Kamis, 09 Juni 2011

UAS SKKI

                                   
Nama         : Drieka Kesuma Putri
No.Reg       : 4423107033

Istana Balla Lompoa Gowa

Sejarah Istana Balla Lompoa Gowa
Istana Balla Lompoa adalah Istana Kerajaan Gowa yang dibangun pada tahun 1936. Balla Lompoa dalam bahasa Makasar berarti rumah besar atau rumah kebesaran. pada masa pemerintahan Raja Gowa ke 31 Imangimangi Daeng Matutu. Istana ini didirikan oleh Raja Gowa ke-35, I mangimangi Daeng Matutu Karaeng Banionompo Sultan Muhamad Tahir Mudihudd Tumenangari Sungguminasa. Balla Lompoa dibangun sebagai pusat pemerintahan kerajaan Gowa sekaligus tempat kediaman raja, saat pusat kerajaan Gowa dipindahkan dari Jogaya ke Sunguminasa. Balla Lompoa pernah ditempati dua raja yaitu Imangimangi Matutu dan Raja Gowa ke 32 Andi Idjo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sulan Muhamad Kadir Aidir. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua sistem dari swapraja menjadi swatranta. Implikasinya adalah beliau menjadi Raja Gowa terakhir dan saat itu Andi Idjo Karaeng Lalolang diangkat menjadi Gubernur pertama. Sebelum Istana Balla Lompoa dibangun Imangimangi Daeng Matutu, Raja sebelumnya Andi Makalau, menggunakan rumah kediamannya di jalan kumala Makasar sebagai Istana. Saat Imangimangi berkuasa, seluruh benda peninggalan dipindahkan dari kediaman Andi Makkulau ke Istana Balla Lompoa. Kompleks Istana Balla Lompoa memiliki luas 1 hektar yang dibatasi dengan pagar tembok tinggi. Sebelum Balla Lompoa dibangun, sudah ada tempat kegiatan untuk melaksanakan pemerintahan kerajaan Gowa Orderofdeling yang berlokasi tidak jauh dan Balla Lompoa dengan diantarai lapangan Bungaya, tepatnya di lokasi kantor Bupati Kepala Daerah Tingkat dua yang kini sudah menjadi lokasi rumah toko (ruko) setelah raja Gowa XXXV wafat pada tahun 1946, beliau digantikan oleh putranya Andi Ijo Daeng Matawang Karaeng Lalolang menjadi raja Gowa terakhir yakni ke-36. Sebelum menjadi raja Andi Ijo pernah mendampingi ayahnya dalam pemerintahan dengan jabatan Tumailalang (jabatan inti dibawah raja). Setelah Andi Ijo menjadi raja, ia diberi gelar Sultan Muhamad Abdul Qaidir Aididdin. Dalam pemerintahan Andi Ijo sistem pemerintahannya berubah dan swapraja menjadi swatranta, maka praktis beliau menjadi raja Gowa terakhir dengan terbentuknya sebagai daerah otonom tingkat II. Pada saat itu Andi Ijo Karaeng Lalolang diangkat menjadi kepala daerah tingkat II Gowa pertama dengan gelar Sri Raja/Kepala Daerah Gowa. Inididasarkan atas keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor UP 7/2/24 tanggal 6 februari 1957. Masa pemerintahannya dan tahun 1946 hingga tahun 1160. Setelah jabatan Andi Ijo berakhir sebagai kepala daerah tingkat II Gowa pertama, beliau lalu pindah ke Jongaya. Pada tanggal 9 januari 1978 beliau wafat dan di beri gelar Tumenanga ri  Jongaya artinya orang yang wafat di Jongaya. Makam beliau berdekatan dengan mesjid Tua dan makam raja di Katangka. Dengan berakhirnya sistem pemerintahan Kerajaan di Balla Lompoa, otomatis fungsi Balla Lompoa berubah status yakni dan istana menjadi sebuah museum. Disamping mempunyai nilai historis, Balla Lompoa juga memiliki nilai religius yang berpedoman pada falsafah hidup manusia. Masyarakat Gowa memiliki sifat komologi dan berfikir bahwa hidup ini hanya tercapai bila antara makroosmos dan mikrokosmos senantiasa terjalin hubungan harmonis equilibrium kosmologis. Atas dasar falsafah ini tercermin dalam rumah adat Makasar Gowa, misalnya pandangan bahwa alam semesta ini secara horizontal bersegi empat Sulapa Appa ini, kalau dikaitkan dengan unsur kejadian manusia itu juga terjadi dan empat unsur : yakni tanah, air, api dan angin. Seorang manusia itu mempunyai tubuh dan anggota-anggota badannya serta alat panca indra, oleh karena itu seluruh rumah juga harus mempunyai alat-alat tubuh. Hal ini dapat dilihat
# Seorang manusia mempunyai selngkang, pada rumah disebut bate-bate
# Seorang manusi mempunyai tulang punggung rumah itu disebut Aju lekke
# Seorang manusia mempunyai kaki, pada rumah itu disebut benteng (tiang)
# Manusia mempunyai urat nadi pada rumah itu disebut pattodo
Kota Makassar, Sulawesi Selatan, masih memelihara artefak sejarah kejayaan masa lalunya. Diantaranya adalah sebuah bangunan rumah panggung berwarna coklat. Seluruh bangunan itu terbuat dari kayu. Kokoh berdiri, meski terlihat jelas usianya tidak muda lagi. Itulah Istana Balla Lampoa, bekas Istana kerajaan Gowa. Balla Lompoa dalam bahasa makassar berarti rumah besar atau rumah kebesaran. Saat memasuki Istana Balla Lompoa, anda akan dijamu dengan hamparan meja makan dengan tudung saji warna merah. Namun jangan berharap terlalu banyak, dibalik tudung saji yang berwarna merah merona yang menggoda itu ternyata hanya ada piring berwarna putih kosong, tanpa ada isinya. “ini untuk menerima tamu”. Posisi meja memperlihatkan posisi pemnerimaan tamu saat jamuan raja.
Istana Balla Lompoa adalah sisa-sisa istana kerajaan gowa yang sekarang berfungsi sebagai museum. Didalamnya terdapat berbagai harta pustaka peninggalan kerajaan Gowa pada zaman keemasannya. Istana ternate dan balla Lompoa Gowa terletak bersebelahan satu komplek di sungguminasa Gowa. Jarak lokasi ini sekitar 15 kilometer daris sebelah selatan pusat kota makasar(lapangan karebosi). Kompleks kerajaan Gowa ini terdapat di pusat Ibukota kabupaten Gowa, Sungguminasa, Bangunan itu sama-sama berbentuk rumah pangung. Warnanya coklat tua seluruhnya terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Tampak jelas usia bangunan ini tak lagi muda. Luas komplek adalah 1 hektar dan di kelilingi pohon tinggi. Bangunan Istana Tamalate lebih besar dari Balla Lompoa. Adalah istana pertama kerajaan Gowa sebelum kota raja dipindahkan ke dalam Benteng Somba Opu. Tapi istana tamalape yang sekarang berdiri di kompleks tersebut bukan bangunan asli. Karena yang asli sudah punah terkubur mati. Sementara Balla Lompoa Gowa adalah Istana asli Kerajaan Gowa. Balla Lompoa dalam bahasa makasar rumah besar atau rumah kebesaran. Fungsi Balla Lompoa adalah museum yang menyimpan simbol-simbol kerajaan seperti, payung, senjata, mahkota, pakaian, bendera kebesaran serta barang-barang lainnya termasuk sejumlah naskah lontara. Bangunan Istana merupakan gabungan dari bangunan-bangunan utama dan pendukung yang saling terhubung. Bangunan dihubungkan dengan sebuah tangga setinggi lebih dari dua meter. Pada Istana Balla Lompoa terdapat 36 raja yang pernah memimpin, dan berikut adalah daftar nama-nama raja di Balla Lompoa.

Daftar Nama Raja-Raja Gowa :
1. Tumanurunga (+ 1300)
2. Tumassalangga Baraya
3. Puang Loe Lembang
4. I Tuniatabanri
5. Karampang ri Gowa
6. Tunatangka Lopi (+ 1400)
7. Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
8. Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
9. Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna (awal abad ke-16)
10. I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
11. I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
12. I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590).
13. I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593).
14. I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna
Berkuasa mulai tahun 1593 – wafat tanggal 15 Juni 1639. Merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk agama Islam.[1]
15. I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna
Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November 1653
16. I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla’pangkana
Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670
17. I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu’
Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681.
1. I Mallawakkang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminanga ri Passiringanna
18. Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara
Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19. I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
20. La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
21. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22. I Manrabbia Sultan Najamuddin
23. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun 1735)
24. I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
25. I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
26. Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
27. I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
28. I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
29. I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
30. I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
31. La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32. I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna (1826 – wafat 30 Januari 1893)
33. I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893- wafat 18 Mei 1895)
34. I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu’na
Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895. Ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906.
35. I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
36. Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1956-1960) merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di Jongaya pada tahun 1978.

Arsitektur Istana Balla Lompoa Gowa
Arsitektur seluruh bangunan Istana Balla Lompoa terbuat dari kayu ulin dan kayu besi,begitu seluruh atapnya sehingga bangunan istana ini dijamin andal menghadapi cuaca.  Keseluruhan bangunan Istana berwarna coklat tua dan memiliki puluhan tiang penyangga. Desain Istana Balla Lompoa ini berbentuk rumah panggung. Bangunan utama mempunyai 54 tiang, dinding berwarna coklat antik. Sisi kiri dan kanan dinding mempunyai enam buah jendela, sementara itu bagian depan mempunyai empat buah jendela. Sebagaimana rumah khas etnis Makasar. Balla Lmpoa mempunyai bangunan tambahan di depan dengan enam belas tiang. Pada bangunan tambahan ini ditempatkan tangga, dengan junlah tiga belas anak buah tangga. Bangunan Istana memiliki arsitektur khas Sulawesi Selatan (Bugis) yaitu rumah panggung dengan tangga berketinggian lebih dari dua meter untuk masuk ke teras Istana. Di teras Istana itulah biasa digunakan untuk menerima tamu, atau bercengkrama. Ciri khas bangunan Bugis adalah berjendela banyak, masing-masing berukuran sekitar 0,5 x 0,5 meter. Rumah Raja itu kini beralih fungsi sebagai museum. Ruangan di dalam rumah itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang utama seluas 60 x 40 meter dan ruang teras seluas 40 x 4,5 meter. Di dalam ruang utama terdapat tiga bilik berukuran 6 x 5 meter. Satu bilik adalah kamar pribadi raja, satu bilik lagi adalah tempat-tempat peniggalan pusaka, sementara bilik lainnya merupakan bilik kerajaan. Adapun  bangunana dibagian belakang adalah tempat permaisuri dan keluarganya. Diruangan utama ini, terdapat singgasana raja yang diletakkan di tengah-tengah ruangan. Peninggalan simbol-simbol kerajaan seperti mahkota, senjata, payung raja, pakaian, bendera kebesaran serta barang-barang lainnya termasuk sejumlah naskah lontar juga tersimpan di ruang utama museum Balla Lompoa.
Istana Balla Lompoa itu adalah rumah panggung atau rumah yang memakai tiang (benteng). Dasar ukuran yang dipakai itu sendiri yaitu lamak (Makasar). Lebar rumah ini diambil dari ukuran lamak orang yang menempati bangunan tersebut, panjang lamak itu dibagi tiga atau dilipat tiga kemudian diambil dua pertiganya, lalu yang dua pertiga itu dibagi delapan atau dilipat delapan lagi. Tetapi diusahakan agar ukuran bilangannya itu ganjil umpamanya 7,9 atau 11 dst.
Tinggi puncak ini diambil dari padongko ditambah dua jari wanita atau isteri dan pemilik rumah. Tinggi kolong Pa risingan pada bangunan ini diukur ketika kita berdiri sampai telinga dan pada waktu duduk sampai pada mata (laki-laki), kemudian dijumlahkan maka jumlahnya itulah merupakan tinggi kolong. Tinggi kolong berfungsi sebagai tempat ternak, tempat menumbuk, menenun serta macam-macam pekerjaan yang tidak di kerjakan diatas rumah. Posisi rumah tidak boleh dibangun di sembarang tempat tetapi harus dipilihkan tempat yang baik yang bisa membawa bahagia pada pemiliknya. Umumnya posisi bangunan arahnya melintang timur barat, bekas cabang merupakan cacat pada kayu yang akan dijadikan tiang-tiang tertentu pada bangunan. Waktu untuk mendirikan bangunan harus dipilihkan waktu yang baik misalnya awal kamis (atau kamis pertama) setiap bulan. Secara vertikal, kosmos ini terdiri dari langit, bumi pertiwi yang menjadi angka tiga adalah angka kosmos. Pandangan tiga kosmos ini menandakan ada dunia atas, tengah dan bawah. Ini pula terbentuk dalam gambar rumah adat orang Makasar yang terdiri dari tiga susun, yakni bagian atas rumah disebut loteng (pammakang), bagian tengah rumah merupakan badan rumah (Kale Balla) dan pada badan bawah rumah disebut kolom (passiringan). Dan sekian banyak tiang terdapat salah satu tiang tengah yang disebut pocci balla (pusat rumah). Pada bagian rumal induk lagi terdapat beberapa ruangan yang dimanifestasikan sebagai ciri manusia, yakni ruang depan (padda serang riolo) dianggap sebagai kepala manusia, ruang tengah (padaserang ritanga) dianggap sebagai badan manusia (mulai leher hingga perut) dan ruangan belakang (padaserang ri boko) dianggap sebagai kaki manusia. Balla Lompoa bubungannya terdiri atas 5 susun, yang merupakan manifestasi dan kehidupan makokosmos. Demikian pula dengan anak tangga 13, tiang 79 buah, jendela 72 buah, pintu 11 buah, yang kesemuanya menggambarkan angka ganjil. Luas keseluruhan Balla Lompoa adalah 32 m x 20 m dengan tinggi 7 meter, dengan petak kamar sebanyak 10 buah.


Koleksi Sejarah Istana Balla Lompoa Gowa
Di Istana Balla Lompoa ini tersimpan 140 koleksi benda kerajaan yang tak ternilai seperti mahkota, gelang, kancing, kalung, keris, bendera kebesaran dan benda-benda lain yang umumnya terbuat dari emas murni dan dihiasi berlian, batu rubby, intan maupun permata. Koleksi perhiasan dan pustaka Istana rata-rata memiliki bobot 700 gram, bahkan ada yang 1 kilogram. Selain perhiasan berharga masih ada benda lain, seperti 10 tombak, keris, tujuh naskah lontara, juga dua buah kitab al Quran yang ditulis tangan pada tahun 1848.. Di Istana ini dapat dijumpai peninggalan Raja Gowa pertama Karaeng Tomanurung Bainea seperti Salekoa berupa mahkota emas seberat 1768 gram, kalung emas dan gelang tangan berbentuk naga dua pasang serta benda-benda lainnya yang didominasi emas. Dapat pula dijumpai peralatan perang, tujuh buah naskah akara lontara, sililah kerajaan Gowa, sampai al-quran yang konon ditulis oleh ulama besar Syeh Yusuf. Sealin benda tersebut masih terdapat benda lain peninggalan Karaeng Bayo . Untuk penyucian benda-benda ini, setiap tahunnya diadakan upacara accerak Kalompoang bertepatan dengan Idul Adha.
Salokoa adalah mahkota kerajaan yang konon keberadaannya bersamaan dengan kehadiran putri Gowa pertama Tumanurung Baineya pada tahun 1320.  Salokoa ini terbuat dan emas murni dan beberapa butiran berlian. Berkat pemeliharaan  secara turun temurun, sampai kini masih utuh dan bisa disaksikan di Museum Balla Lompoa.  Mahkota ini mempunyai ukuran garis tengah 250 bat berat 1.768 gram. Bentuknya menyerupai kerucut bunga teratai yang memiliki lima helai kelompok daun. Merupakan salah satu benda kebesaran kerajaan Gowa yang sebagai mahkota bila ada pelantikan raja.

Salokoa.
Salokoa kini, tidak hanya berupa mahkota, juga akan simbol persatuan dan keluarga Raja-raja Gowa. Keadaan organisasi Salokoa juga sangat berpengaruh terhadap kehidupn bermasyarakat di Butta Gowa.
Selain membawa mahkota, juga gelang emas yang disebut Ponto Jangang-jangangnga. Gelang  ini terbuat dari emas murni seberat 985,5 gram,  bentuknya seperti naga melingkar, sebanyak 4 buah, Gelang ini ada berkepala dua yang disebut  Malimpuang dan naga berkepala satu yang dinamai

Tunipattoang.
Gelang Jangang-jangangnga ini juga termasuk benda gaukang (kebesaran). Sudanga merupakan senjata sakti yang dibawa oleh Karaeng Bayo. Suami Tumanurunga saudara Lakipadada.
Rante Kalompoang (Tobo Kauku) yang terbuat dari emas murni yang merupakan atribut raja yang berkuasa, jumlahnya 6 biji. Mata Tombak, yang terdiri dari tiga buah (Tama’dakkaya, I Jinga’ dan I bu’le).
Lasippo (Parang panjang). Benda ini sering digunakan oleh raja sebagai pertanda untuk mendatangi suatu tempat yang akan  dikunjungi. Panjang 62 cm dan lebar 6 cm. Jenis perhiasan Iainnya yang kini tersimpan di Museum Balla Lompoa adalah Subang, merupakan perhiasan terbuat dan emas murni. Bentuknya seperti anting-anting. Jumlahnya 4 buah. Benda ini merupakan perlengkapan putri raja jika menghadiri suatu acara kebesaran. Panjang 62 cm, lebar 5 cm dan berat seluruhnya 287 gram. Benda ini adalah warisan dan

Tumanurunga.
Tatarapang adalah sejenis keris, terbuat dari besi tua bersarung emas dipenuhi permata. Dipakai pada upacara kerajaan. Beratnya 986,5 gram, panjang 51 cm. lebar 13 cm. Benda kerajaan ini merupakan pemberian dan Raden Patah Raja Demak pada abad 16 sebagai tanda persahabatan. Kancing Gaukanig terbuat dari emas murni. Jumlahnya 4 buah. Alat ini merupakan perlengkapan kerajaan. Beratnya 277 gram, garis tengah 11,5 cm Pusaka dan Tumanurunga.Penning Emas terbuat dan emas murni, yang merupakan pemberian dan Kerajaan Inggris sebagai tanda persahabatan dengan Kerajaan Gowa pada tahun 1814.
Kolara atau Rante Manila (sejenis kalung). Benda ini adalah pemberian dari Kerajaan Sulu (Manila) pada abad XVI. Medali Emas adalah pemberian kerajaan Belanda sebagai tanda persahabatan dengan Gowa.
Cincin Gaukang, yang merupakan perhiasan wanita yang sering dipakai oleh permaisuri pada saat upacara adat, Disamping benda-benda Historika tersebut di atas, pada Museum Balla Lompoa terdapat berbagai jenis koleksi lainnya. seperti Keramologika, Etnografika, Numismatik dan Heraldika, Filologika, Biologika, Geolgika/Geografika, Seni Rupa dan Teknologika.


Peranan Raja pada dewasa ini
Andi Ijo Daeng Matatawang Karaeng Lalolang Sultan Muhamad Abdul Kadir Aidudin adalah raja ke-36 yang dalam masa pemerintahannya terjadi perubahan sistem dari swapraja menjadi swatranta, beliau menjadi Raja Gowa terakhir dan saat itu Andi Ijo Karaeng Lalolang diangkat menjadi Bupati pertama.


Refleksi Kejayaan Masa Lalu
Rumah itu berdiri angkuh di jantung kota Sungguminasa Ibukota Kab Gowa. Meski dikelilingi bangunan berarsitektur modern, salah satu artefak kerajaan Gowa itu memancarkan aura kemegahan.Waktu menunjukkan pukul 10.00 wita. Kondisi sekitar Ballompoa terlihat berubah. Lantai dasar Balla Lompoa yang terbuat dari marmer sehingga menyerupai taman, tangga-tangga yang terdapat di halaman Balla Lompoa, kolam, dan tulisan besar yang baru saja dibangun dalam kawasan ini, semakin mengundang hormat dan khidmat yang dalam.Apalagi posisi balla lompoa yang sudah terangkat setinggi tiga meter sehingga sejajar dengan istana tamalate yang persisi berdiri di samping istana tersebut. Maklum saja, Bangunan simbol kerajaan Gowa terakhir itu baru saja mendapat sentuhan revitalisasi dengan dana Rp23 miliar.Dalam kekiniannya, Ballalompoa beralih fungsi menjadi museum budaya dan menjadi tempat penyambutan tamu-tamu penting daerah. Menurut Kabag Humas dan Protokoler Gowa arifuddin Saeni, Pemkab Gowa melakukan revitalisasi kawasan Balla Lompoa di atas lahan seluas 2,6 hektare (ha) sehingga Istana Peninggalan kerajaan Gowa tersebut diproyeksikan menjadi rumah kayu terbesar di dunia.Menurutnya, revitaliasi ini bertujuan untuk mengaktualisasikan kembali jejak kejayaan masa lampau. Apalagi Kerajaan Gowa pernah mencapai masa keemasan sebagai kerajaan terbesar di belahan timur nusantara dan masih memiliki rekaman peradaban sejarah yang tersimpan dalam situs budaya Balla Lompoa atau Istana Kerajaan.Dua menegaskan, revitalisasi ini tidak akan mengubah istana yang telah ada, kecuali menambah arsitek baru yang menjadi pelengkap untuk aktivitas budaya di kawasan tersebut, dan sudah saatnya kawasan ini mendapat perhatian sesuai perkembangan, yang ada dengan tidak meninggalkan nilai budaya. peresmian akan dilakukan Gubernur Sulsel yang disaksikan ribuan tamu yang diundang Pemkab Gowa. Dari perhelatan ini sekira 3.000 lembar undangan disebar Pemkab.S elain Gubernur Sulsel dan pejabat-pejabat Pemprov serta DPRD Sulsel, juga dihadiri Dirjen Pengembangan Destinasi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Gowa, Rimba Alam Pangeran mengatakan, peresmian ini ditandai dengan gelar budaya menyangkut lintas sejarah budaya Gowa. Juga, akan digelar pergantian pasukan jaga museum yang mulai resmi menjaga kompleks museum dan seterusnya. Di kawasan ini akan dijaga 30 pasukan tubarani museum secara bergantian.
‘’Serangkaian peresmian wajah baru museum ini juga menjadi satu kebanggaan tersendiri karena kita meraih rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk kategori pengangkatan museum pertama secara manual di Indonesia. Insya Allah, piagam MuRI ini akan diserahkan langsung Direktur MuRI, Jaya Suprana,’’ terang Rimba.(herni amir)
Mei mendatang, Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa menargetkan melaksanakan revitalisasi tahap II Balla Lompoa. Revitalisasi tersebut diperkirakan menghabiskan anggaran senilai Rp 10 miliar. Kepala Dinas pariwisata Kabupaten Gowa Rimba Alam mengatakan, revitalisasi tahap kedua itu adalah pengangkatan museum Balla Lompoa setinggi tiga meter dari kondisi sebelumnya.Menurutnya, pemerintah Kabupaten Gowa telah menyiapkan dana sebesar Rp 10 miliar untuk upaya revitalisasi tersebut. “Anggarannya,sebanyak 10 milliar,”jelas Rimba kemarin. Rimba menambahkan, selain upaya pengangkatan Balla Lompoa, pada revitalisasi tahap kedua tersebut, Balla lompoa akan di gabungkan dengan Balla Temalate. Sehingga, keduarumahtersebutnantinya akan menjadi rumah panggung dengan material kayu terbesar di Indonesia. Pada proses pengangkatan pengangkatan Balla Lompoa itu,benda- benda pusaka rencananya tidak akan di keluarkan dari Balla Lompoa. Setelah diangkat,lantai dasar Balla Lompoa juga akan dilapisi marmer Sehingga, lantai dasar tersebut akan berbentuk taman. Kabag Humas dan Protokoler Gowa Arifuddin Saeni menjelaskan, Pemkab Gowa melakukan revitalisasi kawasan Balla Lompoa di atas lahan seluas 2,6 hektare (ha). Istana Peninggalan Kerajaan Gowa tersebut diproyeksikan menjadi rumah kayu terbesar di dunia. “Ini akan mengalahkan rumah kayu yanga ada di Jepang.

Untuk pembangunan sendiri dianggarkan Rp23 miliar dengan realisasi dua tahun anggaran,”ungkapnya. Dia menambahkan, revitaliasi ini bertujuan untuk mengaktualisasikan kembali jejak kejayaan masa lampau.

Lokasi, Akses dan Akomodasi
Lokasi museum Balla Lompoa berada di Jalan Sultan Hasanudin No.48 Sungguminasa, Somba Opu, Kbaupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Akses menuju museum ini terletak di kota Sungguminasa yang berbatasan langsung dengan kota Makassar. Perjalanan dapat ditempuh dengan mnggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum, baik roda empat maupun roda dua.
Akomodasi dan fasilitas, di dalam komplek tersedia pelayanan jasa guide yang akan memberikan informasi
Sultan di Makssar
Sultan Hasanudin (11 januari 1631 – 1 juni 1670) adalah Sultan Makassar yang menghabiskan sepanjang hidupnya melawan pihak Belanda yang manakluk Makassar dengan bantuan Arung Palakka, seorang putera Bone.
Sultan Hasanuddin dimakamkan di perkuburan diraja di Katangga, Makassar. Makam-makam raja Makassar terdiri daripada batu-batu yang besar yang bertaburan antara pokok bunga “kamboja” putih serta pokok bunga merah darah. Mengikut legenda raja-raja Makassar merupakan keturunan Tomanurung dan dihantar dari langit untuk menjadi raja-raja. Masjid yang berdekatan perkuburan ini dibina pada tahun 1903 dan dibaik puih 1978.


Selayang Pandang
Museum Balla Lompoa merupakan rekonstruksi dari istana Kerajaan Gowa yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-31, I Mangngi-mangngi Daeng  Matutu, pada tahun 1936. Dalam bahasa Makassar, Balla Lompoa berarti rumah besar atau rumah kebesaran. Arsitektur bangunan museum ini berbentuk rumah khas orang Bugis, yaitu rumah panggung, dengan sebuah tangga setinggi lebih dari dua meter untuk masuk ke ruang teras. Seluruh bangunan terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Bangunan ini berada dalam sebuah komplek seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar tembok yang  tinggi.
Bangunan museum ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang utama seluas  60 x 40 meter dan ruang teras (ruang penerima tamu) seluas 40 x 4,5 meter. Di  dalam ruang utama terdapat tiga bilik, yaitu: bilik sebagai kamar pribadi raja,  bilik tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, dan bilik kerajaan. Ketiga  bilik tersebut masing-masing berukuran 6 x 5 meter. Bangunan museum ini juga  dilengkapi dengan banyak jendela (yang merupakan ciri khas rumah Bugis) yang  masing-masing berukuran 0,5 x 0,5 meter.

Museum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa. Benda-benda bersejarah tersebut dipajang berdasarkan fungsi umum setiap ruangan pada bangunan museum. Di bagian depan ruang utama  bangunan, sebuah peta Indonesia  terpajang di sisi kanan dinding. Di ruang utama dipajang silsilah keluarga  Kerajaan Gowa  mulai dari Raja Gowa I, Tomanurunga pada abad ke-13, hingga Raja Gowa terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng  Lalongan (1947-1957). Di ruangan utama ini, terdapat sebuah singgasana yang di letakkan pada area khusus di tengah-tengah ruangan. Beberapa alat perang, seperti tombak dan meriam kuno, serta sebuah payung lalong sipue (payung yang dipakai raja ketika pelantikan) juga terpajang di ruangan ini.

Museum ini pernah direstorasi pada tahun 1978-1980. Hingga saat ini, pemerintah daerah setempat telah mengalokasikan dana sebesar 25 juta rupiah per  tahun untuk biaya pemeliharaan secara keseluruhan.


Keistimewaan
Museum Balla Lompoa menyimpan koleksi benda-benda berharga yang tidak hanya bernilai tinggi karena nilai sejarahnya, tetapi juga karena bahan pembuatannya dari emas atau batu mulia lainnya. Di museum ini terdapat sekitar 140 koleksi benda-benda kerajaan yang bernilai tinggi, seperti mahkota, gelang, kancing, kalung, keris dan benda-benda lain yang umumnya terbuat dari emas murni dan dihiasi berlian, batu ruby, dan permata. Di antara koleksi tersebut,  rata-rata memiliki bobot 700 gram, bahkan ada yang sampai atau lebih dari 1  kilogram. Di ruang pribadi raja, terdapat sebuah mahkota raja yang berbentuk  kerucut bunga teratai (lima  helai kelopak daun) memiliki bobot 1.768 gram yang bertabur 250 permata  berlian. Di museum ini juga terdapat sebuah tatarapang, yaitu keris emas  seberat 986,5 gram, dengan pajang 51 cm dan lebar 13 cm, yang merupakan hadiah  dari Kerajaan Demak. Selain perhiasan-perhiasan berharga tersebut, masih ada koleksi benda-benda bersejarah lainnya, seperti: 10 buah tombak, 7 buah naskah  lontara, dan 2 buah kitab Al Quran yang ditulis tangan pada tahun 1848.
Balla Lompoa atau Istana Kerajaan Gowa menorehkan satu rekor dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) kategori pengangkatan museum pertama secara manual di Indonesia. Penyerahan piagam Muri akan diberikan bertepatan dengan peresmian Balla Lompoa yang telah direvitalisasi hari ini. “Serangkaian peresmian wajah baru museum ini juga menjadi satu kebanggaan tersendiri karena kami meraih rekor Muri. Insya Allah, piagam Muri ini akan diserahkan langsung Direktur Muri Jaya Suprana,” kata Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gowa, Rimba Alam Pangeran.
Istana Balla Lompoa raih rekor MURI.
Peresmian ini ditandai oleh gelar budaya menyangkut lintas sejarah budaya Gowa, di antaranya digelar pergantian pasukan jaga museum yang mulai resmi bertugas dan seterusnya. Kawasan ini akan dijaga 30 pasukan tubarani museum secara bergantian. Rencananya peresmian dilakukan Gubernur Sulsel sekitar pukul 09.00 WITA, dan disaksikan ribuan tamu undangan. Selain Gubernur Sulsel dan pejabat-pejabat Pemprov serta DPRD Sulsel, akan hadir Dirjen Pengembangan Destinasi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Setelah direvitalisasi kondisi sekitar Balla Lompoa terlihat berubah. Lantai dasar dilapisi marmer sehingga menyerupai taman. Perbaikan tangga-tangga di halaman, kolam, dan tulisan besar yang baru saja dibangun dalam kawasan ini menerbitkan aura kebesaran kejayaan Kerajaan Gowa pada masa lalu. Apalagi posisi Balla Lompoa yang sudah terangkat setinggi 3 meter sehingga sejajar dengan Istana Tamalate yang persis berdiri di samping istana tersebut.
Maklum saja, bangunan simbol Kerajaan Gowa terakhir itu baru saja mendapat sentuhan revitalisasi dengan dana Rp23 miliar. Balla Lompoa saat ini menjadi museum budaya dan tempat penyambutan tamu-tamu penting daerah. Menurut Kabag Humas dan Protokoler Gowa, Arifuddin Saeni, Pemkab Gowa merevitalisasi kawasan Balla Lompoa di atas lahan 2,6 HA.


Peresmian Muesum Balla Lompoa.
Gubernur Sulawesi Selatan, H. Syahrul Yasin Limpo bersama Bupati Gowa, H. Ichsan Yasin Limpo didampingi  Pemangku Adat Gowa, Bau Tayang disaksikan tokoh adat, tokoh agama dan undangan melakukan penandantanganan prasasti tanda diresmikannya Balla Lompoa atau Istana Kerajaan Gowa di Sungguminasa,  Rabu, 9 Maret 2011. Peresmian revitalisasi Museum Balla Lompoa ini ditandai dengan prosesi pergantian pasukan jaga tubarani serta pagelaran budaya lintasan sejarah kerajaan Gowa pasca revitalisasi. Gubernur dalam sambutannya berpesan kepada Bupati Gowa agar menjadi bupati yang baik,  bahkan mensupport untuk kerja keras dan bertanggung jawab menjaga serta menghidupkan museum Gowa yang sangat bersejarah tersebut.
Kawasan Balla Lompoa yang direvitalisasi ini akan berlangsung dalam tiga tahap. Peresmian pengerjaan tahap pertama dan tahap kedua telah dilaksanakan. Sedangkan untuk tahun anggaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2009 dianggarrkan senilai Rp 5 miliar dan tahun 2010 senilai Rp 10 miliar. Untuk tahap ketiga diperkirakan akan menghabiskan anggaran Rp 23 miliar.
Sementara itu, Senior Manager Museum Rekor Indonesia (MuRI), Paulus Pangka mewakili Ketua Umum MURI, Jaya Suprana menyertai penyerahan piagam MuRI untuk kategori pengangkatan museum Istana Balla Lompoa secara manual pertama di Indonesia. Piagam rekor ini diserahkan Gubernur kepada Bupati Gowa disaksikan Panglima Kodam VII Wirabuana, Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan serta jajaran petinggi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Gowa. Paulus mengatakan bahwa revitalisasi istana ini memperoleh rekoor karena hanya menggunakan tenaga manusia pada proses pengangkatan bangunan fisik Istana Tamalate dan Balla Lompoa. Istana diangkat setinggi 3,20 meter secara manual oleh manusia dibantu oleh hidrolik tanpa merusak dan mengurangi isi dari istana.

Turut hadir pada acara tersebut Direktorat Jendral Pengembangan Destinasi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, senior manager MuRI Paulus Pangka, Kepala Kepolisian Daerah, Johny Wainal Usman, Panglima Kodam VII Wirabuana, Pangkoopsau, Bupati Bantaeng serta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.


Sumber informasi :
-http://perdanarezky.wordpress.com/2011/04/08/mengenal-ballalompoa-dan-koleksi-historika/
-http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2010/11/sisa-sisa-peradaban-kerajaan-kembar.html
-http://liburan.info/content/view/858/43/lang,indonesian/
-http://humasgowa.com/2011/03/08/istana-balla-lompoa/
-http://www.ceritacika.co.cc/2010/08/menyusuri-kemegahan-istana-balla-lompoa.html
-http://www.mymakassar.com/in/wisata-sejarah/77-balla-lompoa-istana-kesultanan-gowa
-http://wisatamelayu.com/id/object/116/209/museum-balla-lompoa/?nav=geo
-http://www.maiwanews.com/berita/daftar-nama-raja-raja-gowa/
-http://www.sulsel.go.id/indo/berita-245-peresmian-revitalisasi-museum-balla-lompoa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar