UJIAN TENGAH SEMESTER (Part1)
LIDYA NOVITA - 4423107048
========================
Kota Malang
Malang,
adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di
dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya,
dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota
terbesar kedua di Jawa Timur, dan dikenal dengan julukan kota pelajar.
v SEJARAH KOTA MALANG
Nama
"Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli
sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh
jawaban yang tepat atas asal-usul nama "Malang". Sampai saat ini
telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut.
1.
Malangkucecwara yang tertulis di dalam
lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan
suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja
Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908
yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana
letak sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih
belum memperoleh kesepakatan.
2.
Satu pihak lainnya menduga letak
bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur
di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang
bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena
ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama
Malang.
3.
Pihak yang lain menduga bahwa letak
sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di
sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat
sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga
berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga
dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah
tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan
peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari
hipotesa-hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah
kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama
bangunan suci Malangkucecwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang,
ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti
tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah
barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid
lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat
tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti
itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat
yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti
bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang
menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau
“Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram
yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki
daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat.
Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi,
membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut
bernama Malang. TimbulnyaKerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah
dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat
ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang. Setelah
kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah
Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak
penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam
menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan
diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan Hindu yang
merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang maju.
Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat
sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah.
Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah
ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk
daerah ini.
Seperti
halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota Malang modern
tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda.
Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga
Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas hingga sekarang, misalnya ''Ijen
Boullevard'' dan kawasan sekitarnya. Pada mulanya hanya dinikmati oleh
keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi
harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang
memadai. Kawasan perumahan itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali
dikunjungi oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di
sana.
Pada
masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah
"Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang
terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang
nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang
ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi :
“Malangkucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng.
Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul
kota Malang yang pada masaKen Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi
nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.
Kota
malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial
Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun
1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang
gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna
tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi
lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi
perumahan dan industri.
Kota
malang seperti kota yang lain di Indonesia baru tumbuh dan berkembang setelah
hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas umum di rencanakan sedemikian
rupa agar MEMENUHI KEBUTUHAN BELANDA. Kesan diskriminatif itu masih berbekas
hingga sekarang. Misalnya Ijen Boulevard kawasan sekitarnya. hanya dinikmati
oleh keluarga- keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk
pribumiharus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang
kurang memadai. Kawasan perumahan itu sekarang bagai monumen yang menyimpan
misteri dan seringkali mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah
bermukim disana untuk bernostalgia.
Pada Tahun 1879, di Kota Malang mulai
beroperasi kereta api dan sejak itu Kota Malang berkembang dengan pesatnya.
Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak
melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah,
daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan
mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi
perumahan dan industri.
Sejalan perkembangan tersebut di atas,
urbanisasi terus berlangsung dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat
di luar kemampuan pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat
terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan liar
yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur
hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak
bertuan. Selang beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan
degradasi kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak
bawaannya. Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan
apa yang terjadi seandainya masalah itu diabaikan.
·
Tahun
1767 Kompeni Hindia Belanda memasuki Kota
·
Tahun
1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
·
Tahun
1824 Malang
mempunyai Asisten Residen
·
Tahun
1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun
di bangun.
·
1
April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
·
8
Maret 1942 Malang diduduki Jepang
·
21
September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
·
22
Juli 1947 Malang diduduki Belanda
·
2
Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
·
1
Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.
v ASTRONOMI
Secara
astronomis, Malang terletak pada 8°LS dan 112°BT
v DEMOGRAFI
Jumlah
penduduk
Kota
Malang memiliki luas 110.06 Km. persegi, jumlah penduduk sampai akhir Juni 2010
sebesar 882.243 jiwa. Kepadatan penduduk kurang lebih 7106 jiwa per kilometer
persegi, dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per tahun. Sebagian besar adalah suku
Jawa, serta sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, dan Tionghoa.
Tersebar
di 5 Kecamatan
Klojen = 125.824 jiwa,
Blimbing = 167.301 jiwa,
Kedungkandang =
152.285 jiwa,
Sukun = 174.184 jiwa,
Lowokwaru = 162.516 jiwa
serta
57 Kelurahan, 10 Desa, 505 RW dan 3.649 RT
Agama
mayoritas adalah Islam, diikuti dengan Kristen Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Kong Hu Chu. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri
semenjak zaman kolonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung), Gereja Hati
Kudus Yesus, Gereja Kathedral Ijen (Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel),
Klenteng di Kota Lama serta Candi Badut di Kecamatan Sukun dan Pura di puncak
Buring. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya
Pesantren, yang terkenal ialah Ponpes Al Hikam pimpinan KH. Hasyim Muzadi, dan
juga adanya pusat pendidikan Kristen berupa Seminari Alkitab yang sudah
terkenal di seluruh Nusantara, salah satunya adalah Seminari Alkitab Asia
Tenggara.
Bahasa
Jawa dengan dialek Jawa Timuran adalah bahasa sehari-hari masyarakat Malang.
Kalangan minoritas Suku Madura menuturkan Bahasa Madura.
Malang
dikenal memiliki dialek khas yang disebut Boso Walikan, yaitu cara pengucapan
kata secara terbalik, misalnya Malang menjadi Ngalam,bakso menjadi oskab'
burung menjadi ngurub, dan contoh lain seperti saya bangga arema menang-ayas
bangga arema nganem . Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal egaliter dan
blak-blakan, yang menunjukkan sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan tidak
mengenal basa-basi.
Komposisi
Etnik
Masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan
bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA). Komposisi penduduk asli
berasal dari berbagai etnik (terutama suku Jawa, Madura, sebagian kecil
keturunan Arab dan Cina)
Agama
Masyarakat
Malang sebagian besar adalah pemeluk Islam kemudian Kristen, Katolik dan
sebagian kecil Hindu dan Budha. Umat beragama di Kota Malang terkenal rukun dan
saling bekerja sama dalam memajukan Kotanya. Bangunan tempat ibadah banyak yang
telah berdiri semenjak jaman kolonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung),
Gereja (Alun2, Kayutangan dan Ijen) serta Klenteng di Kota Lama. Malang juga
menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren dan Seminari
Alkitab yang sudah terkenal di seluruh Nusantara
v GEOGRAFIS
Terletak
pada ketinggian antara 429 - 667 meter diatas permukaan air laut. 112,06° -
112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan, dengan dikelilingi
gunung-gunung :
·
Gunung
Arjuno di sebelah Utara
·
Gunung
Semeru di sebelah Timur
·
Gunung
Kawi dan
Panderman di sebelah Barat
·
Gunung
Kelud di sebelah Selatan
IKLIM
Kondisi
iklim Kota Malang selama tahun 2006 tercatat rata-rata suhu udara berkisar
antara 22,2 °C - 24,5 °C. Sedangkan suhu maksimum mencapai 32,3 °C dan suhu
minimum 17,8 °C . Rata kelembaban udara berkisar 74% - 82%. dengan kelembaban
maksimum 97% dan minimum mencapai 37%. Seperti umumnya daerah lain di
Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan, dan
musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso curah
hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April,
dan Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan Nopember curah hujan
relatif rendah.
v GEOLOGI
Keadaan
tanah di wilayah Kota Malang antara lain :
·
Bagian
selatan merupakan dataran tinggi yang cukup luas, cocok untuk industri
·
Bagian
utara merupakan dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian
·
Bagian
timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang kurang subur
·
Bagian
barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah
pendidikan
Jenis
tanah di wilayah Kota Malang ada 4 macam, antara lain :
·
Alluvial
kelabu kehitaman dengan luas 6,930,267 Ha.
·
Mediteran
coklat dengan luas 1.225.160 Ha.
·
Asosiasi
latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160
Ha.
·
Asosiasi
andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha
Struktur
tanah pada umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu mendapatkan perhatian
adalah penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki sifat peka erosi. Jenis tanah
andosol ini terdapat di Kecamatan lowokwaru dengan relatif kemiringan sekitar
15 %.
v KEBUDAYAAN
Kekayaan
etnis dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian
tradisional yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan
(Topeng Malang), namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya
kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan
Tengger). Hal tersebut terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu
sub-kultur budaya Jawa Tengahan yang hidup di lereng gunung Kawi, sub-kultur
Madura di lereng gunung Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di
lereng gunung Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis,
suka bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang
(AREMA) serta menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada malang.
Di
kota Malang juga terdapat tempat yang merupakan sarana apresiasi budaya Jawa
Timur yaitu Taman Krida Budaya Jawa Timur, di tempat ini sering ditampilkan
aneka budaya khas Jawa Timur seperti Ludruk, Ketoprak, Wayang Orang, Wayang
Kulit, Reog, Kuda Lumping, Sendra tari, saat ini bertambah kesenian baru yang
kian berkembang pesat di kota Malang yaitu kesenian "BANTENGAN"
kesenian ini merupakan hasil dari kreatifitas masyarakat asli malang, sejak
dahulu sebenarnya kesenian ini sudah dikenal oleh masyarakat malang namun baru
sekaranglah "BANTENGAN" lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya
masyarakat lokal namun juga luar daerah bahkan mancanegara. Khusus di Malang
sering diadakan pergelaran bantengan hampir setiap perayaan hari besar baik
keagamaan maupun peringatan hari kemerdekaan.
Festival
tahunan yang menjadi event ikon kota juga sering diadakan setiap tahunnya.
Beberapa festival kota tahunan diantaranya adalah:
·
Festival
Malang Kembali: Diadakan untuk memperingati HUT Kota Malang, biasa digelar pada
tanggal 21 Mei. Festival ini mengusung situasi kota pada masa lalu, mengubah
jalan-jalan protokol kota menjadi museum hidup selama kurang lebih 1 minggu festival
ini diadakan.
·
Karnaval
Bunga
·
Karnaval
Lampion: Biasa diadakan untuk merayakan hari raya imlek.
v GELAR
YANG DISANDANG KOTA MALANG
1. Paris of Java
Karena
kondisi alamnya yang indah, iklimnya yang sejuk dan kotanya yang bersih,
bagaikan kota “PARIS” nya Jawa Timur.
2. Kota Pesiar
Kondisi
alam yang elok menawan, bersih, sejuk, tenang dan fasilitas wisata yang memadai
merupakan ciri-ciri sebuah kota tempat berlibur
3. Kota Peristirahatan
Suasana
Kota yang damai sangat sesuai untuk beristirahan, terutama bagi orang dari luar
kota Malang, baik sebagai turis maupun dalam rangka mengunjungi
keluarga/famili.
4. Kota Pendidikan
Situasi
kota yang tenang, penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah dan
fasilitas pendidikan yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh
pendidikan.
5. Kota Militer
Terpilih
sebagai kota Kesatrian. Di Kota Malang ini didirikan tempat pelatihan militer,
asrama dan mess perwira disekitar lapangan Rampal., dan pada jaman Jepang
dibangun lapangan terbang “Sundeng” di kawasan Perumnas sekarang.
6 Kota Sejarah
Sebagai
kota yang menyimpan misteri embrio tumbuhnya kerajaan-kerajaan besar, seperti
Singosari, Kediri, Mojopahit, Demak dan Mataram. Di Kota Malang juga terukir
awal kemerdekaan Republik bahkan Kota Malang tercatat masuk nominasi akan
dijadikan Ibukota Negara Republik Indonesia.
7. Kota Bunga
Cita-cita
yang merebak dihati setiap warga kota senantiasa menyemarakkan sudut kota dan
tiap jengkal tanah warga dengan warna warni bunga
Sumber:
·
http://www.malangkota.go.id
·
http://id.shvoong.com
·
www.wikipedia.com
·
http://malang.endonesa.net
·
http://regionalinvestment.bkpm.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar