UTS Tradisi Etnik Nusantara (Bag.5)
Tiara Oktaviama
4423107047
A. Pengertian Folklor
Folklor sering diidentikkan dengan tradisi dan kesenian yang
berkembang pada zaman sejarah dan telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Di
dalam masyarakat Indonesia, setiap daerah, kelompok, etnis, suku, bangsa,
golongan agama masing-masing telah mengembangkan folklornya sendiri-sendiri
sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam folklore. Folklor ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara
turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat.Dapat juga
diartikan Folklor adalah
adat-istiadat tradisonal dan cerita rakyat yang diwariskan secara
turun-temurun, dan tidak dibukukan merupakan kebudayaan kolektif yang tersebar
dan diwariskan turun menurun.
Kata folklor merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris. Kata tersebut
merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal
fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok
sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk
rambut, mata pencaharian, bahasa, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun,
yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu
kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua
generasi, yang telah mereka akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang paling
penting adalah bahwa mereka memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka
sendiri. Kata lore merupakan
tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau
melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan
dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak
Ciri-ciri folklore
Agar dapat membedakan antara folklor dengan kebudayaan lainnya, harus
diketahui ciri-ciri utama folklor. Folklor memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(a) Penyebaran
dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari
mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
(b) Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
(c) Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.
(d) Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.
(e) Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).
(f) Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
(g) Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
(h) Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.
(i) Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.
(b) Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
(c) Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.
(d) Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.
(e) Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari).
(f) Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.
(g) Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.
(h) Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.
(i) Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.
Tradisi lisan sebagai folklore lahir, tumbuh dan menyebar di masyarakatsebagai hasil kreativitas dari cara berfikir, berperasaan, dan bersikap yang dituangkandalam bentuk lisan sebagai jiwa dan milik masyarakat bersangkutan dan menyebar dikalangan masyarakat pula, terutama yang memiliki latar belakang etnik sama.Dengan demikian, folklore diciptakan oleh masyarakat; hidup di masyarakat; danmenyebar di masyarakat, sehingga masyarakat sebagai dasar tempat tumbuh danberkembangnya kehidupan batin dan rokhani dari folklore tersebut.Tradisi lisan termasuk ke dalam salah satu unsur kebudayaan yang disebutfolklore, yang tersebar di seluruh Indonesia dan diwariskan secara turun temurun darisuatu kelompok masyarakat disertai contoh dan perbuatan yang terkandung di dalamisi tradisi lisan tersebut yang disampaikan secara lisan. Tradisi lisan seperti inimencakup kesusastraan lisan, musik, dongeng atau cerita-cerita rakyat setempat(folktales) termasuk mite-mite.
a. Folklor Lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut:
(1) bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu,
otomatis;
(2) ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;
(3) pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;
(4) sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;
(5) cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali;
(6) nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.
(2) ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran;
(3) pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki;
(4) sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;
(5) cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali;
(6) nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi.
b. Folklor sebagian Lisan
Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut:
(1) kepercayaan dan takhayul;
(2) permainan dan hiburan rakyat setempat;
(3) teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;
(4) tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;
(5) adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;
(6) upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten;
(7) pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat.
(2) permainan dan hiburan rakyat setempat;
(3) teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;
(4) tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng;
(5) adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;
(6) upacara tradisional seperti tingkeban, turun tanah, dan temu manten;
(7) pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat.
c. Folklor Bukan Lisan
Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:
(1) arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa,
Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;
(2) seni kerajinan tangan tradisional,
(3) pakaian tradisional;
(4) obat-obatan rakyat;
(5) alat-alat musik tradisional;
(6) peralatan dan senjata yang khas tradisional;
(7) makanan dan minuman khas daerah.
(2) seni kerajinan tangan tradisional,
(3) pakaian tradisional;
(4) obat-obatan rakyat;
(5) alat-alat musik tradisional;
(6) peralatan dan senjata yang khas tradisional;
(7) makanan dan minuman khas daerah.
D. Fungsi Folklor
Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.
b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
c. Sebagai alat pendidik anak.
d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Sebagaimana telah dikemukakan, manusia praaksara telah memiliki kesadaran sejarah. Salah satu cara kita untuk melacak bagaimana kesadaran sejarah yang mereka miliki ialah dengan melihat bentuk folklor. Bentuk
folklor yang berkaitan dengan kesadaran sejarah adalah cerita prosa rakyat. Termasuk prosa rakyat antara lain mite atau mitologi dan legenda.
Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.
b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
c. Sebagai alat pendidik anak.
d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Sebagaimana telah dikemukakan, manusia praaksara telah memiliki kesadaran sejarah. Salah satu cara kita untuk melacak bagaimana kesadaran sejarah yang mereka miliki ialah dengan melihat bentuk folklor. Bentuk
folklor yang berkaitan dengan kesadaran sejarah adalah cerita prosa rakyat. Termasuk prosa rakyat antara lain mite atau mitologi dan legenda.
Kadangkala ke dalam tradisi lisan dimasukan tarian-tarian serta kepercayaan-kepercayaan rakyat (folk beliefs). Tradisi lisan
berupa ceritaatau hikayat pada mulanya
diceritakan dari mulut ke mulut yang kadang-kadangsebagai pelipur lara,
kemudian berkembang menjadi sandiwara radio, akhirnyamenjadi cerita yang
ditayangkan di televisi pemerintah maupun swasta.Tradisi lisan dalam perkembangannya mengalami perubahan tertentu,misalnya
cerita rakyat yang isinya sama, tetapi disajikan oleh orang yang berbeda
ditempat yang berbeda, maka dalam penyajiannya akan menunjukkan adanya variasi-variasi tertentu, seperti pertunjukan wayang golek
di Jawa Barat yang menceritakanbagian cerita Mahabharata dimainkan oleh dua
dalang yang berbeda, maka salahsatunya akan membawakan dan menunjukkan
variasi-variasi tertentu berupa bumbu-bumbu
cerita atau cerita yang direkayasa dan tidak ada dalam cerita aslinya(Mahabharata) sebagai hasil kreativitas dalang
yang memiliki ‘local genius’ khas. Didalam tradisi lisan, di samping
menceritakan hal-hal tertentu, juga dapat isinya dapatdipelajari mengenai
beberapa segi nilai-nilai moral, pendidikan, dialek, nilai estetika,nilai religius, taraf kemampuan atau alam pikiran
dan pandangan hidup masyarakatyang
memilikinya.Folklore telah ada semenjak manusia belum mengenal tulisan,
maka bahasalisan memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dan alat
untuk menceritakanpengalaman-pengalaman yang terjadi di masyarakat, kemudian
berkembang menjadicerita yang menarik untuk didengar seperti cerita
kepahlawanan, cerita kejadian alam,dan cerita-cerita lainnya. Akhirnya folklore
berkembang tidak hanya cerita tetapi puisi,nyanyian
rakyat, tarian, musik dan alatnya, tarian tradisional, upacara tradisional,pakaian
dan perhiasan tradisional, dan lain-lain.Folklore
tidak hanya tumbuh dan berkembang di daerah asalnya tetapimenyebar ke daerah lain di lingkungan masyarakat
etnik yang berbeda, sejalandengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk.
Penyebaran atau difusi folkloredibawa oleh
masyarakat etnik tertentu yang berpindah tempat tinggal karena
pekerjaan, berdagang, atau berusaha hidup jauh dari
tempat kelahirannya, yang antaralain melalui trasmigrasi. Perpindahan penduduk
antar wilayah termasuk perpindahanantar pulau seperti ini
telah menyebarkan folklore dari Jawa barat, Jawa Tengah, JawaTimur, dan Bali ke berbagai wilayah di Indonesia,
begitupula folklore dari daerahlainpun terdapat di pulau Jawa. Bahkan
folklore dari Pulau Jawa telah berkembang dinegara lain di benua Amerika yaitu
di Suriname yang banyak dihuni oleh masyarakatetnik Jawa yang pada mulanya
diberangkatkan pada jaman kolonial Belanda sebagaikuli kontrak, sekarang ini masyarakat etnik Jawa
memegang peranan penting dalamkehidupan di negara tersebut.Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa folklore
hanya sebagian darikebudayaan, yang
secara umum penyebarannya melalui tutur kata atau lisan; makaada yang
menyebutnya sebagai tradisi lisan. Sebenarnya istilahtradisi
lisantidakcocok untuk mengganti istilahfolklore karena istilah tradisi lisan
mempunyai arti yangsempit, sedangkan folklore mempunyai arti yang luas. Tradisi
lisan hanya mencakupcerita rakyat, teka-teki, peribahasa, dan nyanyian rakyat,
sedangkan folklore mencakuplebih dari itu seperti tarian dan arsitektur rakyat.
Selanjutnya penyebutantradisi lisan dalam
bagian buku ini menjadi folklore
saja.
Folklore
sebagai bekal informasi bagi guide pariwisata karena seoarang guide harus bisa
mengetahui keanekaragaman kebudayaan yang ada di indonesia dimana seorang guide
dapat mengembangkan berbagai macam jenis folklore dalam pekerjaannya dan yang
paling penting adalah mengembangkan potensi pariwisata, dengan begitu memang
sangatlah berpengaruh. Informasi yang didapatkan tentang folklore bisa
disampaikan kepada wisatawan karena dengan begitu wisatawan akan mengetahui
kebudayaan indonesia yang sangat menarik serta membududayakan potensi-potensi
tradisi etnik nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar