Kamis, 09 Juni 2011

WISATA BUDAYA - PURI GEDE BULELENG

LIDYA NOVITA - 4423107048

Puri Gede Buleleng

Buleleng menawarkan variasi baru bagi wisatawan yang melancong ke Bali Utara. Jika selama ini pariwisata Buleleng dikenal luas dengan keindahan pantai dan gunung, lengkap dengan atraksi alamnya yang menantang, kini di Buleleng dibuka pariwisata puri atau puri wisata. Puri yang dibuka untuk umum sebagai bagian dari kawasan pelesiran itu adalah Puri Agung Singaraja atau biasa disebut Puri Gede Buleleng di Jalan Mayor Metra Singaraja. Selain menyaksikan guratan arsitektur yang unik pada bangunan-bangunan kunonya, puri ini juga menyuguhkan pengetahuan tentang pola-pola kebudayaan yang dalam berbagai hal memang berbeda dengan puri-puri di Bali Selatan. 
The Royal Palace Singaraja, sering disebut sebagai Puri Agung atau Puri Gede, dibangun oleh Raja Ki Gusti Anglurah Pandji Sakti pada 30 Maret 1604. Ini menjadi awal dari Kerajaan Buleleng. Secara historis Radja Ki Gusti Anglurah Pandji Sakti sekali memerintah dari Jawa ke Timor Indonesia. Meskipun tanpa kekuatan politik saat ini, keluarga kerajaan dan mereka Istana merupakan bagian penting dari warisan kaya Bali Utara, budaya.

Arsitektur Puri Gede Buleleng

Tampak dari luar, Puri Gede Buleleng memang terkesan sederhana. Tembok penyengker puri di sebelah timur begitu rendah dengan pintu gerbang yang juga berdiri rendah. Amat sederhana. Kesan sederhana itu juga tetap terasa ketika kaki melangkah menuju areal utama puri. Pintu masuk ke areal utama merupakan bangunan kuno yang beberapa bagiannya mengalami beberapa kali pemugaran. Meski sempat dipugar, bentuk asli pintu gerbang itu masih dibiarkan seperti semula; tidak menjulang terlalu tinggi sehingga kesan angkuh tidak begitu terasa. Yang ada hanya kesan anggun, akrab dan rendah hati.
Masuk ke areal utama, berdirilah bangunan-bangunan khas Kerajaan Buleleng dengan arsitektur yang unik. Ukiran-ukiran khas yang merupakan kombinasi dari pola ukiran Belanda, Cina dan Bali, melengkapi keunikan bangunan-bangunan kuno itu.

Sejarah singkat kerajaan

Puri Agung Singaraja atau Puri Gede Buleleng didirikan oleh raja pertama kerajaan Den Bukit yang bergelar Ki Gusti Anglurah Panji Sakti pada tanggal 30 Maret 1604. KiGusti AnglurahPanji Sakti adalah putra dan Dalem Sagening, R aja Bali Dwipa yang beristana di Puri Gelgel,Klungkung.
Ki Barak, Demikian nama kecil Panji Sakti (Barak ± Merah, karena dari ubun-ubunnyamemancar cahaya merah cemerlang ), dalam usianya yang sangat mudah pergi mengikuti ibunya, SiLuh Pasek ke Den Bukit dengan di kawal 40 pasukan khusus yang dipimpin oleh Ki Kadosat dan KiDumpyung. Dalem Sagening member putranya, Ki Barak sebuat tulup bertombak Pangkaja Tatwaatau Kitunjung Tutur dan sebuah keris Anugrah Dewata yang dikenal sebagai keris pusaka Ki BarungSemang.
Setibanya di Den Bukit ( Sekarang Buleleng ), Ki barak menetap di desa Panji  5 km BaratDya Singaraja. Ki Barak Muda pun tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan berani. Denganberbekal keris pusaka Ki Baru Semang ia akhirnya berhasil mempersatukan seluruh wilayah Den Bukit. Oleh rakyat Den Bukit, Ki Barak Panji didaulat menjadi R aja Den Bukit dan bergelar Ki GustiAnglurah Panji Sakti.
Dalam masa pemerintahannya, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti dikenal sebagai raja yang saktimandraguna, bijaksana dan sangat dekat dengan rakyatnya. Kemudian dengan pasukan TarunaGoaknya yang gagah berani melebarkan kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan Blambangan diJawa Timur. Kesaktian Panji Sakti didengar oleh Raja Mataram di Jawa Tengah sehingga ia diundangke kraton untuk menjalin persahabatan dan dianugrahi seekor gajah dan sejumlah pegawai.
Raja Ki Gusti Anglurah Panji Sakti Kemudian membangun istananya yang baru  5 kmsebelah Tenggara desa Panji yang diberi Sukasada. Dan pada tanggal 30 Maret 1604 ia membangunpurinya yang ketiga berlokasi di Tegalan Jagung gembal 1,5 km Utara Sukasada yang diberi namaSingaraja. Puri Singaraja yang dikenal juga sebagai puri Buleleng dikembangkan oleh cucu beliau KiGusti Anglurah Panji Bali. Puri Singaraja merupakan cikal bakal kota yang kita kenal sekarangsebagai ibu kota Kabupaten Buleleng.
Dalam catatan sejarah Buleleng,Puri Singaraja hancur pada zaman Rusak Buleleng manakala Belanda bertubi-tubi menghantamnya dengan meriam pada tahun 1846 yang berlanjut dengan perangJagaraga(1847-1849).Perang besar yang melibatkan ribuan balantentara Buleleng yang dipimpin olehpanglima perang I Gusti Patih Djelantik bertempur mempertahankansetiap jengkal tanah Buleleng.Namun karena kalah dalam persenjataan, Buleleng akhirnya jatuh ke tangan Belanda.Atasjasanya yang begitu besar,I Gusti Patih Djelantik dianugrahi gelar Pahlawan Nasional.
Tahun 1860 Pemerintah Kolonial Belanda menunjuk I Gusti Ngurah Ketut Djelantik generasiVIII dari dinasti Panji Sakti sebagai raja Buleleng. Puri Agung yang hancur itu pun dibangun kembali. Raja yang berusia muda dan berani ini pada akhirnya diasingkan Belanda ke Padang ( Sumatra Barat )pada tahun 1873 karena mendukung perang Banjar yang memakan banyak korban di pihak Belanda.
Tahun 1929 IGusti Putu Djelantik generasi X Panji Sakti diangkat menjadi regent Bulelengdan pada tahun 1938 dinobatkan sebagai Raja Buleleng dan bergelar Anak Agung. Anak Agung PutuDjelantik yang dikenal sebagai Pujangga Raja dan tokoh pembaharuan di Bali memugar puri bulelengpada tahun 1915 dan bersama dengan F.A. Liefrinck dan Dr. H.N. Van Der Tuuk, mengumpulkanlontar seBali-Lombok dan mendirikan perpustakaan lontar Gedong Kirtya. Anak Agung PutuDjelantik wafat pada tahun 1944 dan digantikan oleh putranya, Anak Agung Panji Tisna.
Anak Agung Panji Tiina yang yang dikenal sebagai Sastrawan Angakatan Pujangga Baru -1930 dengan karya Sastranya a.l : Ni Rawit Ceti, Penjual orang, I Swasta Setahun di Bedahulu, Ni SukrenI gadis Bali, I Made Widiade adalah pendiri perguruan Bhaktiyasa di Singaraja tahun 1948 dan kawasan Lovina pada tanggal 2 Juni1978 dalam usia  70tahun.
Demikianlah sejarah Kerajaan Buleleng yang berawal dari Raja I, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti dan berujung pada raja terakhir, Anak Agung Panji Tisna.


  
Puri Agung (Gede) Singaraja dan Puri Kanginan Singaraja merupakan 2 tempat bersejarahyang terkenal di singaraja, dimana kedua puri ini merupakan salah satu peninggalan sejarahdimasa kerajaan buleleng. dulu kedua Puri ini menjadi satu kesatuan, semenjak memerintahya Raja Anak Agung Putu Djlantik, beliau membangun sebuah puri Kerjaan dansebagai tempat singgasana beliau, dan Puri Kanginan pada saat itu menjadi pusat kepatihankerajaan buleleng.
Adapun nama-nama Raja-Raja serta Patih-Patih kerajaan Buleleng :
1. 1655 - 1700 ( I Gusti Anglurah Panji Sakti)
2. 1700 ± 1711 ( I Gusti Ngurah Panji Sakti Gede Danudarastra) ( meninggal tahun1732, blambangan)
3. 1711 ± 1732 ( I Gusti Ngurah Panji Made) ( wafat tahun 1730)
4. 1732 ± 1765 ( I Gusti Ngurah Panji Bali ) (Raja di PuriBuleleng)
5. 1757 ± 1765 ( I Gusti Ngurah Panji) (Raja di Puri Sukasada)
6. 1757 ± 1780 ( I Gustu Ngurah Jlantik ) (Raja di Puri Buleleng)
7. 1780 ± 1793 ( I Gusti Made Jlantik) beliau pergi ke perean
8. 1793 - 1804 ( I Gusti Nyoman Panurangan ) beliau pergi ke Lombok
9. 1804 ± 1806 ( I Gusti Nyoman Karangasem ) mulainya kekuasaan Karangasem
10. 1806 ± 1818 ( I Gusti Gede Karangasem)
11. 1818 ± 1823 ( I Gusti Pahang ) ( deva canang)
12. I823 ± 1825 ( I Gusti Made Oka Suri)
13. 1825 ± 1849 ( I Gusti Made Karangasem ) berakhirnya kekuasaan karangasem
14. 1849 ± 1850 ( I Gusti Made Rai)
15. !850 ± 1851 ( I Dewa Made Putu Tangkeban) kekuasaan Bangli
16. 1851 ± 1853 ( I Gusti Made Jlantik)
17. 1853 ± 1860 ( I Gusti Putu Kebon)
18. 1860 ± 1873 ( I Gusti Ngurah Ketut Jlantik)
  Semenjak 1873 ± 1929 (56 tahun) pemerintahan Belanda menerapkan kekuasaanlangsung /Pirect   Rule di bawah asisten residen:
1.       I Gusti bagus Jlantik, patih Buleleng ( 1873-1887 )
2.       I Gusti Putu Geria, punggawa Buleleng ( 1887 ± 1895 )
3.       I Gusti Nyoman Naka, punggawa Buleleng ( 1895 ± 1898 )
4.       I Gusti Ketut Jlantik, punggawa Buleleng ( 1898 ± 1915 )
5.       I Gusti Bagus Surya, punggawa Buleleng ( 1915 ± 1922 )
6.       I Gusti Putu Jlantik, Liedvan Read Kertha ( 1922- 1929 )Setelah adanya sumpah pemuda  1928 pemerintah Belanda mengembalikankekuasaan genius lokal
:
 19. 1929 ± 1944 ( Anak Agung Putu Djlantik ) (Raja Buleleng)
20. 1944 ± 1947 ( Anak Agung panji Tisna ) ( beragama kristen, Raja Tanpa Mahkota)
21. 1947 ± 1950 (Mr. Anak Agung Ketut Jelantik ) (raja tanpa Mahkota, beragamaKristen)
ANAK AGUNG PUTU DJLANTIK
 Raja Buleleng memerintah Tahun 1928 sampai 1944 Raja dinasti Ki Gusti AnglurahPandji Sakti X di kenal sebagai pujangga raja dan tokoh pembaharuan di Bali, pendiriperpustakaan lontar Gedung Kertya ( 1928).
ANAK AGUNG NGURAH AGUNG
Penglingsir Puri Agung Singaraja Buleleng tahun 1980 sampai 1997 Generasi dinastiKi Gusti Anglurah Pandji Sakti XIII menjadi tentara Cudencho, PETA tahun 1942 ± 1945.
I GUSTI NGURAH KETUT DJLANTIK
 Raja Buleleng memerintah tahun 1860 - 1893, Raja Dinasti Ki Gusti Anglurah PandjiSakti VIII tahun 1873 di asingkan ( di serong ) Padang Sumatra Barat oleh pemerintah Belanda karena di sinyalir memback up perang banjar di buleleng ( 1868 )
Puri Agung Singaraja saat ini dijadikan salah satu objek wisata oleh pemerintah , besertaPuri Kanginan dan Gedung Kertya. Setiap tahun pemerintah berperan aktif dalam keadaankedua puri ini.Dan untuk menghormati penglingsir di Puri Agung, keturunan dari penglingsir di puri inimenyediakan tempat tidur suci, ruangan suci untuk sebagai ritual memberikan sesaji kepadaAnak Agung Putu Djlantik.
Pada masa kerajaan buleleng, adanya tempat pemandian raja-raja buleleng. Tempatpemandian ini tepat berada 2 blok tempat di sebelah kanan Puri Kanginan. Setelahberakhirnya kekuasaan raja-raja buleleng tempat pemandian ini di manfaatkan masyarakat disekitar untuk dijadikan tempat untuk tempat pemandian umum.
Menjelang beberapa tahuntempat pemandian ini tak terurus lagi `oleh masyarakat sekitar dan tidak adanya sumber air yang keluar dari patung tempat pemandian itu.Sampai sekarang tempat pemandian ini benar-benar tak terurus dan tidak pernah terurusoleh pemerintah, sekarang tempat pemandian ini bangunan lama yang tidak terurus danbenar-benar menjadi tempat yang ³ sangat kotor dan penuh dengan sampah´, jika tempat inidi manfaatkan, di olah, dan di urus tempat ini bisa menjadi tempat wisata yang menambahpendapatan daerah.

Tentang Puri Buleleng

Dalam Puri Agung atau Puri Gede yang telah dipulihkan beberapa kali dan telah lama diabaikan kini lembut terbuka untuk umum yang tertarik dalam sejarah Den Bukit / Buleleng - Bali Utara. Pengunjung dapat melihat sejumlah gambar Raja (Raja) Buleleng di rumah tua tempat Raja (King) dan keluarga digunakan untuk hidup. Di bagian tenggara halaman belakang Anda dapat melihat Royal Shrine (merajan Puri).
Di bagian depan kawasan Puri pengunjung dapat mengunjungi Gedong Kirtya perpustakaan Lontar, Museum Buleleng dan melihat pertunjukan seni di Sasana Budaya dan pabrik weavery tradisional yang memproduksi sarung Buleleng khas dan kain.

Koleksi Sejarah yang dimiliki

Dibukanya Puri Agung Singaraja ini sebagai kawasan pariwisata, juga melengkapi objek-objek bersejarah lainnya yang tersebar di sekitar puri. Seperti catus pata lengkap dengan Patung Panji Sakti, Gedong Kirtya dan Puri Seni Sasana Budaya lengkap dengan Museum Buleleng yang berjejer di sebelah utara puri. Puri Buleleng ini di dalamnya terdapat  baik tempat tidur, kamar tamu, pertamanan, merajan (tempat suci), perpustakaan dan senjata-senjata, masih tersimpan rapi dan disakralkan oleh keluarga raja, sebagai koleksi benda-benda sejarah pada masa kerajaan buleleng.

Potensi Wisata

Jika dikelola dengan baik, kasawan itu bisa menjadi satu paket yang saling berhubungan untuk mendukung program Singaraja City Tour yang sudah sejak lama digagas oleh Pemkab Buleleng melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Seperti diketahui, Gedong Kirtya menyimpan berbagai jenis lontar Bali dan Lombok yang bisa dijadikan objek penelitian sejarah untuk wisatawan. Lalu, Museum Buleleng menyimpan berbagai benda bersejarah yang berhubungan dengan jatuh-bangunnya kawasan Bali Utara mulai dari zaman pra-sejarah, zaman kerajaan, hingga zaman pemerintahan Belanda dan zaman perang kemerdekaan. Meski koleksinya masih perlu dilengkapi, namun keberadaan benda-benda di Museum Buleleng dan Gedong Kirtya setidaknya masih punya hubungan erat dan bisa menjelaskan benda-benda bersejarah lain yang bercokol di Puri Agung Singaraja.
Anak Agung Ngurah Brawida dari Puri Agung Singaraja menjelaskan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng serta instansi terkait lainnya untuk mematangkan paket pariwisata itu untuk dijalankan dalam paket city tour di Kota Singaraja. Selain itu, ia juga mengaku sudah melakukan pendekatan dengan biro-biro perjalanan pariwisata untuk memperkenalkan Puri Agung Singaraja dan objek lain di sekitarnya.
Karena wisata puri di Buleleng relatif baru dibuka dan wisatawan sudah banyak yang mengenal puri-puri di Bali Selatan, maka memperkenalkan puri di Buleleng memang diakui tak akan mudah. Untuk promosi akan dilakukan dengan menonjolkan daya tarik unik dari puri Buleleng, di mana daya tarik itu berbeda dengan puri-puri di Bali Selatan. Misalnya busana-busana khas Buleleng dan foto-foto yang melukiskan sejarah Buleleng di masa lampau. Yang lebih unik lagi, selain menyimpan berbagai catatan kebudayan tradisional Buleleng, di puri itu juga tercatat sejarah tentang sastra modern. Tentu saja, karena Panji Tisna, salah satu Raja Buleleng adalah sastrawan angkatan Pujangga Baru yang telah melahirkan sejumlah novel terkenal. "Sebuah sejarah bahwa di puri ini pernah lahir seorang sastrawan besar nasional adalah daya tarik yang unik dari sebuah wisata puri," kata Brawida.
Untuk pengembangan selanjutnya, Brawida juga akan melakukan penataan terhadap perpustakaan raja, ruang kerja raja dan ruang lain yang berkaitan dengan kegiatan raja-raja di zaman dulu. "Kami juga sudah melakukan pembinaan terhadap pemandu wisatawan yang bukan hanya diajarkan bahasa Inggris, namun juga diajarkan tentang sejarah," tandasnya.
Untuk membuat puri itu menjadi hidup, Brawida juga akan menggelar berbagai kegiatan budaya secara rutin di dalam puri. Antara lain, setiap tanggal 29 Maret, yakni sehari menjelang HUT Kota Singaraja, di areal puri digelar acara malam renungan yang diisi dengan diskusi tentang refleksi HUT Kota Singaraja. Setiap 2 Juni diadakan kegiatan seni-budaya mengenang sastrawan Panji Tisna. Bahkan, untuk tanggal 3 Juni 2006 ini, akan digelar acara Festival Panji Tisna yang antara lain diisi dengan peluncuran buku biografi Panji Tisna.
Meskipun Tahun Kunjungan Museum 2010 sudah berakhir, tak ada salahnya apabila kita berkunjung ke museum yang berlokasi di Puri Seni Sasana Budaya, Jl. Veteran No. 23, Singaraja - Bali ini. Koleksi museum mencakup benda-benda peninggalan purbakala seperti patung, sarkofagus dan senjata. Selain itu terdapat benda-benda seni seperti wayang wong, kain-kain, kerajinan emas dan perak, termasuk alat pertanian dan perlengkapan menangkap ikan yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat Bali Utara.
Kejayaan dan peninggalan Kerajaan Buleleng dapat ditelusuri melalui foto-foto dan lukisan-lukisan tokoh sejarah seperti keluarga Raja Buleleng, I Gusti Putu Geria dengan 4 istri dan anak, yang tinggal di Lombok; lukisan Ida Made Rai (pimpinan Perang Banjar 1868); lukisan Patih Jelantik (Pimpinan Perang Jagaraga 1846 – 1849), Raja Buleleng I, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti, Raja Buleleng terakhir XI (1944 – 1950), Anak Agung Panji Tisna, serta I Gusti Putu Jlantik (penggawa keliling/pengumpul lontar Gedong Kertya).
Raja Buleleng I
Ki Barak Panji adalah putra Raja Sri Aji Dalem Sagening dari Istana Gelgel. Ki Barak Panji merupakan pemersatu Buleleng dengan Den Bukit (artinya: daerah nun disana di balik bukit) yang merupakan tanah kelahiran ibunya yang bernama Ni Luh Pasek.
Ki Barak Panji (KBP) berhasil menguasai Desa Gendis dengan membunuh pimpinan desa setempat. Puri di desa ini kemudian dipindahkan ke sebelah utara Desa Panji dan dinamakan Puri Panji.
KPB mendirikan kerajaan di Den Bukit yang kemudian dikenal dengan Puri Sukadasa. Namun sekitar tahun Çaka 1526 atau tahun 1604 Masehi, KBP memindahkan istana ke Singaraja yang dianggap sebagai lokasi yang lebih strategis.
Pendiri Kota Singaraja sekaligus Raja Buleleng I (1604) ini memiliki banyak sebutan: Gusti Panji, Gde Pasekan, Ki Panji Sakti, Ki Gusti Panji Sakti, dan Ki Gusti Anglurah Panji Sakti. Seluruh nama julukan ini mengacu pada pengertian berwibawa, tangguh dan sakti.
Jagung Gembal
Pada tanggal 30 Maret 1906, KBP menitahkan rakyatnya untuk membabat ladang jagung gembal (kadang disebut gambal atau gambah) yang dalam bahasa setempat disebut “buleleng”. Di ladang jagung tersebut, KBP melihat beberapa pondok. Di deretan pondok itulah kemudian didirikan istana yang baru yang kini dikenal dengan Singaraja.
Kini Jagung Gembal merupakan bagian dari lambang Kabupaten Buleleng, dimana tangan kanan (kaki depan) Singa Ambara Raja (lambang kabupaten Buleleng) menggenggam jagung gembal. Butir-butir jagung yang berjumlah empat puluh lima dengan 8 lembar daun melambangkan tahun dan bulan kemerdekaan RI.
Permainan Tradisional Magoak-goakan.
Magoak-goakan adalah seni permainan burung gagak. Permainan ini dipolitisasi oleh KBP yang ingin memekarkan daerah kekuasaannya. Di Desa Panji, KBP membentuk pasukan yang dikenal dengan sebutan Truna Goak dengan anggota sebanyak 2000 orang. Pasukan yang terdiri dari perwira pilihan ini dipimpin oleh Ki Gusti Tamblang Sampun dengan wakil pimpinan Ki Gusti Made Batan. Dengan bantuan Truna Goak, dan putra-putra kerajaan, KBP berhasil menguasai Kerajaan Blambangan. Namun, salah satu putra raja, Ki Gusti Ngurah Panji Nyoman, gugur.
Periuk Tanah Liat
Salah satu benda yang dipajang di Ruang Pra Sejarah adalah sebuah periuk (tengah). Periuk tanah liat ini dibuat dengan teknik roda pemutar dan teknik tatap. Peralatan memasak yang berasal dari zaman bercocok tanam ini ditemukan di situs Kalang Anyar, Desa Banjar Asem, Buleleng.
Pengaruh Luar
Jejak dan pengaruh keanekaragaman seni, budaya dan agama yang ada di Bali antara lain berasal dari budaya China dan agama Buddha.
Bongpai atau batu nisan ini ditemukan di situs pabean kecamatan Sawan, Buleleng. Bongpai yang merupakan bagian dari kuburan etnis China ini terbuat dari batu granit yang bagian permukaannya ditatah dengan aksara China.
Berbagai ukuran stupika ditemukan di Situ Kalibukbuk, Buleleng. Stupika yang terbuat dari liat ini adalah replika dari stupa yang dipakai sebagai sarana pemujaan terhadap Buddha. Umumnya di dalam setiap stupika terdapat tablet dari tanah liat. Selain tablet, stupika kadang berisi relief Buddha.
Perlengkapan Upacara
Salah satu alat upacara yang menjadi koleksi museum adalah Petaka Bale Prabu Pura Agung. Benda ini merupakan alat upacara yang didapatkan dari Desa Bungkulan, Buleleng.
Ada beberapa koleksi museum yang merupakan milik pribadi. Salah satunya adalah satu set Kempu Lengkap (atas) dan Jembung Kuningan (bawah) yang merupakan perlengkapan upacara koleksi pribadi I Ketut Suharsana dari Kelurahan Beratan, Singaraja.
Riwayat Museum
Pada 1994, sebuah proposal untuk mendirikan museum di Bali Utara diajukan kepada Drs Ketut Wiratha Sindhu, Bupati Buleleng saat itu. Proposal tersebut disetujui dan direalisasikan dengan membentuk Tim UPTD Gedong Kirtya dengan ketua pelaksana seniman Gde Dharna. Museum Buleleng diresmikan tanggal 30 Maret 2002, tepat pada Hari Ulang Tahun kota Singaraja ke-398.
Tim pengelola akhirnya bernaung dalam  Yayasan Pelestarian Warisan Budaya Bali Utara. Berada dalam naungan yayasan, pemerintah tidak wajib memberikan dana operasional. Dana yang sempat mengalir dari Pemkab Buleleng dihentikan sejak tahun 2009. Apabila  Museum Buleleng diserahkan kepada pemerintah, dana dapat diperoleh dari Pemda dan juga Pemprop Bali. Pengelola yayasan yang merupakan mantan pejabat penting di Pemkab Buleleng enggan memberikan pengelolaan museum kepada pemerintah daerah.


Sarana Pendukung

Untuk menuju ke Puri Buleleng, jika anda berposisi dari bandara Ngurah Rai, anda dapat naik taxi langsung ke Puri, namun bisa juga anda turun di Ubung, lalu ni sambung naik angkutan umum, turun di Sanget. Dari sanget naek angkutan umum lagi menuju ke Puri Gede Buleleng kira-kira selama 15 menit, dan turun di depan Puri, karena letak Puri yang strategis di pinggir Jalan Raya.

sumber:
http://arysuaryasa-for-buleleng.blogspot.com
http://www.northbali.com
http://www.bali3d.com
http://blog.baliwww.com
http://e-kuta.com
http://wisata.kompasiana.com
http://suryainformation.wordpress.com
http://www.scribd.com

2 komentar:

  1. mau tanya siapa nama punggawa bondalem kerajaan buleleng yang keturunan dari gusti ngurah gunung nagka

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum wr.wb,saya WIWI ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada eyang guntur atas bantuan eyang. kini impian saya selama ini sudah jadi kenyataan dan berkat bantuan eyang guntur pula yang telah memberikan angka ritual kepada saya yaitu 4D dan alhamdulillah berhasil..sekali lagi makasih yaa eyang karna waktu itu saya cuma bermodalkan uang cuma 100rb dan akhirnya saya menang. Berkat angka GAIB hasil ritual eyang guntur saya sudah bisa melanjutkan kulia saya lagi dan kini kehidupan keluarga saya jauh lebih baik dari sebelumnya,bagi anda yg ingin seperti saya silahkan HUB eyang di nomor hpnya: 0823-3744-3355 atau dan ramalan eyang guntur memang memiliki ramalan GHOIB” yang dijamin 100% tembus.

    BalasHapus