Kamis, 02 Juni 2011

Tinjauan Aspek Potensi Kepariwisataan Di Provinsi Riau

Riau Merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatera dekat Singapore. Wilayah Provinsi Riau meliputi daerah daratan dan perairan. Dalam sejarahnya pembentukan provinsi Riau ini membutuhkan waktu yang cukup panjang yaitu sekitar 6 tahun (17 November 1952 – 5 Maret 1958). Ketika akan diangkat Gubernur pertama di Provinsi Riau, pelantikan tersebut dilaksanakan ditengah-tengah kecamuk pemberontakan PRRI di Sumatera Tengah yang melibatkan secara langsung daerah Provinsi Riau. Sebagai efeknya pemerintahan Riau yang baru dibentuk kala itu harus mencurahkan dan memusatkan segenap perhatiannya untuk memulihkan stabilitas keamanan di daerahnya. Pemberontakan PRRI ini juga berdampak pada keadaan Ekonomi di Provinsi Riau yang baru terbentuk menjadi tidak stabil. Pemerintah lantas mengambil kebijakan untuk hal ini yaitu dengan cara memerintahkan para pedagang yang mampu menyediakan persediaan bahan makanan yang banyak agar dapat berpartisipasi untuk menyuplainya ke pasaran sehingga tidak ada lagi masyarakat yang kekurangan bahan makanan.
Ketika Situasi telah dinilai aman dan stabilitas keadaan wilayah Provinsi Riau dinilai telah mengarah kearah yang lebih positif maka Menteri Dalam Negeri kala itu telah mencanagkan untuk segera menunjuk Ibukota Provinsi Riau. Sebelumnya Tanjungpinang dipilih sebagai Ibukota sementara karena situasi yang tidak kondusif ketika pertama kali peresmian pembentukan Provinsi Riau. Menteri Dalam Negeri akhirnya membentuk kepanitiaan khusus yang bertanggung jawab terhadap masalah penunjukan Ibukota ini. pada pelaksanaannya tim kepanitiaan penunjukan ibukota provinsi Riau ini berkeliling seluruh wilayah daerah Provinsi untuk melakukan dengar pendapat ke para tokoh masyarakat, penguasa Perang Riau Daratan dan Penguasa Perang Riau Kepulauan. Panitia juga memberikan angket langsung kepada seluruh Masyarakat Riau yang akhirnya tercapailah suatu kesepakatan bahwa Ibukota resmi Provinsi Riau adalah Kota Pekanbaru. Sejak saat itulah pembangunan Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau dilakukan. hal pertama yang menjadi pusat perhatian pembangunan adalah mendirikan bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai kantor dinas kepemerintahan yang dalam waktu singkat dapat menampung pemindahan berbagai macam peralatan dan perkakas kantor dan dapat menampung pegawai pemerintah dari ibukota sementara Tanjung Pinang ke Pekanbaru.
Seiring dengan berhembusnya angin reformasi telah memberikan perubahan yang drastis terhadap negeri ini, tidak terkecuali di Provinsi Riau sendiri. Salah satu perwujudannya adalah dengan diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah yang mulai di laksanakan pada tanggal 1 Januari 2001. Hal ini berimplikasi terhadap timbulnya daerah-daerah baru di Indonesia, dari 27 Provinsi pada awalnya sekarang sudah menjadi 32 Provinsi. Tidak terkecuali Provinsi Riau, terhitung mulai tanggal 1 Juli 2004 Kepulauan Riau resmi mejadi Provinsi ke 32 di Indonesia, itu berarti Provinsi Riau yang dulunya terdiri dari 16 Kabupaten/Kota sekarang hanya menjadi 11 Kabupaten/Kota. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah; (1) Kuantang Singingi, (2) Inderagiri Hulu, (3) Inderagiri Hilir, (4) Pelalawan, (5) Siak, (6) Kampar, (7) Rokan Hulu, (8) Bengkalis, (9) Rokan Hilir, dan Kota (10) Pekanbaru, (11) Dumai.

Visi Provinsi Riau.

Karena terletak di daerah yang merupakan dominan memiliki nilai kebudayaan Melayu dan letaknya yang juga strategis sejak masa lampau kawasan Provinsi Riau juga menjadi kawasan lintas budaya yang hingga kini masih bergerak dinamis. Ditinjau secara geografis, geoekonomi dan geopolitik menjadikan kawasan Riau sebagai kawasan yang dapat berperan penting dimasa yang akan datang, terutama terletak di jalur perdagangan dan ekonomi internasional. Untuk dapat mewujudkan masyarakat Riau yang memiliki kemampuan ekonomi yang mencukupi baik secara lokal, nasional dan regional dan dilandasi dengan nilai-nilai leluhur melayu yang beradab, bermoral, dan tangguh menghadapi berbagai tantangan zaman di masa depan yang bertujuan menjadikan masyarakat Provinsi Riau maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin dan beradat istiadat melayu yang agamis. berkaitan dengan itu maka disusunlah Visi Riau sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau No. 36 tahun 2001 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Provinsi tahun 2001-2005 yakni “Terwujudnya Provinsi Riau Sebagai Pusat Perekonomian Dan Kebudayaan Melayu Dalam Lingkungan Masyarakat Yang Agamis, Sejahtera Lahir Dan Bathin, Di Asia Tenggara Tahun 2020”. Untuk memberikan gambaran untuk penjabaran Visi Riau 2020, telah dirumuskan visi antara dalam visi 5 tahunan agar setiap tahap periode pembangunan jangka menengah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kondisi, kemampuan dan harapan yang ditetapkan berdasarkan ukuran-ukuran kinerja pembangunan. Untuk itu sesuai dengan Perda Provinsi Riau Nomor 5 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah dan Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Riau tahun 2004-2008; guna mewujudkan Visi Pembangunan Riau 2020 secara berkelanjutan dan konsisten, maka dirumuskan Visi Antara Provinsi Riau, yaitu “Terwujudnya pembangunan ekonomi yang mengentaskan kemiskinan, pembangunan pendidikan yang menjamin kehidupan masyarakat agamis dan kemudahan aksesibilitas, dan pengembangan kebudayaan yang menempatkan kebudayaan Melayu secara proporsional dalam kerangka kebudayaan".

Misi Provinsi Riau.

Misi Pembangunan Riau yang dilaksanakan bertumpu pada komitmen yang tertuang sebagai berikut :

-       Mewujudkan kredibilitas Pemerintah Daerah dengan kemampuan profesional, moral dan keteladanan pemimpin dan aparat,

-          Mewujudkan Supremasi hukum dan Penegakan Hak Asasi Manusia,

-          Mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan antar kelompok masyarakat,

-   Mewujudkan perekonomian berbasis potensi sumber daya daerah dan pemberdayaan ekonomi  kerakyatan,

-          Mewujudkan sarana dan prasarana untuk menciptakan kehidupan masyarakat agamis,

-     Mewujudkan kualitas sumberdaya manusia dengan penekanan kemudahan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu dan manajemen pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan pendidikan tinggi, kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta pembangunan agama, seni budaya dan moral,
-   Mewujudkan kemudahan untuk mengakses dalam bidang transportasi, produksi, komunikasi dan informasi serta layanan publik,

-      Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan desa agar mampu berperan sebagai lini terdepan dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan,

-   Mewujudkan sebuah payung kebudayaan daerah, yakni kelangsungan budaya Melayu secara komunitas dalam kerangka pemberdayaannya, sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada,

-           Mewjudkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.


Tinjauan Kepariwisataan bedasarkan Keadaan Geografis.

Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan dengan luas yang mencapai 8.915.016 Ha (89.150 Km2), letaknya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka terletak antara 01° 05’ 00” Lintang Selatan - 02° 25’ 00” Lintang Utara atau antara 100° 00’ 00” - 105° 05’ 00” Bujur Timur. menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Wilayah Provinsi Riau memiliki wilayah lautan sejauh 12 mil dari garis pantai. Di wilayah daratan, Provinsi Riau memiliki 15 Sungai yang diantaranya terdapat 4 sungai besar yang mempunyai arti penting sebagai sarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 Km) dengan kedalaman 8 -12 m, Sungai Rokan (400 Km) dengan kedalaman 6-8 m, Sungai Kampar (400 Km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 Km) dengan kedalaman  6-8 m. Ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan daratan tinggi Bukit Barisan Bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut. Bila dilihat dari posisi Provinsi Riau secara langsung berbatasan dengan :
-          Sebelah Utara : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara,
-          Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat,
-          Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka,
-          Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

berikut ini adalah Kabupaten atau Kota berikut Ibukota serta luas area dari Kabupaten atau Kota tersebut (tidak meliputi luas laut) :


Dilihat dari segi kekayaan Sumber daya alam Provinsi Riau memiliki sumber mineral dan energi yang relatif cukup besar dan sangat bervariasi baik berupa tambang galian seperti Minyak Bumi dan Gas Alam, sementara untuk mineral-mineral yang tersimpan di bumi Riau antara lain seperti Timah, Bauksit dan Pasir Besi. keadaan ini menjadi bukti bahwa potensi energi di provinsi Riau merupakan potensi yang sangat patut untuk dkembangkan lebih lanjut demi kelangsungan hidup Masyarakat Riau. Bila dikelola dengan arif dan efisien serta ramah lingkungan bukan tidak mungkin Provinsi Riau dapat menjadi Provinsi terdepan dan terkaya di Indonesia.
Potensi Kepariwisataan di Provinsi Riau bedasarkan tinjauan Geografis dapat mencakup ke berbagai aspek. Dengan kondisi alam yang terdiri dari wilayah daratan dan perairan di Provinsi ini dapat dikembangkan berbagai kegiatan wisata yang cakupannya dapat dikategorikan sebagai wisata petualangan dan wisata bahari. Keduanya dapat berkembang dengan baik karena selain tidak perlu memerlukan alat-alat penunjang yang sifatnya begitu modern karena sifatnya sendiri yang mengandalkan keindahan alamiah objek itu sendiri. kegiatan jenis wisata petualangan maupun bahari dapat dikatakan sebagai senjata utama bila menilik dari sisi geografis Provinsi Riau. Berada dalam posisi jalur perdagangan laut internasional juga membuat Provinsi Riau akan sangat ramai disinggahi oleh para pengunjung mancanegara. Daerah Kepulauan Riau dapat menjadi subjek andalan terkait wisata bahari karena daerah kepulauan ini menawarkan begitu banyak kekayaan yang dapat di eksplorasi baik kekayaan lautnya maupun pemandangan bentang alam Kepulauan Riau. Dan yang perlu diketahui bahwasannya hampir 71.33 persen Provinsi Riau merupakan daerah lautan (masih bergabung dengan Provinsi Kepulauan Riau), dengan panjang garis pantai 1.800 mil.  Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1983, Luas Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) Provinsi Riau adalah 379.000 Km2. Namun setelah terjadi pemekaran wilayah belum ada data yang pasti berapa panjang garis pantai Provinsi Riau pada saat ini. diantara pulau yang termasuk kedalam Kepulauan Riau terdapat sebuah pulau yaitu Pulau Bengkalis. yaitu suatu pulau dimana terdapat Kota Bengkalis yang sudah memegang peranan sejak abad 14 Masehi dalam perdagangan internasional.
Dengan lokasi yang strategis bedasarkan kondisi geografis di Provinsi Riau ini sebenarnya ada satu lagi potensi pariwisata yang jika dikembangkan dan digeluti secara serius dan bila terus dikembangkan secara berkesinambungan akan menjadi daya utama untuk menjadi roda penggerak ekonomi bagi Provinsi Riau yaitu potensi wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Letak Provinsi Riau yang berdekatan dengan negara negara tetangga seperti Singapore, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Vietnam bisa menjadi lokasi strategis tempat penyelenggaraan atau Venue untuk wisata MICE dalam skala Internasional. Dalam data yang ada di Provinsi Riau kebanyakan pengunjung-pengunjung dari luar negeri memang belum atau tidak terlalu mengarah ke dalam aspek wisata MICE bila berkunjung ke Provinsi Riau. Namun bila dicermati lagi keberadaan lokasi yang strategis terutama dengan Singapore dan Malaysia dapat dilihat sebagai peluang yang rasional. Konsep wisata MICE merupakan sebuah konsep yang begitu tepat bagi kondisi di Provinsi Riau terutama Kota Pekanbaru yang sering mengadakan event berskala nasional dan internasional. para pelaku usaha sering melakukan konvensi besar atau pertemuan-pertemuan besar di Pekanbaru. Potensi wisata MICE jadi penting untuk dikembangkan karena selain faktor tersebut sebelumnya juga karena setiap penyelenggaraan MICE yang dilakukan pasti akan menyedot sekelompok orang yang terdiri dari berbagai kalangan dan berjumlah tidak sedikit.
Berada di Pulau Sumatera membuat Provinsi Riau juga dianugrahi kekayaan alam ekosistem hutan yang begitu besar. Salah satu hutan lingdung yang kini menjadi taman nasional di Provinsi Riau adalah Taman Nasional Tesso Nilo yang bila kita lihat peluangnya akan menjadi tempat yang sempurna untuk diadakan kegiatan wisata petualangan. Selain hutan hujan tropis, di Taman Nasional Tesso Nilo juga terdapat binatang-binatang liar yang dilindungi yang dibiarkan hidup dan berkembang biak secara natural disana.

Tinjauan Kepariwisataan Bedasarkan kesejarahan

Sejarah di Riau terkait erat dengan Kerajaan Sriwijaya.para ahli sejarah ada yang menyatakan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya Muarakatus (Riau). Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaan pada sekitar abad ke-11 hingga abad ke-12. kala itu, Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi seluruh Wilayah Indonesia bagian barat dan seluruh semenanjung Melayu. ketika sampai pada masa keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, di Riau muncul beberapa kerajaan. salah satu kerajaan besar kala itu adalah Kerajaan Malaka yang didirikan oleh Prameswara pada awal abad ke-14. Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaannya pada era pemerintahan Sultan Muhammad Iskandar Syah pada awal abad ke 15. Kejayaan Malaka ini tidak lepas dari peran panglima angkatan lautnya, yaitu, Laksamana Hang Tuah. Kerajaan Malaka Mulai mengalami kemunduran pada tahun 1511 dan akhirnya pada tahun yang sama atau lebih tepatnya pada 10 Agustus 1511. ketika itu Kerajaan Malaka harus takluk oleh Portugis dibawah pimpinan Alfonso d'Albuquerque. Raja berkuasa Malaka ketika itu Sultan Mahmud Syah I yang berhasil menyelamatkan diri dari gempuran Portugis kemudian membangun kerajaan baru di Bintan. Kerajaan Melayu ini mewarisi kekuasaan Kerajaan Malaka yang meliputi Kelantan, Perak, Trenggano, Pahang, Johor, Singapura, Bintan, Lingga, Inderagiri, Kampar, Siak, dan Rokan.Setelah merasa kuat, Sultan Mahmud Syah I merencanakan untuk melancarkan serangan  balasan terhadap Portugis di Malaka. Dia kemudian melancarkan serangan berturut-turut tahun 1515, 1516, 1519, 1523, dan 1524. namun semua serangan tersebut tidak berhail menggoyahkan pertahanan Portugis. Bahkan kemudian Portugis melancarkan serangan balasan tahun 1526 dan berhasil menguasai Bintan. Sultan Mahmud Syah I meninggal dunia tahun 1528 di Pekantua. Posisinya digantikan oleh putranya, yaitu, Sultan Alauddin Riayat Syah II. Dia melanjutkan kebijakan ayahnya dalam menyikapi penjajah. Pada masa kekuasaannya terjadi banyak peperangan melawan Portugis. Berbagai peperangan tersebut menelan korban jiwa yang tidak sedikit.
Seorang peneliti naskah melayu di Riau, Hasan Junus mencoba untuk mengkaji naskah-naskah peninggalan masa lalu dan akhirnya mencatat paling kurang ada 3 kemungkinan asal nama Riau. Pertama Troponomi Riau berasal dari penamaan orang portugis dengan kata Rio yang berarti Sungai. Kedua mungkin berasal dari tokoh sinbad Al-bahar dalam kitab Alfu Laila Wa laila (seribu satu malam) yang menyebut Riahi,yang berarti air atau laut. Yang ke dua ini pernah di kemukakan oleh Oemar amin Husin. Seorang tokoh masyarakat dan pengarang Riau dalam salah satu pidatonya mengenai terbentuknya propinsi Riau. Yang ketiga berasal dari penuturan masyarakat setempat. Nama Riau yang berasal dari kata Rioh atau Riuh Di angkat dari kata Rioh atau Riuh, yang berarti ramai Hiruk pikuk orang bekerja. Itulah nama Riau yang berasal dari penuturan orang melayu setempat.kabarnya ada hubungannya dengan peristiwa didirikannnya negeri baru di sungai Carang, Untuk dijadikannya pusat kerajaan. Hulu sungai inilah yang kemudian bernama Ulu Riau. peristiwa itu kira-kira mempunyai sebuah kisah yang tertera sebagai berikut :
Zaman dahulu ketika perahu-perahu dagang yang semula memiliki tujuan perjalanan ke makam Tuhid (ibukota Kerajaan Johor) diperintahkan membawa barang dagangannya ke Sungai Carang di Pulau Bintan (ketika itu di Pulau Bintan sedang mengalami pembangunan sebuah negeri). Di muara sungai itu mereka kehilangan arah dan pada akhirnya para awak kapal menanyakan arah kepada awak-awak perahu lain yang juga melewati muara sungai itu. "dimana tempat orang-orang raja mendirikan negeri ?” mendapat jawaban “Di sana di tempat yang rioh”, sambil mengisyaratkan ke hulu sungai menjelang sampai ke tempat yang dimaksud oleh awak perahu lain tersebut. setelah itu ketika diperjalanan menuju hulu sungai yang dimaksud itu disepanjang perjalanan para awak perahu lain yang juga memanfaatkan muara sungai untuk berpartisipasi ketika ditanya mau kemana tujuan mereka maka mereka juga menjawab dengan jawaban yang senada " mau ke Rioh.". bedasarkan keterangan yang telah ditelusuri ini memang besar kemungkinan nama Riau berasal dari penamaan rakyat setempat, yaitu orang melayu yang hidup di daerah Bintan. kemungkinan terbesar nama Riau telah mulai memasyarakat bermula ketika Raja Kecik memindahkan pusat Kerajaan Melayu dari johor ke ulu Riau pada tahun 1719. Setelah itu nama ini dipakai sebagai salah satu negeri dari empat negeri utama yang membentuk Kerajaan Riau, Linggar, Johor dan Pahang. Kemudian akibat Perjanjian London 1824 antara Belanda dan Inggris, kerajaan ini terbelah menjadi dua. belahan negeri Johor yaitu Pahang berada di bawah pengaruh kekuasaan Inggris, Sedangkan belahan Riau-Lingga berada dibawah pengaruh  kekuasaan Belanda. Dalam Zaman Penjajahan belanda 1905-1942 nama Riau dipakai untuk sebuah kerasidenan yang daerahnya meliputi Kepulauan Riau serta Pesisir timur sumatera bagian tengah. Demikian juga dalam zaman kekuasaan Jepang relatif masih di pertahankan. Setelah provinsi Riau terbentuk tahun 1958, maka nama itu selain di pergunakan pula untuk nama untuk sebuah provinsi yang penduduknya pada hari itu itu sebagian besar terdiri dari orang melayu.
bedasarkan keterangan diatas maka Provinsi Riau dapat dikategorikan memiliki potensi wisata sejarah yang cukup menjanjikan. Riau yang di masa lalu berjaya hingga ke daerah di Malaysia ini selain dapat menarik minat para pengunjung lokal untuk datang melihat saksi bisu sejarah, Riau juga mempunyai potensi untuk menarik minat para pengunjung asing untuk datang melihat serpihan-serpihan sejarah mereka yang masih berkaitan erat dengan kesejarahannya sendiri yaitu dengan target khususnya dari negara Malaysia. Bila kita bisa jeli ini adalah sebuah peluang untuk mendulang visa yang begitu menjanjikan karena keterikatan kesejarahan anata Indonesia dalam hal ini Provinsi Riau dengan Malaysia begitu kuat. Keterikatan ini juga tidak lepas dari pengaruh Kerajaan Malaka di masa lampau yang daerah kekuasaannya mencapai daerah-daerah yang sekarang ini menjadi teritorial Malaysia seperti Kelantan, Perak, Trenggano, Pahang,  dan Johor. Sebenarnya pengaruh Kerajaan Malaka juga terasa hingga ke Singapura dan ini juga membuat suatu peluang untuk mendatangkan wisatawan ke daerah Provinsi Riau dalam hal ini wisatawan dari Singapore. Provinsi Riau juga memiliki istana-istana peninggalan kerajaan-kerajaan di masa lampau. Salah satunya dari istana-istana ini adalah Istana Sultan Siak (Istana Asseraiyah Al Hasyimiah). Awal mula pembangunan istana ini ketika itu Sultan Syarif Hasyim dinobatkan menjadi raja pada tahun 1889, beliau mulai membangun istana kerajaan dan istana peraduan yang selesai pada tahun 1893. Istana dibangun untuk kepentingan jalannya pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Istana Asserayyah Al Hasyimiah, singkatnya disebut Istana Sultan Siak, dalam dunia kepariwisataan disebut "Istana Matahari Timur". Bentuk bangunan Istana Sultan Siak menganut bentuk arsitektur gaya Eropa khususnya dari Spanyol, dan Arab dengan perpaduan arsitektur Melayu tradisional. Untuk interior di dalam istana digunakan beraneka ragam hiasan-hiasan yang berasal dari luar negeri seperti misalnya hiasan Dinding istana Sultan Siak dihiasi dengan keramik-keramik yang berasal dari Eropa.
Disamping keunggulan dalah hal wisata kesejarahan beorientasikan kultur sejarah dan bangunan-bangunan kejayaan masa lampau Provinsi Riau juga mempunyai sebuah pulau yang berpotensi untuk menjadi salah satu kekuatan andalan dalah bidang pariwisata. Pulau yang saya maksud disini adalah Pulau Penyengat. Pulau yang terletak di 1,5 km di sebelah barat Kota Tanjung Pinang. Pulau ini diklasifikasikan sebagai pulau kecil dengan keseluruhan luas 3,5 km2. Pualu ini menyimpan keunikan dan cerita sendiri. perlu diketahui bahwasannya ketika perang di bumi Riau terjadi antara pihak dari Riau sendiri dengan pihak Belanda pada periode dari tahun 1782 sampai 1794 pulau ini menjadi salah satu lokasi yang begitu penting bagi pertahanan Kerajaan Riau di Penyengat tepatnya di Bukit Penggawa, Bukit tengah, dan bukit kursi. perintah untuk mendirikan benteng pertahanan di Pulau Penyengat diberikan oleh Raja Haji Yang Dipertuan Muda Riau IV atau lebih dikenal dengan gelar Raja Haji Syahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang. beliau juga melengkapi benteng pertahanan ini dengan meiram-meriam dalam berbagai ukuran. pada zaman pemerintahan Sultan Mahmud Syah beliau menikah dengan Engku Putri binti Raja Haji Syahid Fisabilillah sekitar tahun 1801 M. Sultan Mahmud Syah akhirnya memberikan pulau ini untuk diserahkan kepada permaisurinya itu sebagai mahar mas kawinnya. selain benteng pertahanan di Pulau Penyengat juga terdapat masjid peninggalan Sultan Mahmud yang dibangun pada tahun 1803.masjid ini mengalami renovasi pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau VII Raja Abdul Rahman tahun 1832. Menurut sejarah, masjid ini dibangun dengan menggunakan campuran putih telur, kapur, pasir, dan tanah liat. Bangunan masjid ini memiliki ukuran panjang 20 meter dan lebar 18 meter. Beranjak dari Masjid Raya Sultan Riau obyek wisata sejarah yang juga terdapat di Pulau Penyengat adalah makam Engku Putri Raja Hamidah, Makam Raja Haji Fisabilillah, Makam Raja Jakfar, Makam Raja Abdurrahman, Istana Kantor, dan Balai Adat Indera Perkasa.
Dengan sebuah keseriusan yang sifatnya berkelanjutan dan berkesinambungan sebenarnya dalam segi Kepariwisataan dalam aspek kesejarahan di Provinsi Riau memiliki daya potensi yang baik hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan wisata sejarah ini menurut saya ada dua point yaitu dari segi trasnportasi dan pemeliharaan. Transportasi memegang peranan penting dalam dunia pariwisata terlebih wisata sejarah yang umumnya terletak di lokasi-lokasi tertentu yang memang membutuhkan armada-aramada modern untuk menunjangnya. Dengan keberadaan sebuah transportasi yang nyaman serta efisien dapat berdampak dengan kepuasan pengunjung dan dapat menghadirkan kesan baik yang sebenarnya begitu penting untuk diciptakan. Pemeliharaan situs-situs sejarah juga menjadi penting karena dengan terawatnya benda-benda maupun bangunan-bangunan bersejarah dapat membuat para pengunjung merasakan berada di masa itu dengan penghayatan yang tentu saja lebih baik ketimbang bila kita hanya membiarkan peninggalan-peninggalan masa lampau itu terbengkalai begitu saja.

Tinjauan Kepariwisataan bedasarkan Kesenian & Kebudayaan

Riau telah lama menjadi daerah lalu lintas perdagangan negara-negara tetangga. hal ini berdampak pada aspek kesenian mereka dan melahirkan sebuah kesenian yang khas menjadi identitas Riau. Seperti kebanyakan provinsi Melayu lainnya Kesenian Riau sendiri juga mendapat pengaruh yang kental dari kesenian melayu indonesia maupun negara-negara tetangga. Kesenian Melayu Riau sangat beragam, ka­rena kelompok-kelompok kecil yang ada dalam masyarakat juga berkembang. Perbedaan masyarakat antara Riau Lautan dan Riau Daratan menunjukkan keanekaragaman kesenian di Riau. Hal ini sekaligus sebagai ciri khas Melayu Riau, karena dari pembauran kelompok-kelompok itu pandangan tentang kesenian Riau terbentuk dan menjadi beraneka-ragam. hari ini Kesenian di Riau dan negara-negara berkebudayaan Melayu seperti Malaysia, Singapore, dan Brunei Darussalam telah bersama-sama saling mengisi dan saling mempengaruhi. demikian pula juga dengan daerah-daerah berkebudayaan melayu seperti Deli, Langkat, Jambi, dan Kalimantan Barat juga terpengaruh kebudayaan Minangkabau, Mandailing, Bugis, dan Jawa. Kebudayaan yang datang dari luar Indonesia seperti India (Hindu-Budha), Arab (Islam), Cina, dan Siam juga turut mempengaruhi. kebudayaan melayu Riau yang dinamis dan mempunyai sifat yang flexibel tersebut sejalan dengan letak geografis Riau, sehingga menjadikan Riau sangat kaya akan ragam kesenian. jika kita perhatikan lebih baik lagi khasanah kebudayaan Riau yang  begitu kaya ini juga turut andil dalam memperkaya kebudayaan nasional.
Kesenian Riau tumbuh, hidup dan berkembang di pedalaman dan desa-desa terpencil juga di kota-kota. perbedaannya hanya jika kesenian yang tumbuh dan berkemabng di masyaraat pedalaman dan pedesaan kurang berkembang dan tidak menyebar karena terkerangkeng di dalam lingkungannya. Masyarakat Riau tersebut tidak hanya mengenal kesenian sebagai sebuah media hiburan semata tapi juga dikaitkan dengan kepercayan yang bersifat spiritual yang difungsikan sebagai penghubung antara manusia di alam nyata dan roh nenek moyang di alam lain. sementara untuk perkembangan masyarakat riau di perkotaan bisa dibilang lebih mendapat banyak refrensi untuk mengembangkan kesenian mereka dengan melihat beraneka ragamnya dinamika perkotaan dewasa ini. perkembangan kesenian Riau di kota-kota besar di provinsi ini ditunjang oleh para pelajar, mahasiswa, dan seniman masa kini sehingga perkembangannya menuju kearah yang baik dibandingkan dengan yang ada dipedesaan menjadikan berbagai kreasi kesenian baru yang mengadopsi kesenian tradisonal dan memodofikasikannya dengan landasan budaya setempat dalam hal ini kebudayaan Melayu.jenis kesenian yang telah mengalami perkembangan dalam kontennya dapat tercirikan seperti adanya sentuhan budaya nasional yang terdapat didalamnya. Kesenian kreasi baru jenis tari dan teater kontemporer misalnya kini telah menunjukan beragam nilai seni yang beragam. misalnya sendratari Lancang Kuning mengandung nilai tarian Zapin, Cik Masani diangkat dari gerak tari Makyong, Hang Tuah memanfaatkan beberapa gerak tari Melayu lama. Demikian pula dengan garapan baru dari beberapa teater rakyat seperti Gubang, Makyong, Mendu, dan Bangsawan. Garapan musik kreasi baru belum begitu intens dikerjakan, mes­kipun ben­tuk ghazal dan orkes Melayu masih hidup di beberapa tempat. Padahal lagu-lagu Melayu lama masih terus dinyanyikan secara luas. Bagaimanapun juga lagu-lagu Melayu lama ini jauh lebih dikenal di desa-desa daripada di kota-kota.
Sikap masyarakat Riau pada umumnya tidak seperti masyarakat Sumatera barat lakukan terhadap kesenian lagu-lagu tradisionalnya sendiri. sebagai perbandingan, para seniman-seniman di Padang dan sekitarnya masih banyak yang menggarap lagu-lagu daerah mereka dengan penuh gairah dan semangat untuk melestarikan. bahkan lagu-lagu juga telah mereka garap. dengan kemajuan yang telah dicapai seniman-seniman lagu-lagu melayu hari ini bahkan sudah berbau minang bahkan beberapa diantaranya dianggap sebagai lagu minang. Sementara kenyataan hari ini di Riau, sebagai masyarakat pemilik kebudayaan dan keseniannya sendiri mereka cenderung kurang peduli terhadap warisan lagu-lagu lama melayu. Faktor ini dapat disebabkan kurangnya minat para penggelut di bidang ini untuk kembali menghidupkan keseniannya karena terhanyut dan terlena oleh tantangan zaman yang datang dari berbagai aspek dan arah.
Salah satu dari jenis kesenian yang terdapat di Riau adalah seni teater. Seni teater sendiri dikategorikan sebagai seni yang kompleks karena didalamnya juga terdapat unsur-unsur kesenian lain. di desa-desa tertentu di Provinsi Riau masih dijumpai jenis-jenis teater klasik. bentuk kesenian ini semakin berkembang dan kokoh eksistensinya setelah teater klasik mulai memasuki dunia istana Riau. sehinggan bentuk pementasannya menunjukan aroma-aroma dan nuansa Istana dari yang tadinya berupa sebuah pementasan yang berorientasikan kesenian kerakyatan. hal ini karena ketika telah memasuki dunia istana, penampilan teater klasik seperti Makyong, mendu, Mamanda, dan Bangsawan diperhalus jalan ceritanya agar sesuai dengan konteks kebangsawanan istana kala itu. didalam pementasan teater klasik ini terdapat tari-tarian yang muncul ketika pementasan berlangsung. Seni tari yang muncul dalam teater Mendu berupa tarian Ladun, Jalan Kunon, Air Mawar, Beremas, dan Lemak Lamun. Seni tari yang muncul dalam Makyong berupa tarian Selendang Awang, Timang Welo, Berjalan Jauh, dan tarian penutup berupa tarian Cik Milik. Dalam Bangsawan juga terdapat tari-tari hiburan seperti Jula-Juli, Zum Galiga Lizum, Mak Inang Selendang, dan jenis-jenis langkah Zapin.  disamping seni tari yang ikut mengiringi pementasan Teater Klasik, bagian lain yang ikut melengkapinya adalah seni suara. Seni suara merupakan inti utama dari pertunjukan Teater Mendu, Makyong, dan Bangsawan. Dalam Teater Mendu terdapat lagu Lakau, Ladun, Madah, Air Mawar, Lemak Lamun, Tala Satu, Ayuhai, Nasib, dan Tala Empat. Dalam Teater Makyong terdapat nyanyian seperti Cik Milik, Timang Bunga, Selendang Awang, Awang Nak Beradu, Puteri Nak Beradu, dan Don­dang Di Dondang. dan dalam Teater Bangsawan terdapat nyanyian seperti Berjalan Pergi, Lagu Stambul Dua, Dondang Sayang, Nyanyi Pari, dan Nasib. Alat-alat musik yang dipakai dalam pertunjukan Teater Mendu ialah gendang panjang, biola, gong, beduk, dan kaleng kosong, sedangkan dalam pertunjukan Teater Makyong digunakan nafiri, gendang, gong, mong, breng-breng, geduk-geduk, dan gedombak. Dalam Teater Bangsawan dipakai peralatan orkes Melayu lengkap. lebih khusus lagi Pertunjukan Teater Mendu dan Teater Makyong sebenarnya sangat mengandalkan suatu upacara yang bersifat ritual seperti buka tanah dan semah. Dalam upacara ini digunakan mantra dan serapah.
Kesenian Riau yang perlu dicatat dan direkam masih banyak. diantaranya adalah seni bangunan dan seni kerajinan. kedua seni ini menunjukan ciri khas Riau yang begitu terasa. Kerajinan-kerajinan seperti tenun kain, anyaman, sulaman, renda, dan hiasan tudung saji berkembang dengan baik dan menjadi salah satu kesenian yang digeluti secara berkesinambungan oleh masyarakat Riau. Kerajinan Tenun Riau saja misalnya memiliki begitu banyak motif seperti misalnya motif bunga, daun, binatang, awan larat (awan berarak), dan ukiran kaligrafi. Kain-kain tenun yang menjadi ciri khas Riau antara lain kain tenun Siak dan Siak Sri indrapura, kain sutera corak lintang dari Siantan, serta kain sutera petak catur dan kain mastuli dari Daik Lingga. salah satu Seniman bernama Tenas Effendy mencoba untuk meneliti kesenian tenun-tenun melalui motif-motifnya. beliau berusaha untuk mengunkap motif-motif yang dulu kurang dikenal dalam seni rupa melayu, seperti motif bunga cengkeh, pucuk rebung, Awan larat, wajik-wajik, bunga kiambang, bunga berembang, bunga hutan, bunga melur, tampuk manggis, cempaka, kunyit-kunyit, pinang-pinang, naga-naga, lebah bergantung, ikan, ayam, sayap, layang-layang, siku keluang. Tenas Effendy dikenal sebagai seniman yang berikhtiar untuk melestarikan seni bangunan dan seni tradisonal yang berasal Riau khususnya beliau mendikasikan itu untuk kesenian Melayu Riau termasuk sastra lisan. motif-motif ukiran dalam kesenian melayu klasik masih dapat kita lihat dalam bentuk ukiran kaligrafi dari ayat-ayat Al Quran atau syair-syair arab pada mimbar dan mihrab masjid-masjid tua di seluruh Riau atau yang terdapat di nisan-nisan kuno. Sementara Seni Bangunan Melayu yang asli juga terdapat di seluruh Riau. meskipun bentuk dan cirinya beraneka ragam dan tidak identik namun semuanya masih memperlihatkan hubungan benang merah yang menunjukan darimana semua itu berasal di masa lampau.


Kesimpulan

secara geografis sebenarnya Riau merupakan daerah yang terbuka terhadap berbagai pengaruh dan menerima keadaan sebagai tempat berhiumpunnya potensi dari bermacam-macam kesenian. di pedalaman Riau misalnya, kesenian tradisional di pedesaan dapat bertahan lebih kuat dibandingkan di kota karena pengaruh dari luar sangat minim untuk mencapai sebuah desa pedalaman sebagaimana yang terjadi di daerah lainnya di Indonesia. kesenian dan kebudayaan yang bernafaskan Islam bertahan dan berkembang luas di Provinsi Riau terutama di desa-desa. sedangkan warna kebudayaan melayu asli justru semakin tenggelam meskipun masih ada didapati di sebagian desa-desa di Riau namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesenian dan kebudayaan bernafaskan melayu asli semakin tenggelam terutama di kota-kota besar yang justru kurang diminati dan membiarkan hal ini terus tenggelam. Dengan melestarikannya maka bukan mustahil bila semua hal tersebut dapat dijadikan sumber pemasukkan Provinsi Riau dalam bidang kepariwisataan. Dengan bentuk geografis yang terdiri daratan dan lautan Provinsi Riau memiliki keindahan alam yang bervariasi dari mulai hutan hujan tropis dan taman nasional konservasi, bukit-bukit, gugusan kepulauan, dan taman laut. Terletak di lokasi strategis yang berdekatan dengan negara-negara tetangga juga memberikan Riau sebuah peluang untuk mendulang Rupiah dari para pengunjung luar negeri asal negara tersebut. Yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana industri wisata MICE dapat menjadi peluang yang rasional dalam pengembangan kepariwisataan di Riau.
Secara kesejarahan Provinsi Riau dulu dikenal sebagai salah satu jalur dagang para pedagang dari Eropa maupun Arab. Faktor ini membuat Riau memiliki banyak peninggalan dari masa lalu berkaitan dengan kedatangan para orang asing yang menjadi pedagang maupun berusaha untuk menguasai tanah Riau. Dampak kedatangan dari para orang-orang Eropa meninggalkan banyak objek sejarah di titik-titik tertentu yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin mengetahuinya. Potensi wisata sejarah di Riau menjadi perlu untuk diperhatikan karena begitu banyaknya titik-titik yang belum begitu terjamah untuk dirawat dan diperbaiki. Menjadi penting untuk diperbaiki karena kondisi peninggalan-peninggalan seperti bangunan bersejarah sangat rentan termakan usia karena berbagai macam faktor seperti faktor alamiah maupun faktor manusia. Barang-barang peninggalan kejayaan kerajaan masa lalu sebagian memang telah menjadi koleksi dari beberapa tempat penyumpanan koleksi disana seperti misalnya di museum. Namun beberapa dari benda bersejarah itu juga masih tercecer berserakan dan seakan menunggu untuk segera ditemukan dan disimpan sebagai salah satu magnet daya tarik kepariwisataan di dalam aspek wisata sejarah.
Dari segi kesenian dan kebudayaan Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki latar belakang kebudayaan Melayu dan ini menjadikan kesenian mereka banyak dipengaruhi oleh gaya melayu. Seiring berjalannya perkembangan jaman dan masuknya para pendatang dan penjajah kebudayaan lokal di Riau mengalami injeksi dari pengaruh kebudayaan luar yang berkembang hampir di seluruh pelosok Provinsi. Kebudayaan Islam misalnya, kini sudah menjadi unsur utama kebudayaan di Riau sehingga Kebudayaan Melayu Riau yang murni kian tertutupi karena masyarakat di Provinsi Riau padad umumnya  lebih condong untuk mengembangkan kebudayaan mereka yang bernafaskan islam ketimbang melestarikan terlebih mengembangkan kebudayaan murni melayunya. bentuk dan jenis kesenian di Riau yang paling menonjol dewasa ini adalah seni sastra, teater, dan tari. garapan hasil-hasil sastra yang bercorak daerah di Riau terus mendapat perhatian para seniman setempat yang begitu ingin untuk melestarikan kesenian Riau ini agar tidak menghilang ditelan jaman. di bidang teater misalnya teater kontemporer yang berlandaskan teater tradisional masih memiliki akar yang kuat dan tetap dipentaskan hingga hari ini. namun teater makyong dikhawatirkan akan menghilang dan yang terburuk mungkin akan punah. berbeda halnya dengan kondisi yang terjadi di bidang seni teater. seni tari dan seni suara terus berkembang dengan adanya kreasi-kreasi baru serta inovasi-inovasi yang cemerlang oleh para seniman yang menggelutinya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan jaman ternyata dapat bersinergi secara mutualisme dan berbanding lurus dengan hasilnya. didalam bidang seni hias Provinsi Riau. bahkan bisa dibilang memiliki kemajuan dan perkembangan yang paling pesat. bagaimana tidak, seni hias di Riau ternyata masih digunakan secara konsisten oleh masyarakat luas Riau pada perayaan-perayaan besar seperti acara pernikahan. selain itu juga seni hias Riau dipergunakan untuk memperindah dekorasi ruangan ketika acara-acara MICE digelar di Riau yang bernuansa Melayu. Semua ini menunjukan bahwa bila dikelola dengan benar dan tepat potensi wisata kesenian dan kebudayaan di Provinsi Riau yang beraneka ragam ini dapat menjadi suguhan utama bagi para pengunjung yang ingin mengetahui seperti apa sebenarnya kebudayaan dan kesenian di Riau dan juga sebagai alternatif yang tepat bagi para wisatawan yang ingin melihat sesuatu yang berbeda.


Madito Mahardika
4423107021

Sumber :
·         http://www.riau.go.id
·         http://www.indonesia-tourism.com/riau/
·         http://riau-wisata.blogspot.com/
·         http://www.sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_5_Sejarah-Riau.html
·         http://kampungrison.wordpress.com
·         http://www.sungaikuantan.com
·         http://wisata.kompasiana.com
·         http://info.indotoplist.com
·         http://liranews.com
·         http://wisatadanbudaya.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar