Sabtu, 16 Juni 2012

FOLKLORE LISAN DI YOGYAKARTA



FOLKLORE LISAN DI YOGYAKARTA


NAMA : YULI HADI
NO. REG 4423107053
A.   Folklore


Folklore adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara turun temurun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan.
Ciri-ciri folklor:
·                     Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
·                     Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
·                     Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
·                     Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.

Folklor terdiri atas banyak versi
·         Mengandung pesan moral
·         Mempunyai bentuk/berpola
·         Bersifat pralogis
·         Lugu, polos
Ada 3 macam folklore :
1.    Folklore lisan : legenda, mitologi, cerita rakyat, dongeng dsb
2.    Folklore sebagian lisan : sendratari, teater dsb
3.    Folklore bukan lisan : arsitektur, baju adat, jamu dsb

LEGENDA RARA JONGGRANG (CANDI PRAMBANAN)
Legenda ini bercerita tentang 2 kerajaan hindu yang ada di pulau Jawa yang bernama kerajaan Pengging & kerajaan Keraton Boko. Kerajaan Pengging dipimpin oleh Prabu Damar Moyo yang memiliki putra bernama Bondowoso. Ia memiliki senjata sakti yang bernama Bandung. Oleh karena itu ia disebut dengan Bandung Bondowoso, sedangkan kerajaan Keraton Boko dipimpin oleh Prabu Boko yang berwujud raksasa besar yang suka makan daging manusia tetapi disamping itu ia memiliki putri yang cantik bernama Loro Jonggrang.
Kerajaan Keraton Boko ketika itu memberontak kepada kerajaan Pengging. Prabu Boko kalah pada pertempuran tersebut karena di kalahkan oleh kesaktian Bandung Bondowoso, setelah itu Prabu Damar Moyo mengutus Bandung Bondowoso menduduki kerajaan tersebut dan ia melihat anak dari prabu Boko sangat cantik, lalu ia ingin menikahinya tetapi Loro Jonggrang memberikan syarat, yaitu membuat sumur serta 1000 candi dalam 1 malam. Ketika candi tersebut hampir rampung, Loro Jonggrang berbuat curang dengan Ia membangunkan dayang-dayang istana dan perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk padi. Ia kemudian memerintahkan agar membakar jerami di sisi timur. Mengira bahwa pagi telah tiba dan sebentar lagi matahari akan terbit, para makhluk halus lari ketakutan bersembunyi masuk kembali ke dalam bumi. Akibatnya hanya 999 candi yang berhasil dibangun dan Bandung Bondowoso telah gagal memenuhi syarat yang diajukan Rara Jonggrang. Ketika mengetahui bahwa semua itu adalah hasil kecurangan dan tipu muslihat Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso amat murka dan mengutuk Rara Jonggrang menjadi batu. Sang putri berubah menjadi arca yang terindah untuk menggenapi candi terakhir.
Rara Jonggrang adalah putri dari Prabu Baka dari Kerajaan Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Rara Jonggrang memiliki paras yang cantik jelita. Suatu ketika, ia dilamar oleh seorang kesatria yang bernama Bondowoso dari Kerajaan Pengging. Rara Jonggrang bersedia menerima lamaran itu, asalkan Bondowoso mampu membuatkan seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu semalam.
Alkisah, pada zaman dahulu kala, ada seorang raja yang bernama Prabu Baka yang bertahta di Prambanan. Ia seorang raksasa yang menakutkan dan memiliki kesaktian yang tinggi. Wilayah kekuasaannya sangat luas. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar wilayahnya semua takluk di bawah kekuasaannya. Meskipun seorang raksasa, Prabu Baka mempunyai seorang putri cantik yang berwujud manusia bernama Rara Jonggrang. Prabu Baka sangat menyayangi putri tunggalnya itu. Sebagai wujud kasih sayangnya kepada putrinya, ia mewariskan seluruh kesaktian dan kepandaian yang dimilikinya. Maka jadilah Rara Jonggrang seorang putri yang cantik jelita dan sakti mandraguna.
Sementara itu di tempat lain, tersebutlah sebuah kerajaan yang tak kalah besarnya dengan Prambanan, yakni Kerajaan Pengging. Kerajaan itu memiliki seorang kesatria yang sakti bernama Bondowoso. Kesaktian Bondowoso terletak pada senjatanya yang bernamaBandung. Selain itu, Bondowoso juga mempunyai balatentara berupa makhluk-makhluk halus. Jika membutuhkan bantuan, Bondowoso mampu mendatangkan makhluk-makhluk halus tersebut dalam waktu sekejap.
Suatu ketika, Raja Pengging bermaksud memperluas wilayah kekuasaannya. Ia pun memerintahkan Bondowoso dan pasukannya untuk menyerang Prambanan.
Keesokan harinya, berangkatlah Bondowoso bersama pasukannya ke Prambanan. Setibanya di Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana. Prabu Baka pun tidak tinggal diam. Ia segera memerintahkan pasukannya untuk menahan serangan pasukan Bondowoso yang datang secara tiba-tiba. Pertempuran sengit pun tak terelakkan lagi. Namun karena pasukan Prabu Baka kurang persiapan dalam pertempuran itu, akhirnya pasukan Bondowoso berhasil menaklukkan mereka. Prabu Baka sendiri tewas terkena senjata sakti Bandowoso yang bernama Bandung. Sejak itu, Bondowoso pun dikenal dengan nama Bandung Bondowoso.
Setelah Bandung Bondowoso dan pasukannya memenangkan pertempuran itu, Raja Pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati istana Prambanan.
Setelah itu, Bandung Bondowoso pun segera menempati istana Prambanan. Pada saat hari pertamamenempati istana Prambanan, ia langsung terpesona melihat kecantikan Rara Jonggrang dan berniat untuk menjadikannya sebagai permaisuri.
Pada suatu hari, Bandung Bondowoso menyatakan maksud hatinya kepada Raja Jonggrang.
Rara Jonggrang tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya terdiam dan kebingungan. Sebenarnya, ia amat membenci Bandung Bondowoso karena telah membunuh ayahnya. Namun, ia takut menolak lamarannya karena bagaimana pun juga ia tidak akan sanggup mengalahkan kesaktian Bondowoso. Setelah berpikir sejenak, Rara Jonggrang pun menemukan satu cara untuk menolak lamaran itu dengan cara yang halus.
Tanpa berpikir panjang, Bandung Bondowoso pun menyanggupinya, karena ia yakin mampu memenuhi syarat itu dengan bantuan balantentaranya. Pada malam harinya, Bandung Bondowoso mengundang balatentaranya yang berupa makhluk halus tersebut. Dalam waktu sekejap, balatentaranya pun datang dan segera membangun candi dan sumur sebagaimana permintaan Rara Jonggrang. Mereka bekerja dengan sangat cepat. Pada dua pertiga malam, mereka hampir menyelesaikan seribu candi. Hanya tinggal tiga buah candi dan sebuah sumur yang belum mereka selesaikan.
Rara Jonggrang yang ikut menyaksikan pembuatan candi itu mulai khawatir. Ia pun segera memberitahukan hal itu kepada salah seorang dayang kepercayaannya.
Rara Jonggrang kembali berpikir keras dan ia pun menemukan jalan keluarnya. Ia akan membuat suasana menjadi seperti pagi, sehingga para makhluk halus tersebut menghentikan pekerjaannya sebelum menyelesaikan seribu candi.
Dayang-dayang pun bangun dan segera melaksanakan perintah Rara Jonggrang. Tak berapa lama, tampaklah cahaya kemerah-merahan dari arah timur akibat dari pemakaran jeramih. Suara lesung pun terdengar bertalu-talu. Bau harum bunga-bungaan mulai tercium. Beberapa saat kemudian, suara ayam jantan berkokok mulai terdengar. Para balatentara Bandung Bondowoso pun segera menghentikan pekerjaannya, karena mengira hari sudah pagi. Mereka pergi meninggalkan tempat pembuatan candi tersebut, padahal kurang sebuah candi lagi yang belum mereka selesaikan. Batu-batu berukuran besar masih berserakan di tempat itu.
Melihat balatentaranya akan kembali ke alamnya, Bandung Bondowoso berteriak dengan suara keras. Para makhluk halus tersebut tidak menghiraukan teriakannya. Akhirnya, Bandung Bondowoso berniat meneruskan pembangunan candi itu untuk menggenapi seribu candi. Namun belum selesai candi itu ia buat, pagi sudah menjelang. Ia pun gagal memenuhi permintaan Rara Jonggrang. Mengetahui kegagalan Bondowoso tersebut, Rara Jonggrang segera menemuinya di tempat pembuatan candi itu.
Betapa marahnya Bandung Bondowoso melihat sikap Rara Jonggrang itu. Apalagi setelah ia mengetahui bahwa Rara Jonggranglah yang telah menggagalkan usahanya. Ia pun melampiaskan kemarahannya dengan mengutuk Rara Jonggrang menjadi arca.
Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, seketika itu pula Rara Jonggrang berubah menjadi arca batu. Wujud arca itu sangat cantik, secantik Rara Jonggrang. Hingga kini, arca itu dapat disaksikan di dalam ruang candi besar yang bernama Candi Rara Jonggrang yang berada dalam kompleks candi prambanan. Sementara candi-candi yang ada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu. Sewu dalam bahasa Jawa berarti seribu.

Sumber :

Buku Saku Legenda Rara Jonggrang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar