di kampung naga
 Untuk kepercayaan masyarakat kampung naga sendiri menurut pemangku adat yakni beragama islam, namun dilihat-lihat mereka masih berbau akan agama hindu yang dimana akan upacara adat dengan adanya ziarah dan kemenyan. Tetapi mereka beranggapan asalkan dibakar dan tidak dimakan menjadi suatu hal yang biasa dikampun ini. Mereka juga menolak untuk mengikuti sebuah organisasi islam apapun seperti NU dan Muhammadiyah.
Alat Musik Tradisional
           
Mereka juga mempunya alat-alat musik tradisional yakni terebang gembrung dan  terebang sejat. Dan adapula upacara adat mereka seperti menyepi yakni upacara adat yang diserahkan kepada masing-masing individu yang dilaksanakan setiap hari selasa, rabu dan sabtu dimana mereka pantang untuk menceritakan asal-usul mereka untuk menghormati leluhur mereka. Selanjutnya upacara kawinan yakni upacara perkawinan masyarakat kampung naga. Serta terdapat upacara hajat sasih yakni ziarah dan membersihkan makam leluhur. Menurut kepercayaan kampung naga dengan menjalankan setiap perintah dan menjauhi segala larangan akan membuat mereka jauh dari malapetaka dan sebaliknya jika mereka tidak melaksanannya maka malapetaka akan datang kekampung mereka.

Rumah-rumah di kampung naga
Dikampung ini terdapat 111 bangunan yakni 108 rumah dan 3 bangunan penting lainnya. Setiap bangunan tidak ada yang terbuat dari bahan material seperti semen atapun pasir namun terbuat dari bahan bambu ataupun kayu. Seperti atapnya yang terbuat dari ijuk dan dindingnya yang terbuat dari anyaman bambu. Uniknya ukuran dari rumah kerumah hampir sama begitu juga ukuran luas rumahnya. Dimana terdapat dua pintu dan ruangan tamu, dapur serta ruangan keluarga untuk pencahayaan pada malam hari menggunakan lampu tempel. Mereka menolak akan adanya listrik karena hal tiu dapat mendorong masyarakat mereka memiliki tv, radio , dan alat elektronik lainnya. Sehingga menimbulkan kecemburuan sosial dan timbul sebuah masalah baru yakni pencurian.

Kerajinan tangan masyarakat kampung naga
Untuk mata pencaharian mereka yakni bertani menanam padi serta membuat kerajinan dan beternak. Tingkat pendidikan mereka mayoritas yakni sekolah dasar dan sekolah menengah tingkat pertama tetapi adapula yang melanjutkan ketingkat menengah dan jenjang kuliah tetapi hanya minoritas saja. Mereka juga memanfaatkan alam untuk berbagai kegiatan sehari-sehari. Contohnya mereka menanam tanaman-tanaman yang produktif di hutan garapan serta memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan yang ada disekitar perkampungan mereka untuk menjadi obat-obatan. Mereka juga memanfaatkan air sungai untuk perairan sawah mereka, kolam mereka serta mck. Namun mereka tidak mau disebut sebagai tempat tujuan wisata tetapi mereka selalu terbuka untuk siapa saja dengan tujuan penelitian atau pengamatan. Mereka juga selalu memberikan pelajaran kepada anak-anak mereka untuk bersyukur kepada alam dan hal itulah yang membuat kampung naga ini tetap ada.
Anak-anak kampung naga berangkat ke sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar