Kamis, 09 Juni 2011

WAWANCARA DENGAN ARSITEKTUR


WAWANCARA DENGAN ARSITEKTUR


NAMA  :                 ABDUL AZIZ MUSLIM
                             BERTO PRAMADYA
                             PUGO SURYA ADHITAMA
                             PUTRA TEGAR ADI
                             TEZAR ARIF

Narasumber  :       Ir. Heri Sanyoto

P  : Sejak kapan bapak bergelut didunia arsitektur ?

N  : Sejak tahun 1981

P  : Bagaimana caranya bapak bisa menjadi seorang arsitektur ?

N  : Melalui pendidikan formal pada fakultas teknik arsitektur dan bekerja pada kantor perencanaan  griya arsikan.

P  : Suka dukanya menjadi seorang arsitektur ?

N  : Sukanya apabila mendapatkan sebuah proyek memiliki kepuasan batin karena bisa mengabdikan diri pada dunia arsitektur. Dukanya yaitu masyarakat Indonesia khususnya yang hidup dikota-kota kecil belum banyak memahami tentang dunia arsitektur sehingga pembuatan-pembuatan gedung maupun perumahan tidak sesuai standar serta cenderung orang-orang dikota-kota kecil membangun bangunan rumah tinggal mereka hanya sebatas tempat tinggal hanya untuk tempat berteduh, padahal menurut arsitektur ruma tinggal merupakan suatu bangunan yang harus memperhatikan keindahan, kekuatan bangunan, efesiensi ruang tata letak serta rumah harus identik dengan pemilik, oleh sebab itu dalam dunia arsitektur tercipta suatu motto rumahku adalah istanaku.

P  : Menurut bapak pengertian arsitektur itu apa ?

N  : Arsitektur adalah ilmu mengenai dunia bangunan yang meliputi perencanaan, design, seni , interiaor maupun eksterior fisik bangunan, pemakaian bahan-bahan bangunan sesuai standar ilmu kesehatan lingkungan bagi manusia baik berupa perumahan,  pelabuhan, perkantoran, pusat bisnis, fasilitas umum, monument-monument, gedung-gedung keagamaan, olaraga, dll.

P  : Kalau boleh tahu gaya arsitektur bapak lebih condong kemana?

N  : Gaya minimalis dan gaya tropis.

P  : Kalau minimalis dan tropis itu konsepnya seperti apa?

N  : Kalau minimalis menonjolkan fungsi-fungsi struktur yang sangat efesien serta garis-garis lurus dalam penggunaan material alam seperti batu, koral, bata, sangat dominan serta tidak banyak lekukan, bahan finishing mengenai warna cat cenderung putih, hitam, abu-abu, merah dan krem. Dan banyak  menggunakan pencahayaan yang tidak memakai profil. Kalau tropis penggunaan material banyak menggunakan kayu, genteng, tidak bergelasur dan ornament tidak menggunakan bata serta warna cenderung coklat.

P  :  Apakah ada perbedaan antara gaya tradisional dan gaya tropis?

N  : Untuk di Indonesia Gaya tradisional itu gaya tropis, yang dimana pemakaian bahan cenderung dari bahan/material setempat. Namun untuk diluar negri gaya tropis tidak identik dengan gaya tradisional.

P  : Selain merancang rumah apakah bapak pernah merancang bangunan lain?

N  : Pernah seperti perkantoran, showroom, mall ramayana dan mall matahari. Masjid, gudang, kolam renang, sekolahan , dan rumah sakit.

P  : Berapa penghasilan terbesar bapak selama menjadi arsitektur ?

N  : Rp. 76.000.000,00.

P  : Apakah bapak pernah merancang bangunan di luar negri ? jenis apa yang bapak pernah rancang?

N : Belum pernah. 

P  : Apakah bapak senang menjadi seorang arsitektur ?

N  : Terpaksa, pada waktu itu mengingat keluarga banyak yang masuk teknik sipil, sehingga pilihannya berbeda dengan keinginan semula sehingga ikut jurusan teknik arsitektur, karena pengembangan pada pekerjaan sehingga mau tak mau mengikuti pekerjaan, terutama berkecimpung pada dunia konsultan bangunan. Sejak tahun 1987 menggeluti pekerjaan sebagai kepala studio sehingga oleh pihak perusahaan banyak diberi tugas dan menimba ilmu pada kursus-kursus teknik dilingkungan cipta karya kementrian perumahan dan seminar-seminar yang diprakarsai oleh ikatan arsitektur Indonesia.

P  : Biasanya bapak merancang bangunan untuk siapa? pemerintah atau swasta ?

N  : Bahwa perancangan atau perencanaan bangunan selain Pemerintah dan Swasta masih juga mendapat pekerjaan dari perseorangan ataupun yayasan.

P  : Apakah bapak pernah mendapatkan penghargaan ?

N : Belum pernah.

P  : Apakah dalam dunia arsitektur ada nilai seninya atau tidak ?

N  : Ada, arsitektur memang memakai banyak kultur budaya maupun seni. Karena ilmu arsitektur selalu berorientasi tentang keindahan, kenyamanan, bentuk bangunan, juga design-design seni seperti kaca patri, ukir-ukiran, patung, pertamanan yang semuanya itu berhubungan dengan seni.

P  : Apakah seorang arsitekur bisa dibilang juga seniman? alasannya?

N  : Seniman, karena banyak berurusan dengan seni/art. Namun dahulu arsitektur cenderung mengikuti gaya sipil sehingga pada waktu itu di Indonesia sebelum teknik arsitektur lahir terlebih dahulu terjadi pecahan ilmu sipil yaitu sipil basa, sipil kering,sipil perencanaan. Sipil perencanaanlah yang merupakan cikal bakal lahirnya teknik arsitektur di Indonesia.

P   : Menurut bapak rumah-rumah diIndonesia cocoknya menggunakan gaya apa?

N  : Untuk perumahan di Indonesia karena Indonesia adalah negara tropis, maka gaya arsitektur yang cocok di Indonesia adalah gaya tradisional atau gaya tropis, mengingat gaya ini benar-benar memakai material-material yang tidak banyak menggunakan komponen luar negri.

P : Kalau menurut bapak untuk menjadi bagaimana seorang arsitektur?

N : Punya keinginan kuat untuk minimba ilmu mengenai lingkungan seni, tradisi, setiap kebudayaan baik kebudayaan bangsa sendiri maupun kebudayaan bangsa lain, Mengingat arsitektur harus menjiwai dari kebudayaan tersebut. 

P : Jadi arsitektur khususnya di indonesia menurut bapak bisa dibilang enak  atau tidak?

N : Karena profesi arsitektur belum menjangkau kepada masyarakat bawah cenderung yang mempergunakan jasa arsitek adalah orang-orang kelas menengah keatas mempunyai selera tinggi terhadap kepentingan serta fungsi bangunan yang digunakannya sehingga jasa arsitektur belum begitu menjangkau semua kelas, sehingga arsitektur Indonesia  belum mempunyai kepribadian bangsa sendiri. Ini terbukti dengan tampilan-tampilan arsitektur yang kurang memperhatikan lingkungan. Oleh sebab itu sangat dilematis bagi seorang arsitek untuk mengemban visi arsitek yang sesuai karakter kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga pemahan ini membuat arsitektur Indonesia cenderung dipaksakan dan terpaksa mengikuti selera owner, akibatnya banyak bangunan-bangunan di Indonesia tidak bisa mengikuti standar kesehatan, ini terbukti banyak design bangunan mengunakan bahan material yang merusak ekosistem alam dengan tampilan pada bangunan rumah kaca maupun bangunan-bangunan yang berdiri pada daerah-daerah resapan air seperti dipegunungan dan daerah rawa-rawa. Saya sebagai arsitek merasa sangat tidak enak hati terhadap kondisi ini.

P : Apakah bangunan maupun pemukiman di Indonesia sudah banyak mempergunakan jasa arsitek?

N : Untuk bangunan-bangunan yang memang dekat dengan ibukota maupun kota-kota khususnya gedung-gedung, pabrik, perumahan mewah, gedung olahraga, gereja, pusat pertokoan maupun perumahan real estate jasa arsitektur sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh pemberi tugas maupun pemerintah daerah. Sedangkan untuk daerah-daerah kumuh diperkotaan didaerah jasa arsitektur cenderung tidak dihargai.

P : Menurut bapak pemukiman khususnya di Jakarta sudah memenuhi standar atau belum?

N : Belum, Karena kesedian lahan di Jakarta untuk pemukiman dan pusat bisnis tidak seimbang. Hal ini terlihat ada pemukiman padat didaerah Jakarta pusat khususnya daerah kramat sentiong dimana untuk rumah pemukiman ukuran 3m x 7m ditempati oleh lebih dari 12 orang. Oleh sebab itu pemukiman tersebut tidak memenuhi standar kesehatan manusia. Menurut arsitek kebutuhan udara untuk satu orang adalah sebesar 27 m2 udara kosong. Dari perbedaan tersebut jelas-jelas untuk daerah kramat sentiong benar-benar tidak memenuhi standar kelayakan, maka perlu dipertimbangkan untuk pemukiman tersebut memakai konsep perumaan rusunami atau rusunawa. Sedangkan untuk kelompok ekonomi menengah dan keatas selama pemukiman perumahan tersebut dilaksanakan oleh divloper atau pengembang kebanyakan sudah memenuhi standar. Namun untuk daerah Jakarta sendiri  karena sempitnya lahan hampir 75% penduduk Jakarta berada dibawah standar kesehatan.

P : Bagaimana solusi pemecahan terbaik dari pemukiman Jakarta yang tidak memenuhi standar tersebut?

N : ini memang tugas berat bagi arsitek maupun pemerintah daerah Jakarta mengingat lahan di Jakarta sangat terbatas sehingga terjadi perusakan ekosistem tata guna tanah di Jakarta yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Maka mau tidak mau pemerintah kota Jakarta Raya harus mengembangkan perumahan-perumahan yang efesien dalam penggunaan lahan dan diharapkan pengembangan lahan tidak melebar tetapi harus kearah vertikal dan juga harus dikembangkan pelebaran pemukiman di daerah/kota penyanggah seperti bogor, tanggerang, bekasi, depok. Dimana luas pemukiman masih bisa dikembangkan dan kota Jakarta harus mempersiapkan infrastruktur jalan kemasing-masing daerah penyanggah guna efesiensi kerja bagi penduduk atau masyarakat yang bekerja di kota Jakarta.
                               
P  : Pewawancara                                                                                                       N : Narasumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar