Folklore
Sebagian Lisan:
Folklor Sebagian Lisan adalah folklor
yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Contoh-contoh
folklor Indonesia yang termasuk dalam folkor ini adalah: Permainan Rakyat, Tarian Rakyat,
Upacara Adat, Kepercayaan Rakyat, Teater Rakyat
Contoh
Nyata:
Tari
Rampak Gendang adalah
Kesenian yang memadukan suara kendang yang dinamis dengan musik gamelan
salendro yang bersifat ceria. Pemain kendang terdiri atas 6-15 orang, sedangkan
nayaga (pemain gamelan) terdiri atas 7-10 orang.
Tari
Merak merupakan
tarian kreasi baru dari tanah Pasundan yang diciptakan oleh Raden Tjetjep
Somantri pada tahun 1950an dan dibuat ualng oleh dra. Irawati Durban pada tahun
1965 .Banyak orang salah kaprah mengira jika tarian ini bercerita tentang
kehidupan dan keceriaan merak betina, padahal tarian ini bercerita tentang
pesona merak jantan yang terkenal pesolek untuk menarik hati sang betina. Sang
jantan akan menampilkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna-warni
untuk menarik hati sang betina. Gerak gerik sang jantan yang tampak seperti
tarian yang gemulai untuk menampilkan pesona dirinya yang terbaik sehingga sang
betina terpesona dan melanjutkan ritual perkawinan mereka. Setiap gerakan penuh
makna ceria dan gembira, sehingga tarian ini kerap digunakan sebagai tarian
persembahan bagi tamu atau menyambut pengantin pria menuju pelaminan. Kostumnya
yang berwarna warni dengan aksen khas burung merak dan ciri khas yang paling
dominan adalah sayapnya dipenuhi dengan payet yang bisa dibentangkan oleh sang
penari dengan satu gerakan yang anggun
menambah indah pesona tarian ini, serta mahkota yang berhiaskan kepala burung
merak yang disebut singer yg akan
bergoyang setiap penari menggerakkan kepalanya.
Upacara
Adat Sunda:
NGARAS
& SIRAMAN
Ngebakan atau siraman bertujuan untuk
memandikan calon mempelai wanita aga bersih lahir dan bathin sebelum memasuki
saat pernikahan. Acara berlangsung pagi atau siang hari di kediaman calon
mempelai wanita. Bagi umat muslim , sebelum dimulai acara siraman terlebih
dahulu diawali oleh pengajian atau rasulan dan pembacaan doa khusus kepada
calon mempelai wanita.
Prosesi yang tercakup dalam acara
siraman adalah sebagai berikut :
-
Ngecagkeun Aisan -> Dimulai dengan calon mempelai wanita
keluar dari kamar secara simbolis di gendong oleh Ibu. Sementara ayah calon
mempelai wanita berjalan di depan sambil membawa lilin menuju tempat siraman.
-
Ngaras -> Berupa permohonan izin calon mempelai wanita kepada kedua orangtua
dan dilanjutkan dengan sungkeman serta mencuci kaki orang tua.Perlengkapan
untuk prosesi ini cukup sederhana hanya tikar dan handuk.
- Pencampuran air siraman
-> Kedua orang tua menuangkan air siraman ke dalam bokor atau mangkuk dan
mencampurnya untuk upacara siraman.
-
Siraman -> Diawali
musik kecapi suling, calon mempelai wanita di bimbing oleh orang tua menuju
tempat siraman dengan menginjak 7 helai kain. Siraman dimulai oleh sang Ibu ,
kemudian Ayah dan disusul oleh para sesepuh. Jumlah penyiram biasanya
ganjil..antara 7, 9 atau 11 orang.
NGEUYEUK SEUREUH
Adalah prosesi adat dimana orang tua
atau sesepuh keluarga memberikan nasehat dan juga merupakan sex education bagi
kedua calon mempelai yang dilambang dengan tradisi atau benda benda yang ada
dalam acara adat tersebut. Tata cara ngeuyeuk seureuh adalah sebagai berikut :
Pangeuyeuk :
1. Tetua yang dipercaya atau pemandu
acara memberikan 7 helai benang kanteh sepanjang 2 jengkal kepada kedua calon
mempelai untuk dipegang oleh masing masing pada tiap ujungnya, sambil duduk
menghadap orang tua untuk meminta doa restu.
2. Setelah itu Pangeuyeuk membawakan
kidung berupa doa – doa kepada Tuhan YME sambil menaburkan beras kepada kedua
calom mempelai, dengan maksud agar keduanya kelak hidup sejahtera.
3. Kemudian kedua calon mempelai
“dikeprak” ( dipukul pelan pelan ) dengan sapu lidi, diiringi nasehat bahwa
hidup berumah tangga kelak harus dapat memupuk kasih sayang antara keduanya.
4. Selanjutnya membuka kain putih
penutup “ pangeyeukan “ yang berarti bahwa rumah tangga yang kelak akan di bina
itu masih putih bersih dan hendaknya jangan sampai ternoda.
5. Kedua calon mempelai mengangkat dua
perangkat busana diatas sarung “polekat “ dan dibawa ke kamar pengantin untuk
disimpan.
6. Membelah mayang dan jambe ( pinang
) , calom mempelai pria membelah kembang mayang dengan hati hati agar tidak
rusak atau patah, melambangkan bahwa suami harus memperlakukan istrinya dengan
penuh kesabaran dan kasih sayang.
7. Selanjutnya kedua mempelai
dipersilahkan menumbuk “halu “ ke dalam “lumpang “dengan cara : Keduanya duduk
berhadapan, yang pria memegang Alu dan wanita memegang lumpang.
8. Membuat “Lungkun” yakni sirih
bertangkai, 2 lembar berhadapan digulung menjadi satu dengan bentuk memanjang,
lalu diikat dengan benang kanteh . Hal ini dilakukan oleh kedua calon mempelai
, orang tua serta para tamu yang hadir disitu melambang kan kerukunan. Kemudian
sisa sirih dan 7 bh tempat sirih yang telah diisi lengkap juga padi, labu dan
kelapa dibagikan kepada orang orang yang hadir disitu. Artinya : bila
dikemudian hari keduanya mendapat rejeki berlebih, hendaknya selalu ingat untuk
berbagi dengan keluarga atau handai taulan yang kurang mampu.
9. Berebut uang, dipimpin oleh
pangeuyeuk dengan aba aba, kedua mempelai mncari uang, beras, kunyit dan permen
yang di tebar di bawah tikar. Artinya suami dan istri harus bersama sama dalam
mencari rejeki dalam rumah tangga.
10. membuang bekas pangeuyeuk seureuh,
biasanya di simpang empat terdekat dengan kediaman calon mempelai wanita oleh
keduanya. Tradisi ini dimaksudkan bahwa dalam memulai kehidupan yang baru,
hendaknya membuang semua keburukan masa lalu dan menghindari kesalahan di masa
datang.
UPACARA
SAWER PANGANTEN
Rangkaian
upacara Sawer adalah sebagai berikut :
Nyawer
Merupakan upacara memberi nasihat
kepada kedua mempelai yang dilaksanakan setelah acara akad nikah. Berlangsung
di panyaweran ( di teras atau halaman ). Kedua orang tua menyawer mempelai
dengan diiringi kidung. Untuk menyawer, menggunakan bokor yang diisi uang
logam, beras, irisan kunyit tipis, permen..Kedua Mempelai duduk berdampingan
dengan dinaungi payung, seiring kidung selesai di lantunkan, isi bokor di
tabur, hadirin yang menyaksikan berebut memunguti uang receh dan permen. Melambangkan
Mempelai beserta keluarga berbagi rejeki dan kebahagiaan
Meuleum
Harupat ( Membakar Harupat )
Mempelai pria memegang batang harupat
, pengantin wanita membakar dengan lilin sampai menyala. Harupat yang sudah
menyala kemudian di masukan ke dalam kendi yang di pegang mempelai wanita,
diangkat kembali dan dipatahkan lalu di buang jauh jauh. Melambang kan nasihat
kepada kedua mempelai untuk senantiasa bersama dalam memecahkan persoalan dalam
rumah tangga. Fungsi istri dengan memegang kendi berisi air adalah untuk
mendinginkan setiap persoalan yang membuat pikiran dan hati suami tidak nyaman.
Nincak
Endog ( Menginjak Telur )
Mempelai pria menginjak telur di baik
papan dan elekan ( Batang bambu muda ), kemudian mempelai wanita mencuci kaki
mempelai pria dengan air di kendi, me ngelapnya sampai kering lalu kendi
dipecahkan berdua. Melambangkan
pengabdian istri kepada suami yang dimulai dari hari itu.
Ngaleupaskeun
Japati ( Melepas Merpati )
Ibunda kedua mempelai berjalan keluar
sambil masing masing membawa burung merpati yang kemudian dilepaskan terbang di
halaman. Melambang kan bahwa peran orang tua sudah berakhir hari itu karena
kedua anak mereka telah mandiri dan memiliki keluarga sendiri.
Huap
Lingkung
- Pasangan mempelai disuapi oleh kedua
orang tua. Dimulai oleh para Ibunda yang dilanjutkan oleh kedua Ayahanda.
- Kedua mempelai saling menyuapi,
Tersedia 7 bulatan nasi punar ( Nasi ketan kuning ) diatas piring. Saling
menyuap melalui bahu masing masing kemudian satu bulatan di perebutkan keduanya
untuk kemudian dibelah dua dan disuapkan kepada pasangan .
Melambangkan suapan terakhir dari
orang tua karena setelah berkeluarga, kedua anak mereka harus mencari sendiri
sumber kebutuhan hidup mereka dan juga menandakan bahwa kasih sayang kedua
orang tua terhadap anak dan menantu itu sama besarnya.
Pabetot
Bakakak
Kedua mempelai duduk berhadapan sambil
tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja, kemudian
pemandu acara memberi aba – aba , kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam
tersebut hinggak terbelah. Yang mendapat bagian terbesar, harus membagi dengan
pasangannya dengan cara digigit bersama. Melambangkan bahwa berapapun rejeki
yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama.
YESSICA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar