NAMA : YULI HADI
NO REG. 4423107053
UAS TRADISI ETNIK NUSANTARA
KERAWANG ATAU BANDUNG ?
Jaipongan terlahir
melalui proses kreatif dari tangan dingin H Suanda sekitar tahun 1976 di
Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni
tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu
dan lain-lain. Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976,
di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument
sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden
atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label)
jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda di wilayah karawang
dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya
jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi
yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru
dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat. Posisi
Jaipongan pada saat itu menjadi seni pertunjukan hiburan alternative dari seni
tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang lebih dulu di karawang seperti penca
silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong
memberikan warna dan corak yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya,
mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi
tariannya.
Mungkin diantara kita hanya tahu
asal tari jaipong dari Bandung ataupun malah belum mengetahui dari mana
asalnya. Dikutip dari ucapan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ( Disbudpar
) Karawang, Acep Jamhuri “Jaipong itu asli Karawang. Lahir sejak tahun 1979
yang berasal dari tepak Topeng. Kemudian dibawa ke Bandung oleh seniman di
sana, Gugum Gumilar. Akhirnya dikemas dengan membuat rekaman. Seniman-seniman
Karawang dibawa bersama Suwanda. Ketika sukses, yang bagus malah Bandung.
Karawang hanya dikenal gendangnya atau nayaga (pemain musik). Makanya sekarang
kami di Disbudpar akan mencoba menggali kembali seni tari Jaipong bahwa ini
seni yang sesungguhnya berasal dari Karawang”.
Sementara itu di beberapa artikel
mengatakan bahwa asal mula tari jaipong berasal dari Bandung yang berawal dari
kreatifitas seorang seniman asal Bandung bernama Gugum Gumira. Ia terinspirasi
oleh kesenian rakyat yang salah satunya adalah ketuk tilu menjadikannya
mengetahui dan mengenal betul perbedaan pola-pola gerak tari tradisi yang ada
pada kliningan atau bajidoran ataupun ketuk tilu. Biasanya tari jaipong sering
kita jumpai di Bandung, tetapi sekarang bisa kita temui tidak hanya di kota
lain, seperti cianjur, bogor,sukabumi dll. Jadi kita dapat mengetahui bahwa
Karawang adalah kota kelahiran dari seni jaipongan yang kemudian di bawa oleh
Gugum Gumira seorang seniman Bandung ke kota Bandung.
Karya jaipongan yang pertama kali mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari
Daun Pulus Keser Bojong dan Rendeng Bojong yang keduanya merupakan hjenis tari
putri dan tari berpasangan. Awalnya tarian tersebut dianggapa sebagai tarian
erotis dan vulgar, tetapi seiring jaman tari ini semakin popular dan meningkat
frekuensi pertunjukkannya baik di media TV, hajatan, maupun perayaan-perayaan
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Dari kesenian tari jaipong
ini telah melahirkan banyak seniman tari seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli
Somali, & Pepen Dedi Kurniadi. Disamping kebenaran mengenai asal usul tari
jaipong, kita sebagai generasi penerus bangsa wajib untuk melestarikannya.
Menyebut Jaipongan sebenarnya tak hanya
akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan
gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan
dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada
penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan
kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang
muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup
di tengah masyarakat.
Tari jaipong memiliki gerakan yang
khas dan berbeda dengan tari-tari dari daerah lain. Tari jaipong ini termasuk
tarian yang berirama cepat dan bersemangat sekali. Lagu jaipong pun memiliki
bunyi yang khas dengan berbagai macam tempo,ada lagu dengan tempo yang pelas, dan
ada juga lagu dengan tempo yang cepat. Dalam sebuah tarian jaipong itu memiliki
sebuah makna atau arti. Tidak hanya dalam tariannya saja tetapi dalam setiap
gerakannya pun memiliki arti-arti tertentu yang manandakan sebuah cerita dalam
tarian itu. Dalam musiknya pun memiliki arti dan biasanya didalam sebuah tarian
itu mempunyai sinopsis. Dan dari sinopsis lagu tersebut barulah dijadikan
sebuah tarian yang menceritakan sesuatu dengan tatanan gerak dan musik yang
serasi. Tari jaipong itu biasanya memiliki durasi 5-8 menit dan dalam tari
jaipong ini tidak menggunakan patokan durasi jadi dalam tari jaipong memiliki
waktu yang bebas. Contoh-contoh tarian jaipong : tari ketuk tilu, daun pulus, tablo,
gandrung, leungiteun dll. Dalam menari tari jaipong ada dalam dalam kategori
perorangan,pasangan,dan kelompok. Dalam kategori perorangan,penari yang
menarikan sebuah tarian ini hanyalah seorang diri,dan untuk kategori pasangan
maka tarian yang ditampilkan oleh 2 orang berpasangan baik wanita dan pria atau
bahkan wanita dengan wanita dan sebaliknya,jika dalam kategori kelompok maka
tarian yang akan ditampilkan oleh 3 orang penari bahkan lebih. Jumlah ideal
dalam tarian yang dibawakan oleh kategori kelompok adalah berjumlah minimal 3
orang dan idealnya 5 orang. Karena dalam kategori pasangan atau kelompok pasti
akan ada yang namanya “Pola Lantai”. Pola lantai itu harus ada karena itulah
yang membuat tarian menjadi lebih hidup dan lebih indah bila dilihat. Pola
lantai itu adalah perpindahan tempat dan adanya suatu fariasi dalam tarian baik
itu tatanan gerak maupun posisi dalam tari. Jadi dalam menari tidak hanya
gerakan saja yang diperhatikan tetapi posisi tatanan gerak pun harus
ada perpindahannya.
·
Jaipongan Era Modern
Pada tahun 1979
jaipongan mengalami proses transformasi dan penataan (stilisasi) baik dalam pola
tepak gendang maupun dalam ibing (tarian) juga dalam penciptaan komposisi
tembang (lagu), melalui tangan dingin seorang seniman asal bandung yaitu Gugum
Gumbira. Maka mulai saat itu jaipongan yang terlahir di karawang dibesarkan
dalam khasanah kemasan seni yang mutakhir dan lebih modern.
Semua bentuk dan
model tepak gendang di susun dan di berikan pola yang lebih terstruktur dalam
bentuk notasi, yang kemudian di urai dan di tuangkan kedalam beberapa komposisi
lagu yang sesuai dengan tuntutan pasar (commercial). Maka pada saat itu di
bandung muncul grup kesenian jaipong yang melegenda seperti JUGALA (Juara dalam
gaya dan Lagu) dengan tembang hitsnya seperti Daun pulus Keser Bojong, Randa
Ngora dan banyak lagi. Sudah tentu komposisi yang di bawakan oleh Jugala
berbeda dengan komposisi awal yang dimainkan oleh Suanda grup selaku pelopor
dari lahirnya musik jaipong di karawang, meskipun Suanda terlibat didalamnya
sebagai penabuh gendang. Ini di sebabkan Suanda memainkan gendang berdasarkan
pada pola yang sudah disusun secara cermat oleh komposernya yaitu Gugum
Gumbira. Gaya dari bentuk elemen jaipongan serta kualitas dan ekspresinya di
kemas dalam pola-pola yang terbarukan sehingga sosok jaipongan seolah terlahir
kembali dengan balutan gaya modern. Keterlibatan sarjana-sarjana seni dalam
upaya untuk mengembangkan dan mencari bentuk-bentuk seni pertunjukkan tradisional
di jawa barat juga menjadi penyebab utama menggeliatnya seni pertunjukan
jaipongan dan menjadi besar seperti sekarang ini.
·
PERBEDAAN
TARI TRADISIONAL DENGAN TARI MODERN KHUSUSNYA DI JAWA BARAT
Tari tradisi adalah tarian
yang didalamnya terdapat banyak unsur gerakan-gerakan dan makna tradisinya
dibandingkan dengan unsur-unsur modern, musik yang digunakan Musik yang
digunakan dalam tari tradisi ini adalah musik-musik tradisional khas Jawa Barat.
Contohnya: musik gamelan, suling bambu, terompet, rebab, angklung dll, sedangkan tari modern adalah tarian yang
dimodifikasi sedemikian rupa yang telah dicampurkan unsur-unsur modern baik
baik dalam tarian ataupun dalam musiknya sendiri. Dalam tarian modern sendiri
dari segi musiknya sangatlah berbeda dengan musik yang digunakan oeh tarian tradisi
karena menggunakan alat musik yang modern pula dan bisa di tampilkan dalam
acara apa saja.
Indonesia
memiliki segudang kesenian dan kebudayaan yang sangat menarik untuk kita gali.
Banyak sekali kebudayaan serta kesenian Indonesia yang sudah mulai punah karena
tergerus oleh perkembangan jaman yang semakin modern. Tantangan globalisasi menjadi bagian dari
tantangan yang bersifat eksternal selain dari tantangan, bahkan ancaman yang
berasal dari keanekaragaman budaya dan suku bangsa yang bersifat internal.
Perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu sebab semakin cepatnya
terjadi perubahan pada masyarakat suatu bangsa. Perkembangan teknologi informasi (internet) ini
dapat dimanfaatkan untuk media pengembangan budaya nasional. Bangsa Indonesia
memiliki kesempatan yang besar untuk mempublikasikan atau bahkan mempromosikan
semua budaya nasional Bangsa Indonesia untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan
rakyat.
Seperti mempromosikan kebudayaan & tradisi Indonesia agar lebih dikenal
dunia serta dapat menarik wisatawan asing untuk mengunjungi Indonesia sebagai tujuan
utama wisata mereka. Disadari atau tidak banyak sekali kebudayaan Indonesia
mulai punah dan tersingkir keberadaannya.
Tari
jaipong sendiri tinggal menunggu waktu untuk segera tertelan jaman. Penerus yang
masih peduli untuk melestarikan, pada era sekarang ini jumlahnya bisa terhitung
oleh jari. Sebuah kemirisan tentang keberadaan budaya Indonesia di negerinya
sendiri.
Tari jaipong merupakan jenis tari pergaulan tradisional yang sangat
terkenal pada jamannya di Indonesia terutama di daerah bagian Jawa Barat. Tari jaipong
merupakan salah satu identitas kesenian Jawa Barat. Tari ini sering dipentaskan
saat acara penting, seperti penyambutan tamu dari negara asing yang mengunjungi
Jawa Barat bahkan untuk misi-misi kesenian ke luar negeri.
Perkembangan tari japong sendiri
dalam perkembangannya saat ini kurang berkembang karena kurang mmendapat
perhatian. Support pemerintah dalam mengembangkan tari jaipong dirasa kurang
serasa di anak tirikan, berbeda dengan tari Bali dan Jawa yang mendapat support
dari pemerintah. Sejauh ini para pelaku seni tari jaipong ini berusaha bertahan
sendiri untuk survive dan bertahan. Saat ini media TV, swasta maupun pemerintah
jarang sekali memunculkan tari tradisional, ada hanya beberapa tapi dalam TV
lokal. Peran pemerintah dalam memajukan dan melestarikan kesenian daerah
sangatlah penting karena tanpa support dari pemerintah seperti dana dan promosi
agar kesenian tari jaipong ini tetap bertahan dari gerusan arus globalisasi.
Arus globalisasi yang kian deras membuat kesenian daerah banyak yang sudah
mulai punah satu persaru karena minat kaum muda akan kesenian daerah sangatlah
kecil, mereka menganggap kesenian daerah bukanlah hal yang wajib untuk dipelajari.
Dalam perkembangannya menghadapi
arus globalisasi, para seniman tari jaipong bertahan dengan kondisi yang serba
seadanya untuk bertahan hidup dan mempertahankan kesenian tari jaipong ini.
Untuk itu kita sebagai generasi
penerus bangsa harus tetap menjaga dan melestarikan budaya di negeri kita
Indonesia, jangan ketika salah satu budaya tersebut diambil atau diakui oleh
negara lai seperti kasus-kasus sebelumnya barulah kita semua menghujat dan
mencaci. Kita harus memiliki sifat sadar budaya, agar tidak makin banyak budaya
yang punah karena tergerus arus globalisasi.
Karawang sendiri
sebagai tempat kelahirannya seni pertunjukan jaipongan seharusnya lebih
menggarap dan mengembangkan potensinya, tentunya dengan mengutamakan kearifan
lokal sehingga jatidiri dan karakteristik karawang sebagai kota seni dan budaya
jawa barat dapat lebih eksis dan mampu berbicara dalam khasanah ruang seni
budaya global.
hmm..baru tau klo jaipong asli karawang..tks infonya ya...
BalasHapusTerima kasih gan atas informasi nya
BalasHapusjangan lupa juga kunjungi situs kami di
http://stisitelkom.ac.id
ohhh ternyata tari jaipong jg ikut arus globalisasi toh :O
BalasHapusterima kasih gan atas infonya... cendol nih
wahhhh...sangat membuka sedikit wawasan mengenai jaipong....
BalasHapuslanjutkan gan!!!:D
bener tuh, seharusnya ada koordinasi dan kerjasama yg klop antara pemerintah dan para seniman trus salah 1 upaya pelestarian kan bisa diadain penyuluhan / seminar / workshop untuk warga masyarakat, khususnya kepada generasi muda..
BalasHapusbangga dong bisa melestarikan budaya Indonesia :D
kita sebagai bangsa indonesia dan sebagai generasi peneus bangsa harus menjaga dan melestarikan budaya kita jangan sampai hilang ditelan waktu. sebaiknya jg diadakan lomba tari jaipong ini disetiap daerah agar lebih dikenal oleh masyarakat, sama halnya dengan tari2 lainnya... =D
BalasHapusglobalisasi memang ancaman utama bagi kesenian tradisional, tetapi tak bisa dipungkiri kalau peran pemerintah dan masyarakatlah yang menjadi 'akar' ancaman, pemerintah cenderung mengangkat budaya yang 'lebih digemari' oleh masyarakat pada suatu masa atau periode tertentu (contoh, mungkin terjadi sekitar 10 tahun lalu ketika tari bali menjadi tarian yang sedang 'on the high sky', dan banyak disukai berbagai kalangan serta sering ditampilkan dihampir setiap pentas seni suatu lembaga pendidikan, dari TK - Sekolah Tinggi, tetapi kini tari shaman lah yang demikian), keadaan inilah yang menjadikan Kesenian Tradisional terlihat hanya seperti 'Tren Belaka'. Kita tak perlu terlalu banyak melahirkan wacana kosong mengenai upaya pelestarian suatu budaya dan seni tradisional, karena hal ini merupakan langkah selanjutnya sesudah langkah pertama, yaitu "Bersikap 'Adil' terhadap semua kebudayaan tradisional serta menumbuhkan 'Kesadaran' dalam bentuk 'Nyata' tentunya, jangan seperti masyarakat & pemuda yang menyatakan dirinya 'I love Indonesia' tetapi hanya menjadikan pernyataan itu sebagai suatu 'Opini Hangus' tak berguna dan bermimpi mengadakan segala tetek bengek pelestarian budaya. Untuk menghadiri dan menyaksikan suatu pagelaran seni tradisional saja mungkin tidak memiliki semangat dan niat, padahal banyak kegiatan seperti ini di jakarta, seperti di kawasan senen, kemayoran, sumur batu, cilincing, jatinegara-pisangan, cikini, condet, tugu, matraman, sekitar depok (dan SubURBAN lainnya) bahkan perkampungan kumuh yang nyatanya memiliki suatu tradisi, budaya dan nilai seni yang unik asli, atau jika tidak mau repot bisa ke taman mini jikalau ada kegiatan di tiap anjungannya atau 'ngadain sendiri hiburan lu punya hajatan kek begimane'. Pokoknya bisa dibilang banyaklah kalau anda sekalian punya niat, jangan hanya niat jalan-jalan dan berfoto-foto ria walaupun dalam 'misi' pelestarian budaya dan potensi wisata indonesia. Jadi jangan salahkan Globalisasi terlebih dahulu ya.
BalasHapus1 pertanyaan
BalasHapuskenapa musti nunggu diklaim negara sebelah dulu baru pada perduli sama kebudayannya sendiri?? sedangkan pas blom diklaim,cuman tau tanpa ada rasa perduli sama kebudayannya sendiri.
pertanyaan itu cuma bisa dijawab sendiri, dari diri kita aja belum ada kepedulian mengenai kebudayaan kita, hanya teori belaka. bisa dihitung jari berapa orang yang peduli dengan budaya. ketika suatu budaya hilang dan tiba-tiba diakui oleh negara lain baru kita sadar betapa pentingnya budaya tsb sebagai identitas suatu daerah bahkan identitas sebuah negara. thanks :)
BalasHapusmungkin banyak orang-orang yg tidak tahu dari mana tarian itu berasal. saat ini tarian bangsa sendiri sudah mulai redup oleh zaman. tetapi ini semua bukan kesalahan dari zaman, kita lah sebagai bangsa sendiri yg melupakan, malas bahkan tidak mau untuk mempelajari budayanya. seharusnya kita juga sebagai bangsa indonesia bangga atas tarian bangsa sendiri, melestarikan nya bukan hanya pada daerah dimana tarian itu berasal tetapi memperkenalkan pada seluruh penjuru nusantara bahkan sampai ke penjuru dunia
BalasHapusnice info !! dari bacaan ini saya lebih senang kata-kata globalisasi artinya adalah diri sendiri ,, Know it and Keep it !
BalasHapusoooohhh tari jaipong ternyata dari kerawang baru tau ane gan, menurut ane mah pemerintah belom benar2 memperhatikan tarian tradisional.. jadi nya budaya kita di klaim mulu deh sama negara tetangga.
BalasHapusKalo bisa coba pemerintah kita buat pertunjukan budaya-budaya indonesia di negara tetangga yg suka ngeklaim tuh.. jadi pemerintah ambil peran untuk memastikan bahwa budaya-budaya tersebut MILIK INDONESIA..
thanks gan!!!
sebagai generasi bangsa wajib melestarikan tradisi dan budaya
BalasHapusapapun itu initinya kita harus menjaga dan melestrikannya
BalasHapuspakai hati kita, karenya ittu merupakan cirikhas suatu bangsa
Sya sangat bangga terlahir di negara RI bnyak budaya dan seni yg perlu kita banggakan. Tak peduli orng mau mengatakan saya kampungan... yg pasti masih bnyak orng lain dan negara lain pun mencintai budaya kita. Apalagi sya terlahir sbagai putra karawang... yg insya Allah akan ttp melestarikan tarian ini yg semakin mau punah...
BalasHapus