Sabtu, 09 Juni 2012

Keunikan Rumah Panggung Sulawesi Selatan

UTS Tradisi Etnik Nusantara (Bag.4)
Folklore Bukan Lisan
Tiara Oktaviama
4423107047


Pandangan kosmogoni orang bugis ini dengan apa yang disebut konsep Sulapaq Eppaq Wola Suji (Segi Empat Belah Ketupat). Konsep Sulapaq Eppaq adalah filsafat tertinggi orang bugis yang menjadi seluruh wujud kebudayaan dan sosialnya. Wujud Konsep Sulapaq Eppaq juga dapat dilihat dalam bentuk manusia
Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian depan [ orang bugis menyebutnya lego - lego ].
Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas bugis ini? Berikutadalah bagian - bagiannyautamanya:

1. Tiang utama ( alliri ). Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batangalliri.
2. Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya.
3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling tengah tiap barisnya.
Dalam pandangan kosmologis Bugis, rumah tradisional mereka adalah 'mikro kosmos' dan juga merupakan refleksi dari 'makro kosmos' dan 'wujud manusia'. Tradisi Bugis menganggap bahwa Jagad Raya (makro kosmos) bersusun tiga, yaitu Boting langi (dunia atas), Ale-kawa (dunia tengah), dan Buri-liung (dunia bawah). Ketiga susun dunia itu tercermin pada bentuk rumah tradisional Bugis, yaitu:
(1) Rakkeang: loteng di atas badan rumah merupakan simbol 'dunia atas', tempat bersemayam Sange-Serri (Dewi Padi). Ruangan ini digunakan khusus untuk menyimpan padi.

(2) Watang-pola (badan rumah) simbol 'dunia tengah'. Ruangan ini merupakan tempat tinggal. Terdiri atas tiga daerah, yaitu: (a) Ruang Depan: untuk menerima tamu, tempat tidur tamu, dan tempat acara adat dan keluarga; (b) Ruang Tengah: untuk ruang tidur kepala keluarga, isteri dan anak-anak yang belum dewasa, tempat bersalin, dan ruang makan keluarga;  (c) Ruang Dalam: untuk ruang tidur anak gadis dan nenek-kakek. Ada bilik tidur untuk puteri, ruang yang paling aman dan terlindung dibanding ruang luar dan ruang tengah.

(3) Awa-bola: kolong rumah tidak berdinding, simbol 'dunia bawah'. Tempat menaruh alat pertanian, kuda atau kerbau, atau tempat menenun kain sarung, bercanda, dan anak-anak bermain.
Ukuran panjang, lebar dan tinggi rumah ditentukan berdasarkan ukuran anggota tubuh - tinggi badan, depa dan siku - suami-isteri pemilik rumah. Dengan demikian, proporsi bentuk rumah merupakan refleksi kesatuan wujud fisik suami-isteri pemilik rumah.

Arsitektur rumah tradisional bangsawan suku Bugis di Sulawesi Selatan merupakan unsur kebudayaan nasional yang memiliki karakter bentuk fisik, fungsi dan style serta sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan Bugis pada masa lalu dimana wujud fisik rumah tradisional bangsawan Bugis sangat dipengaruhi stratafikasi derajat sosial yang berlaku dimasyarakatnya. Tujuan penelitian ini mendapatkan gambaran faktor-faktor pembentuk yang berpengaruh terhadap karakter arsitektur rumah tradisional bangsawan Bugis dan ditinjau berdasarkan Spatial system, Phisical system,dan Stylistic system. Lingkup penelitian ini mencakup basis kerajaan suku Bugis di Kota Adiministratif Bone, Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Wajo. Penelitian ini menggunakan metedologi penelitian kualitatif dengan pendekatan paradigma rasionalistik. Gambaran hasil penelitian didapatkan faktor pembentuk karakter arsitektur rumah tradisional bangsawan Bugis secara spasial tata ruang luar berada pada lahan persegi yang luas dan dominan berbentuk asimetris yang terdiri atas bangunan induk dilengkapi ruang tambahan yang terpisah dengan tegas sehingga membentuk massa bangunan yaitu lego-lego dan jongke. Pada tata ruang dalam yang juga luas dengan pengelompokan ruang berdasarkan perbedaan tinggi lantai ditandai dengan adanya tamping dan pembatas dinding yang tegas, pola tersebut tidak terdapat pada konsep tata ruang dalam rumah Bugis. Dalam sistim fisik konstruksi dan bahan bangunan yang digunakan terdapat suatu keragaman kerumitan alami dalam suatu hubungan yang saling berpengaruh serta membentuk keseimbangan dalam satu kesatuan sistem komposisi fasadnya. Dimana modul struktur alliri kearah panjang dan lebar bangunan tidak sama, jumlah alliri yang lebih banyak serta dimensi alliri yang lebih besar, sedangkan alliri posi bola tidak ada passu yang kesemuanya merupakan hegemoni kebangsawanan yang tetap dipertahankan, karena setiap elemen-elemen tersebut dapat mempengaruhi persepsi bagi yang melihat sebesar apa pengaruh seseorang dan setinggi apa status sosialnya dalam masyarakat Pada struktur dinding dan konstruksi ujung-ujung balok pattolok riawa serta arateng diukir dengan berbagai ragam hias ciri masing-masing daerah tempat rumah itu berada. Sedangkan Penggunaan timpa laja lebih dominan sebagai simbol derajat kebangsawanan pemiliknya. Dalam tatanan komposisi fasad dan elemen-elemen bentuk fasad setiap bangunan menyatakan hirarki melekat dalam fungsi-fungsi yang dimiliki, para pemakai yang dilayani, tujuan-tujuan atau arti yang disampaikan, lingkup atau konteks yang dipaparkan memunculkan karakter arsitektur budaya setempat dalam suatu komposisi bangunan dilingkungan mana berada dan siapa pemiliknya.
Pertanyaan pertama yang timbul ketika berkeliling kota Makassar adalah kemanalarinya tradisi berumah yang telah mengakar selama berabad-abad lamanya. Padaberbagai kawasan pemukiman yang ada di pusat kota Makassar, yang nampakadalah bangunan baru dengan gaya arsitektur modern yang sama sekali tidakmemiliki akar kultural di Sulawesi Selatan. Jawaban atas pertanyaan diatas akanterjawab jika kita mengarahkan perhatian kita pada kawasan punggiran kotaMakassar, kawasan sub-urban yang acap kali dilabeli sebagai kawasan kumuh.Kecamatan Tallo Kota Makassar merupakan salah satu wilayah sub-urban kotaMakassar yang didalamnya masih banyak dijumpai jejeran bangunan rumahtradisional Suku Makassar. Untuk alasan tersebut, perbicangan tentang kekinian darikonsep rumah tradisional suku Makassar akan dipusatkan di kecamatan tersebut.Selayang pandang, penulis telah melakukan observasi terhadap beberapa rumahdengan konsep tradisional yang ada di kecamatan tersebut. Guna menyistematiskandan menyelaraskan dengan konsep yang telah diutarakan pada bagian sebelumnya,observasi akan dititikberatkan pada konstruksi rumah secara horizontal, vertikal dansusunan timba sila yang digunakan pada atap.
Secara horizontal, petak depan rumah ( paddaserang ri dallekang) masih berfungsisebagai ruang publik tempat menerima tamu. Hal baru yang nampak pada bagian paddaserang ri dallekang adalah penempatan kursi tamu atau sofa. Petak tengahrumah (paddaserang ri tangnga) masih berfungsi sebagai ruang semi privat yanghanya boleh diakses oleh keluarga dekat pemilik rumah. Adapun petak belakangrumah masih difungsikan sebagai dapur dan ruang makan. Perbedaan dengankonsep rumah tradisional ialah adanya kamar-kamar yang terdapat dalam denahruang-dalam rumah. Terdapat kamar tidur dengan ranjang dan lemari yangdiperuntukkan bagi anggota keluarga. Untuk rumah yang relatif berukuran besardengan jumlah anggota keluarga yang hanya terdiri dari keluarga inti dengan 2-3orang anak, dapat dikatakan bahwa setiap mereka memiliki kamar tidur masing-masing. Komposisi kamar yang ditemukan adalah kamar untuk orang tua, kamaruntuk anak laki-laki, dan kamar untuk anak perempuan. Setiap kamar anak padaumumnya diisi oleh maksimal dua orang anak.
dilengkapi dengan ruang tamu, kamar tidur, dan dapur serta sarana MCK. Bagiantengah (kale balla) utamanya digunakan oleh keluarga inti sebagai tempat tinggal.Ruang di bawah atap rumah ( pammakkang) yang secara konsepsional merupakanruang ideologis tempat menyimpan gabah/beras atau benda-benda yang disakralkanoleh keluarga tersebut sudah tidak difungsikan. Bagian-bagian rumah lainnya seperti jambang dan paladang
kadang dijumpai pada beberapa rumah dan pada beberaparumah lain sudah tidak dijumpai.Bagian timba sila, atau bagian depan atap yang merupakan identitas strata sosialpemilik rumah sudah tidak bisa ditemukan. Ditengah-tengah warga kecamatan Tallo,kadang terdengan suara-suara sumbang tentang pemakaian timba sila yang tidakkonsisten dengan strata sosialnya.Berdasarkan hasil pengamatan diatas, secara umum konstruksi rumah tradisionalsuku makassar di kota Makassar masih menunjukkan beberapa kontinuitas dengankonsep rumah tradisional suku Makassar. Meskipun terjadi pengenalan materialbangunan yang baru seperti seng sebagai atap dan multipleks sebagai dinding yangmenggantikan papan atau anyaman bambu, konstruksi rumah panggung masihmenampilkan profil rumah tradisional. Perubahan nampak pada pengabaian pakem-pakem yang ada dalam konsep rumah tradisional suku Makassar seperti,pemanfaatan ruang di bawah atap sebagai ruang ideologis dan pemanfaatan kolongrumah sebagai tempat tinggal.
 Sumber :
http://ui.academia.edu/NurIhsan/Papers/1252619/Rumah_Tradisional_Suku_Makassar_Konsep_dan_Kekiniannya_dalam_Ruang_Kota_Makassar

1 komentar: