Jumat, 08 Juni 2012

EKSOTISME MALUKU INDONESIA Part 1

Oleh : Tezar Arief F

LATAR BELAKANG MALUKU

Geografis

Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil. Pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 Km2) disusul Pulau Buru (9.000 Km2), pulau Yamdena (5.085 Km2) dan Pulau Wetar (3.624 Km2). Pulau-pulau di daerah ini dapat digolongkan atas dua bagian utama yaitu pulau vulkanis dan pulau karang yang terjadi dari pertemuan anatara system orogenetik dan lingkar pasifik dengan system orogenetik sunda. Di pulau-pulau ini terdapat empat gunung , 11 danau dan 113 sungai besar dan kecil, sekitar 83% desa di provinsi ini berada pada ketinggian 0-100m dari permukaan laut. 

Iklim yang terdapat di kepulauan maluku adalah iklim Tropis dan iklim Muzon, karena Daerah maluku merupakan daerah kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Dengan demikian iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lautan yang luas dan berlangsung seirama dengan iklim musim yang terdapat di sini.
Wilayah
Propinsi Maluku dengan Ibukota Ambon,
1.    Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara
2.    Sebelah selatan berbatasan dengan Negara Tilor Leste dan Australia
3.    Sebelah barat berbatasan dengan Prpvinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah
4.    Sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Irian Jaya
a.    Luas Wilayah : 712.479,69 km
b.    Luas daratan : 54.185 km
c.    Luas lautan : 658.294,69 km.
Sejarah Maluku


Seperti daerah – daerah lainnya di Indonesia, Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki perjalanan sejarah cukup panjang yang tidak dapat dilepas-pisahkan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan. Meskipun di daerah Maluku belum pernah ditemukan fosil/kerangka manusia purba, namun ada asumsi yang mengatakan, bahwa di Maluku pernah hidup manusia purba yang mempunyai kemiripan dengan manusia Homo Sapiens, yaitu manusia purba yang hidup sekitar 40.000 tahun SM di daratan Jawa dan pulau – pulau lain di Nusantara ini sebenarnya adalah manusia Australoid, yaitu suatu ras manusia yang punya kemiripan dengan penghuni pertama Pulau Seram. 

Sebagai daerah yang cukup subur, Maluku tentu saja mengundang kedatangan kaum migrant dari berbagai kawasan yang menimbulkan gelombang perpindahan dan menghasilkan percampuran kebudayaan antara penghuni lama/asli dengan suku-suku pendatang yang kemudian melahirkan suku-suku baru, seperti suku Alune dan suku Wemale yang mendiami Pulau – pulau seram, Buru, dan Halmahera yang di duga merupakan nenek moyang suku – suku Alifuru, Togifil, dan Furu-Aru.Pada awal abad ke-7 pelaut – pelaut dari daratan Cina pada masa Dinasti Tang, telah menyinggahi daerah-daerah di kepulauan Maluku untuk mencari rempah - rempah, namun mereka merahasiakannya agar tidak diketahui oleh bangsa – bangsa lain dalam mencari rempah- rempah itu. Pada jaman keemasan Kerajaan Sriwijaya di Abad ke-12, Kepulauan Maluku termasuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan itu. 

Pada Abad ke-14, Majapahit mengambil alih kekuasaan maritime di hamper seluruh wilayah Asia Tenggara, termasuk pula Kepulauan Maluku. Para pedagarng dari Eropa, seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda baru menemukan jalan ke Kepulauan Maluku pada Abad ke-16.Masuknya agama Islam melalui pedagang – pedagang dari Aceh, Malaka, dan Gresik pada Abad ke-14 dan ke-15 turut memperkenalkan bentuk pemerintahan yang lebih rapi dan teratur, seperti pada Kesultanan Ternate, Tidore, Bacan serta Jailolo. Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang telah menemukan jalan ke Kepulauan Maluku dan menjalin persahabatan dengan Kesultanan Ternate, diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikapoli dan Hitulama serta Mamala. Sembilan tahun kemudian, Spanyol mulai menapakkan kaki di Kepulauan Maluku dan mendirikan benteng di Tidore.Tahun 1570, karena kalah perang dengan Kesultanan Ternate yang diperintahkan Sultan Baabullah, Portugis diusir dari Ternate dan pindah ke Ambon. 

Tahun 1577 armada Inggris tiba di Ternate. Bangsa Belanda pun mulai mengincar Maluku dan membantu Hitu dalam perang melawan Portugis di Ambon dan Portugis akhirnya dapat dikalahkan dan harus menyerahkan benteng pertahanannya yang ada di Ambon kepada Belanda, demikian pula dengan bentent Inggris di Kambelo – Pulau Seram. Sejak saat itu, Belanda menguasai sebagian besar kepulauan Maluku. Posisi Belanda semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602 sehingga Belanda praktis menjadi pemegang monopoli perdagangan rempah – rempah di Kepulauan Maluku. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku, Belanda membentuk badan administratif yang disebut Governement van Amboina, demikian pula di Banda, Kei, Aru, Tanimbar serta teon-Nila Serua yang berada di bawah pengawasan Governement van Banda.System monopoli yang diterapkan Belanda dalam perdagangan rempah –rempah lambat laun mengundang perlawanan rakyat Maluku yang merasa tidak suka dengan penerapan system monopoli tersebut, sehingga muncullah perlawanan rakyat dimana – mana terhadap belanda. Tahun 1643 Kakiali mengobarkan perlawanan terhadap Belanda. 

Tahun 1644 Tulukabessy dan Fatiwani bangkit melawan Belanda, namun pada tahun 1646 perlawanan rakyat itu dapat dihancurkan Belanda dan Tulukabessy dihukum gantung di Benteng Victoria pada tahun 1648.Situasi Eropa turut mempengaruhi keadaan tanah jajahan Belanda di Nusantara tidak terkecuali di kepulauan Maluku. Tahun 1795, Kerajaan Belanda ditaklukkan oleh Perancis dan pada tahun 1799 VOC di bubarkan. Pada tahun 1810, Kerajaan Belanda menjadi bagian dari Kerajaan Perancis. Kondisi ini sangat berpengaruh bagi kekuasaan Belanda di Kepulauan Maluku.

Tahun 1810 kekuasaan Belanda di Maluku jatuh ke tangan Inggris. Inggris Menguasai Maluku sejak tahun 1811 – 1817. Tahun 1814, sesuai Konvensi London, Inggris harus mengembalikan daerah – daerah jajahan yang direbutnya itu kepada Belanda. Tahun 1817, Belanda mulai mengatur kembali pemerintahannya di Maluku dan menyatukannya dalam satu government, yaitu Governement de Molukken. Apa yang Anda ingat dari sejarah Maluku? Tentunya sosok pahlawan perjuangan yang sejak sekolah dasar dikenal kepada kita. Pahlawan tersebut adalah Thomas Matulessy yang kemudian diberi gelar Kapiten Pattimura. Padahal lebih dari itu, Maluku ternyata menyimpan sejarah sebagai provinsi tertua sejak kemerdekaan Republik Indonesia. Melimpahnya rempah-rempah di Maluku menjadi cikal-bakal perjalanan panjang sejarah penjajahan di Maluku.
Al-Mulk

Maluku dikenal kawasan Seribu Pulau, mempunyai ragam sosial budaya dan kandungan alam melimpah ruah. Ditarik dari sisi sejarah, kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai pulau itu. Nama Maluku sendiri berasal dari kata bahasa Arab Al-Mulk yang mempunyai makna tanah kerajaan. 

Rempah

Maluku juga memiliki perjalanan sejarah panjang, seperti juga daerah lain, yang tak bisa dilupakan begitu saja. Sejak dahulu kala, Maluku yang kaya akan rempah ini dikenal di lintas internasional. Abad ke-7 pelaut Cina Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku mencari rempah-rempah. Mereka merahasiakannya kayanya Maluku, agar tak ada bangsa lain yang datang. Namun pada abad ke-9 pedagang Arab akhirnya menemukan Maluku setelah terombang-ambing mengarungi Samudra Hindia. Selanjutnya, pada abad ke-14 merupakan era perdagangan rempah Timur Tengah dan menjadi sumber masuknya agama Islam di Maluku melalui pelabuhan Aceh, Malaka, dan Gresik. 

Portugis

Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku. Tepatnya pada tahun 1512 membawa dua armada di bawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau. Seperti biasa, mereka melakukan kunjungan ke raja-raja dan mendapatkan izin mendirikan benteng. Namun hubungan tidak lama. Portugis melakukan sistem monopoli dan menyebarkan agama Kristen. Sejarah mencatat, persahabatan Portugis dan kerajaan Ternate di Maluku berakhir pada 1570 oleh perlawanan Sultan Babullah selama 5 tahun tepatnya sejak tahun 1570 hingga 1575. Portugis angkat kaki dari Ternate. Hal ini lansung dimanfaatkan oleh Belanda untuk masuk ke Maluku. Belanda semakin kuat karena adanya VOC. Belanda pun menjadi penguasa tunggal di kepulauan Maluku. 

Pahlawan

Belanda mendapat tantangan keras dari rakyat Maluku karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan sesama masyarakat memburuk. Di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang kelak diberi nama Kapitan Pattimura, rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Thomas tak lain adalah bekas sersan mayor tentara Inggris. Meski kemenangan perjuangan awal kian menggelorakan pemuda-pemuda lain, namun kelicikan Belanda pada akhirnya memprokporandakan para pejuang. Pattimura pun dihukum mati. 

Jepang

Berkecamuknya perang pasifik pada 1941 mencatat kisah sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jenderal Belanda kala itu, melalui radio menyatakan pemerintah Hindia Belanda berada dalam keadaan perang dengan Jepang. Sementara tentara Jepang tidak menemui banyak kesulitan saat merebut kepulauan di Indonesia. Mereka masuk dari daerah utara melalui pulau Morotai sementara arah timur melalui pulau Misool. Akhirnya, dalam waktu singkat seluruh wilayah Kepulauan Maluku dikuasai.

Kependudukan

Provinsi Maluku merupakan suatu Provinsi Kepulauan yang terletak di Indonesia bagian timur, terdiri dari 632 pulau. Pulau terbesar adalah Pulau Seram, Pulau Buru, Pulau Yamdena dan Pulau Wetar. Luas wilayah Provinsi Maluku 712.479 Km2 terdiri dari daratan 54.185 Km2 (7,6%) dan lautan 658.294 Km2 (92,4%). Wilayah yang berbentuk kepulauan dengan aksessibilitas dan interaksi yang rendah, mengakibatkan keterpencilan diberbagai daerah.

Berdasarkan registrasi penduduk Maluku, jumlah penduduk tahun 2004 adalah 1.313.022 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 24 jiwa/km2 yang meningkat dalam tahun 2005 menjadi 1.350.156 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 25 jiwa/km2. Pada tahun 2005 jumlah laki-laki 686.554 jiwa (50,85%) dan perempuan 663.602 jiwa (49,15%) dengan tingkat pendapatan penduduk 25 jiwa per 1 km2.

1. Mata Pencaharaian penduduk
Mata pencaharian penduduk Maluku secara urut  berdasarkan data BAPPEDA tahun 2004 sbb :

Sektor Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan 
72,80%
Sektor Perdagangan, hotel dan restoran
10,28%
Sektor Angkutan dan komunikasi
5,75%
Sektor Jasa kemasyarakatan
4,39%
Sektor Industri pengolahan
4,05%
Sektor lainnya 
2,74%


2. Jenis kegiatan perdagangan utama
Kegiatan perdagangan utama khususnya untuk keluar Maluku berupa hasil perikanan dan kelautan, perkebunan dan hasil hutan lainnya. Sedangkan perdagangan masuk ke Maluku khususnya dalam bentuk bahan makanan dan makanan jadi. Disamping itu sektor perdagangan dan pariwisata juga menjadi sektor yang mampu memberikan multiplier effect  terhadap perekonomian Maluku.

3. Tingkat penghasilan penduduk
Berdasarkan data BPS Maluku Tahun 2005, pendapatan perkapita Maluku sebesar Rp3.068.985 atau Rp255.748,75 per bulan.

Suku Bangsa 

Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik. 

Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii). 

Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria. 

Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain. 

Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar