FOLKLORE LISAN DI YOGYAKARTA
NAMA : YULI HADI
NO. REG 4423107053
A. Folklore
Folklore
adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara
turun temurun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat
istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun,
tetapi tidak dibukukan.
Ciri-ciri
folklor:
· Folkor diciptakan,
disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
· Folklor
bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk
relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup
lama(paling sedikit 2 generasi).
· Folklor
menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah
tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa
memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
· Folklor
mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik,
pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
Folklor terdiri atas banyak versi
· Mengandung
pesan moral
· Mempunyai
bentuk/berpola
· Bersifat
pralogis
· Lugu,
polos
Ada 3 macam
folklore :
1. Folklore lisan : legenda,
mitologi, cerita rakyat, dongeng dsb
2. Folklore sebagian lisan :
sendratari, teater dsb
3. Folklore bukan lisan :
arsitektur, baju adat, jamu dsb
LEGENDA RARA
JONGGRANG (CANDI PRAMBANAN)
Legenda ini bercerita
tentang 2 kerajaan hindu yang ada di pulau Jawa yang bernama kerajaan Pengging
& kerajaan Keraton Boko. Kerajaan Pengging dipimpin oleh Prabu Damar Moyo
yang memiliki putra bernama Bondowoso. Ia memiliki senjata sakti yang bernama
Bandung. Oleh karena itu ia disebut dengan Bandung Bondowoso, sedangkan
kerajaan Keraton Boko dipimpin oleh Prabu Boko yang berwujud raksasa besar yang
suka makan daging manusia tetapi disamping itu ia memiliki putri yang cantik
bernama Loro Jonggrang.
Kerajaan
Keraton Boko ketika itu memberontak kepada kerajaan Pengging. Prabu Boko kalah
pada pertempuran tersebut karena di kalahkan oleh kesaktian Bandung Bondowoso,
setelah itu Prabu Damar Moyo mengutus Bandung Bondowoso menduduki kerajaan
tersebut dan ia melihat anak dari prabu Boko sangat cantik, lalu ia ingin
menikahinya tetapi Loro Jonggrang memberikan syarat, yaitu membuat sumur serta
1000 candi dalam 1 malam. Ketika candi tersebut hampir rampung, Loro Jonggrang
berbuat curang dengan Ia membangunkan dayang-dayang istana dan
perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk padi. Ia kemudian memerintahkan
agar membakar jerami di sisi timur. Mengira bahwa pagi telah tiba dan sebentar
lagi matahari akan terbit, para makhluk halus lari ketakutan bersembunyi masuk
kembali ke dalam bumi. Akibatnya hanya 999 candi yang berhasil dibangun dan
Bandung Bondowoso telah gagal memenuhi syarat yang diajukan Rara Jonggrang.
Ketika mengetahui bahwa semua itu adalah hasil kecurangan dan tipu muslihat
Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso amat murka dan mengutuk Rara Jonggrang
menjadi batu. Sang putri berubah menjadi arca yang terindah untuk menggenapi
candi terakhir.
Rara
Jonggrang adalah putri dari Prabu Baka dari Kerajaan Prambanan,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Rara Jonggrang memiliki paras yang
cantik jelita. Suatu ketika, ia dilamar oleh seorang kesatria yang bernama
Bondowoso dari Kerajaan Pengging. Rara Jonggrang bersedia menerima lamaran itu,
asalkan Bondowoso mampu membuatkan seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu
semalam.
Alkisah, pada
zaman dahulu kala, ada seorang raja yang bernama Prabu Baka yang bertahta di
Prambanan. Ia seorang raksasa yang menakutkan dan memiliki kesaktian yang
tinggi. Wilayah kekuasaannya sangat luas. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar
wilayahnya semua takluk di bawah kekuasaannya. Meskipun seorang raksasa, Prabu
Baka mempunyai seorang putri cantik yang berwujud manusia bernama Rara
Jonggrang. Prabu Baka sangat menyayangi putri tunggalnya itu. Sebagai wujud
kasih sayangnya kepada putrinya, ia mewariskan seluruh kesaktian dan kepandaian
yang dimilikinya. Maka jadilah Rara Jonggrang seorang putri yang cantik jelita
dan sakti mandraguna.
Sementara
itu di tempat lain, tersebutlah sebuah kerajaan yang tak kalah besarnya dengan
Prambanan, yakni Kerajaan Pengging. Kerajaan itu memiliki seorang kesatria yang
sakti bernama Bondowoso. Kesaktian Bondowoso terletak pada senjatanya yang
bernamaBandung. Selain itu, Bondowoso juga mempunyai balatentara berupa
makhluk-makhluk halus. Jika membutuhkan bantuan, Bondowoso mampu mendatangkan
makhluk-makhluk halus tersebut dalam waktu sekejap.
Suatu
ketika, Raja Pengging bermaksud memperluas wilayah kekuasaannya. Ia pun
memerintahkan Bondowoso dan pasukannya untuk menyerang Prambanan.
Keesokan
harinya, berangkatlah Bondowoso bersama pasukannya ke Prambanan. Setibanya di
Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana. Prabu Baka pun tidak
tinggal diam. Ia segera memerintahkan pasukannya untuk menahan serangan pasukan
Bondowoso yang datang secara tiba-tiba. Pertempuran sengit pun tak terelakkan
lagi. Namun karena pasukan Prabu Baka kurang persiapan dalam pertempuran itu,
akhirnya pasukan Bondowoso berhasil menaklukkan mereka. Prabu Baka sendiri
tewas terkena senjata sakti Bandowoso yang bernama Bandung. Sejak
itu, Bondowoso pun dikenal dengan nama Bandung Bondowoso.
Setelah Bandung Bondowoso dan pasukannya memenangkan
pertempuran itu, Raja Pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk
menempati istana Prambanan.
Setelah itu, Bandung Bondowoso pun segera menempati istana Prambanan. Pada
saat hari pertamamenempati istana Prambanan, ia langsung terpesona melihat kecantikan Rara
Jonggrang dan berniat untuk menjadikannya sebagai permaisuri.
Pada suatu hari, Bandung Bondowoso menyatakan maksud hatinya kepada Raja
Jonggrang.
Rara Jonggrang tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya terdiam dan
kebingungan. Sebenarnya, ia amat membenci Bandung Bondowoso karena telah
membunuh ayahnya. Namun, ia takut menolak lamarannya karena bagaimana pun juga
ia tidak akan sanggup mengalahkan kesaktian Bondowoso. Setelah berpikir
sejenak, Rara Jonggrang pun menemukan satu cara untuk menolak lamaran itu
dengan cara yang halus.
Tanpa
berpikir panjang, Bandung Bondowoso pun menyanggupinya, karena ia yakin mampu
memenuhi syarat itu dengan bantuan balantentaranya. Pada malam harinya, Bandung
Bondowoso mengundang balatentaranya yang berupa makhluk halus tersebut. Dalam
waktu sekejap, balatentaranya pun datang dan segera membangun candi dan sumur
sebagaimana permintaan Rara Jonggrang. Mereka bekerja dengan sangat cepat. Pada
dua pertiga malam, mereka hampir menyelesaikan seribu candi. Hanya tinggal tiga
buah candi dan sebuah sumur yang belum mereka selesaikan.
Rara
Jonggrang yang ikut menyaksikan pembuatan candi itu mulai khawatir. Ia pun
segera memberitahukan hal itu kepada salah seorang dayang kepercayaannya.
Rara Jonggrang kembali berpikir keras dan ia pun menemukan jalan keluarnya.
Ia akan membuat suasana menjadi seperti pagi, sehingga para makhluk halus
tersebut menghentikan pekerjaannya sebelum menyelesaikan seribu candi.
Dayang-dayang
pun bangun dan segera melaksanakan perintah Rara Jonggrang. Tak berapa lama,
tampaklah cahaya kemerah-merahan dari arah timur akibat dari pemakaran jeramih.
Suara lesung pun terdengar bertalu-talu. Bau harum bunga-bungaan mulai tercium.
Beberapa saat kemudian, suara ayam jantan berkokok mulai terdengar. Para
balatentara Bandung Bondowoso pun segera menghentikan pekerjaannya, karena
mengira hari sudah pagi. Mereka pergi meninggalkan tempat pembuatan candi
tersebut, padahal kurang sebuah candi lagi yang belum mereka selesaikan.
Batu-batu berukuran besar masih berserakan di tempat itu.
Melihat
balatentaranya akan kembali ke alamnya, Bandung Bondowoso berteriak dengan
suara keras. Para makhluk halus tersebut
tidak menghiraukan teriakannya. Akhirnya, Bandung Bondowoso berniat meneruskan
pembangunan candi itu untuk menggenapi seribu candi. Namun belum selesai candi
itu ia buat, pagi sudah menjelang. Ia pun gagal memenuhi permintaan Rara
Jonggrang. Mengetahui kegagalan Bondowoso tersebut, Rara Jonggrang segera
menemuinya di tempat pembuatan candi itu.
Betapa marahnya Bandung Bondowoso melihat sikap Rara Jonggrang itu. Apalagi
setelah ia mengetahui bahwa Rara Jonggranglah yang telah menggagalkan usahanya.
Ia pun melampiaskan kemarahannya dengan mengutuk Rara Jonggrang menjadi arca.
Berkat
kesaktian Bandung Bondowoso, seketika itu pula Rara Jonggrang berubah menjadi
arca batu. Wujud arca itu sangat cantik, secantik Rara Jonggrang. Hingga kini,
arca itu dapat disaksikan di dalam ruang candi besar yang bernama Candi Rara
Jonggrang yang berada dalam kompleks candi prambanan. Sementara
candi-candi yang ada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu. Sewu dalam
bahasa Jawa berarti seribu.
Sumber :
Buku Saku
Legenda Rara Jonggrang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar