Minggu, 10 Juni 2012

TARI JAIPONG, ANTARA ADA DAN TIADA DALAM MENGHADAPI ARUS GLOBALISASI


NAMA : YULI HADI
NO REG. 4423107053
UAS TRADISI ETNIK NUSANTARA


KERAWANG ATAU BANDUNG ?
Jaipongan terlahir melalui proses kreatif dari tangan dingin H Suanda sekitar tahun 1976 di Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain. Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976, di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda di wilayah karawang dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat. Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni pertunjukan hiburan alternative dari seni tradisi yang sudah tumbuh dan berkembang lebih dulu di karawang seperti penca silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling dan wayang golek. Keberadaan jaipong memberikan warna dan corak yang baru dan berbeda dalam bentuk pengkemasannya, mulai dari penataan pada komposisi musikalnya hingga dalam bentuk komposisi tariannya.
Mungkin diantara kita hanya tahu asal tari jaipong dari Bandung ataupun malah belum mengetahui dari mana asalnya. Dikutip dari ucapan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ( Disbudpar ) Karawang, Acep Jamhuri “Jaipong itu asli Karawang. Lahir sejak tahun 1979 yang berasal dari tepak Topeng. Kemudian dibawa ke Bandung oleh seniman di sana, Gugum Gumilar. Akhirnya dikemas dengan membuat rekaman. Seniman-seniman Karawang dibawa bersama Suwanda. Ketika sukses, yang bagus malah Bandung. Karawang hanya dikenal gendangnya atau nayaga (pemain musik). Makanya sekarang kami di Disbudpar akan mencoba menggali kembali seni tari Jaipong bahwa ini seni yang sesungguhnya berasal dari Karawang”.
Sementara itu di beberapa artikel mengatakan bahwa asal mula tari jaipong  berasal dari Bandung yang berawal dari kreatifitas seorang seniman asal Bandung bernama Gugum Gumira. Ia terinspirasi oleh kesenian rakyat yang salah satunya adalah ketuk tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbedaan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada kliningan atau bajidoran ataupun ketuk tilu. Biasanya tari jaipong sering kita jumpai di Bandung, tetapi sekarang bisa kita temui tidak hanya di kota lain, seperti cianjur, bogor,sukabumi dll. Jadi kita dapat mengetahui bahwa Karawang adalah kota kelahiran dari seni jaipongan yang kemudian di bawa oleh Gugum Gumira seorang seniman Bandung ke kota Bandung.

 Karya jaipongan yang pertama kali mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari Daun Pulus Keser Bojong dan Rendeng Bojong yang keduanya merupakan hjenis tari putri dan tari berpasangan. Awalnya tarian tersebut dianggapa sebagai tarian erotis dan vulgar, tetapi seiring jaman tari ini semakin popular dan meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media TV, hajatan, maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Dari kesenian tari jaipong ini telah melahirkan banyak seniman tari seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, & Pepen Dedi Kurniadi. Disamping kebenaran mengenai asal usul tari jaipong, kita sebagai generasi penerus bangsa wajib untuk melestarikannya.
Menyebut Jaipongan sebenarnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.


Tari jaipong memiliki gerakan yang khas dan berbeda dengan tari-tari dari daerah lain. Tari jaipong ini termasuk tarian yang berirama cepat dan bersemangat sekali. Lagu jaipong pun memiliki bunyi yang khas dengan berbagai macam tempo,ada lagu dengan tempo yang pelas, dan ada juga lagu dengan tempo yang cepat. Dalam sebuah tarian jaipong itu memiliki sebuah makna atau arti. Tidak hanya dalam tariannya saja tetapi dalam setiap gerakannya pun memiliki arti-arti tertentu yang manandakan sebuah cerita dalam tarian itu. Dalam musiknya pun memiliki arti dan biasanya didalam sebuah tarian itu mempunyai sinopsis. Dan dari sinopsis lagu tersebut barulah dijadikan sebuah tarian yang menceritakan sesuatu dengan tatanan gerak dan musik yang serasi. Tari jaipong itu biasanya  memiliki durasi 5-8 menit dan dalam tari jaipong ini tidak menggunakan patokan durasi jadi dalam tari jaipong memiliki waktu yang bebas. Contoh-contoh tarian jaipong : tari ketuk tilu, daun pulus, tablo, gandrung, leungiteun dll. Dalam menari tari jaipong ada dalam dalam kategori perorangan,pasangan,dan kelompok. Dalam kategori perorangan,penari yang menarikan sebuah tarian ini hanyalah seorang diri,dan untuk kategori pasangan maka tarian yang ditampilkan oleh 2 orang berpasangan baik wanita dan pria atau bahkan wanita dengan wanita dan sebaliknya,jika dalam kategori kelompok maka tarian yang akan ditampilkan oleh 3 orang penari bahkan lebih. Jumlah ideal dalam tarian yang dibawakan oleh kategori kelompok adalah berjumlah minimal 3 orang dan idealnya 5 orang. Karena dalam kategori pasangan atau kelompok pasti akan ada yang namanya “Pola Lantai”. Pola lantai itu harus ada karena itulah yang membuat tarian menjadi lebih hidup dan lebih indah bila dilihat. Pola lantai itu adalah perpindahan tempat dan adanya suatu fariasi dalam tarian baik itu tatanan gerak maupun posisi dalam tari. Jadi dalam menari tidak hanya  gerakan saja yang diperhatikan tetapi posisi tatanan gerak pun harus ada  perpindahannya.

·         Jaipongan Era Modern
Pada tahun 1979 jaipongan mengalami proses transformasi dan penataan (stilisasi) baik dalam pola tepak gendang maupun dalam ibing (tarian) juga dalam penciptaan komposisi tembang (lagu), melalui tangan dingin seorang seniman asal bandung yaitu Gugum Gumbira. Maka mulai saat itu jaipongan yang terlahir di karawang dibesarkan dalam khasanah kemasan seni yang mutakhir dan lebih modern.
Semua bentuk dan model tepak gendang di susun dan di berikan pola yang lebih terstruktur dalam bentuk notasi, yang kemudian di urai dan di tuangkan kedalam beberapa komposisi lagu yang sesuai dengan tuntutan pasar (commercial). Maka pada saat itu di bandung muncul grup kesenian jaipong yang melegenda seperti JUGALA (Juara dalam gaya dan Lagu) dengan tembang hitsnya seperti Daun pulus Keser Bojong, Randa Ngora dan banyak lagi. Sudah tentu komposisi yang di bawakan oleh Jugala berbeda dengan komposisi awal yang dimainkan oleh Suanda grup selaku pelopor dari lahirnya musik jaipong di karawang, meskipun Suanda terlibat didalamnya sebagai penabuh gendang. Ini di sebabkan Suanda memainkan gendang berdasarkan pada pola yang sudah disusun secara cermat oleh komposernya yaitu Gugum Gumbira. Gaya dari bentuk elemen jaipongan serta kualitas dan ekspresinya di kemas dalam pola-pola yang terbarukan sehingga sosok jaipongan seolah terlahir kembali dengan balutan gaya modern. Keterlibatan sarjana-sarjana seni dalam upaya untuk mengembangkan dan mencari bentuk-bentuk seni pertunjukkan tradisional di jawa barat juga menjadi penyebab utama menggeliatnya seni pertunjukan jaipongan dan menjadi besar seperti sekarang ini.

·         PERBEDAAN TARI TRADISIONAL DENGAN TARI MODERN KHUSUSNYA DI JAWA BARAT
Tari tradisi adalah tarian yang didalamnya terdapat banyak unsur gerakan-gerakan dan makna tradisinya dibandingkan dengan unsur-unsur modern, musik yang digunakan Musik yang digunakan dalam tari tradisi ini adalah musik-musik tradisional khas Jawa Barat. Contohnya: musik gamelan, suling bambu, terompet, rebab, angklung dll, sedangkan tari modern adalah tarian yang dimodifikasi sedemikian rupa yang telah dicampurkan unsur-unsur modern baik baik dalam tarian ataupun dalam musiknya sendiri. Dalam tarian modern sendiri dari segi musiknya sangatlah berbeda dengan musik yang digunakan oeh tarian tradisi karena menggunakan alat musik yang modern pula dan bisa di tampilkan dalam acara apa saja.

    TARI JAIPONG DALAM MENGHADAPI ARUS GLOBALISASI       
Indonesia memiliki segudang kesenian dan kebudayaan yang sangat menarik untuk kita gali. Banyak sekali kebudayaan serta kesenian Indonesia yang sudah mulai punah karena tergerus oleh perkembangan jaman yang semakin modern. Tantangan globalisasi menjadi bagian dari tantangan yang bersifat eksternal selain dari tantangan, bahkan ancaman yang berasal dari keanekaragaman budaya dan suku bangsa yang bersifat internal. Perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu sebab semakin cepatnya terjadi perubahan pada masyarakat suatu bangsa. Perkembangan teknologi informasi (internet) ini dapat dimanfaatkan untuk media pengembangan budaya nasional. Bangsa Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk mempublikasikan atau bahkan mempromosikan semua budaya nasional Bangsa Indonesia untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. Seperti mempromosikan kebudayaan & tradisi Indonesia agar lebih dikenal dunia serta dapat menarik wisatawan asing untuk mengunjungi Indonesia sebagai tujuan utama wisata mereka. Disadari atau tidak banyak sekali kebudayaan Indonesia mulai punah dan tersingkir keberadaannya.
Tari jaipong sendiri tinggal menunggu waktu untuk segera tertelan jaman. Penerus yang masih peduli untuk melestarikan, pada era sekarang ini jumlahnya bisa terhitung oleh jari. Sebuah kemirisan tentang keberadaan budaya Indonesia di negerinya sendiri.
Tari jaipong merupakan jenis tari pergaulan tradisional yang sangat terkenal pada jamannya di Indonesia terutama di daerah bagian Jawa Barat. Tari jaipong merupakan salah satu identitas kesenian Jawa Barat. Tari ini sering dipentaskan saat acara penting, seperti penyambutan tamu dari negara asing yang mengunjungi Jawa Barat bahkan untuk misi-misi kesenian ke luar negeri.
Perkembangan tari japong sendiri dalam perkembangannya saat ini kurang berkembang karena kurang mmendapat perhatian. Support pemerintah dalam mengembangkan tari jaipong dirasa kurang serasa di anak tirikan, berbeda dengan tari Bali dan Jawa yang mendapat support dari pemerintah. Sejauh ini para pelaku seni tari jaipong ini berusaha bertahan sendiri untuk survive dan bertahan. Saat ini media TV, swasta maupun pemerintah jarang sekali memunculkan tari tradisional, ada hanya beberapa tapi dalam TV lokal. Peran pemerintah dalam memajukan dan melestarikan kesenian daerah sangatlah penting karena tanpa support dari pemerintah seperti dana dan promosi agar kesenian tari jaipong ini tetap bertahan dari gerusan arus globalisasi. Arus globalisasi yang kian deras membuat kesenian daerah banyak yang sudah mulai punah satu persaru karena minat kaum muda akan kesenian daerah sangatlah kecil, mereka menganggap kesenian daerah bukanlah hal yang wajib untuk dipelajari.
Dalam perkembangannya menghadapi arus globalisasi, para seniman tari jaipong bertahan dengan kondisi yang serba seadanya untuk bertahan hidup dan mempertahankan kesenian tari jaipong ini.
Untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus tetap menjaga dan melestarikan budaya di negeri kita Indonesia, jangan ketika salah satu budaya tersebut diambil atau diakui oleh negara lai seperti kasus-kasus sebelumnya barulah kita semua menghujat dan mencaci. Kita harus memiliki sifat sadar budaya, agar tidak makin banyak budaya yang punah karena tergerus arus globalisasi.
Karawang sendiri sebagai tempat kelahirannya seni pertunjukan jaipongan seharusnya lebih menggarap dan mengembangkan potensinya, tentunya dengan mengutamakan kearifan lokal sehingga jatidiri dan karakteristik karawang sebagai kota seni dan budaya jawa barat dapat lebih eksis dan mampu berbicara dalam khasanah ruang seni budaya global.



15 komentar:

  1. hmm..baru tau klo jaipong asli karawang..tks infonya ya...

    BalasHapus
  2. Terima kasih gan atas informasi nya

    jangan lupa juga kunjungi situs kami di

    http://stisitelkom.ac.id

    BalasHapus
  3. ohhh ternyata tari jaipong jg ikut arus globalisasi toh :O
    terima kasih gan atas infonya... cendol nih

    BalasHapus
  4. wahhhh...sangat membuka sedikit wawasan mengenai jaipong....
    lanjutkan gan!!!:D

    BalasHapus
  5. bener tuh, seharusnya ada koordinasi dan kerjasama yg klop antara pemerintah dan para seniman trus salah 1 upaya pelestarian kan bisa diadain penyuluhan / seminar / workshop untuk warga masyarakat, khususnya kepada generasi muda..
    bangga dong bisa melestarikan budaya Indonesia :D

    BalasHapus
  6. kita sebagai bangsa indonesia dan sebagai generasi peneus bangsa harus menjaga dan melestarikan budaya kita jangan sampai hilang ditelan waktu. sebaiknya jg diadakan lomba tari jaipong ini disetiap daerah agar lebih dikenal oleh masyarakat, sama halnya dengan tari2 lainnya... =D

    BalasHapus
  7. globalisasi memang ancaman utama bagi kesenian tradisional, tetapi tak bisa dipungkiri kalau peran pemerintah dan masyarakatlah yang menjadi 'akar' ancaman, pemerintah cenderung mengangkat budaya yang 'lebih digemari' oleh masyarakat pada suatu masa atau periode tertentu (contoh, mungkin terjadi sekitar 10 tahun lalu ketika tari bali menjadi tarian yang sedang 'on the high sky', dan banyak disukai berbagai kalangan serta sering ditampilkan dihampir setiap pentas seni suatu lembaga pendidikan, dari TK - Sekolah Tinggi, tetapi kini tari shaman lah yang demikian), keadaan inilah yang menjadikan Kesenian Tradisional terlihat hanya seperti 'Tren Belaka'. Kita tak perlu terlalu banyak melahirkan wacana kosong mengenai upaya pelestarian suatu budaya dan seni tradisional, karena hal ini merupakan langkah selanjutnya sesudah langkah pertama, yaitu "Bersikap 'Adil' terhadap semua kebudayaan tradisional serta menumbuhkan 'Kesadaran' dalam bentuk 'Nyata' tentunya, jangan seperti masyarakat & pemuda yang menyatakan dirinya 'I love Indonesia' tetapi hanya menjadikan pernyataan itu sebagai suatu 'Opini Hangus' tak berguna dan bermimpi mengadakan segala tetek bengek pelestarian budaya. Untuk menghadiri dan menyaksikan suatu pagelaran seni tradisional saja mungkin tidak memiliki semangat dan niat, padahal banyak kegiatan seperti ini di jakarta, seperti di kawasan senen, kemayoran, sumur batu, cilincing, jatinegara-pisangan, cikini, condet, tugu, matraman, sekitar depok (dan SubURBAN lainnya) bahkan perkampungan kumuh yang nyatanya memiliki suatu tradisi, budaya dan nilai seni yang unik asli, atau jika tidak mau repot bisa ke taman mini jikalau ada kegiatan di tiap anjungannya atau 'ngadain sendiri hiburan lu punya hajatan kek begimane'. Pokoknya bisa dibilang banyaklah kalau anda sekalian punya niat, jangan hanya niat jalan-jalan dan berfoto-foto ria walaupun dalam 'misi' pelestarian budaya dan potensi wisata indonesia. Jadi jangan salahkan Globalisasi terlebih dahulu ya.

    BalasHapus
  8. ‎1 pertanyaan
    kenapa musti nunggu diklaim negara sebelah dulu baru pada perduli sama kebudayannya sendiri?? sedangkan pas blom diklaim,cuman tau tanpa ada rasa perduli sama kebudayannya sendiri.

    BalasHapus
  9. pertanyaan itu cuma bisa dijawab sendiri, dari diri kita aja belum ada kepedulian mengenai kebudayaan kita, hanya teori belaka. bisa dihitung jari berapa orang yang peduli dengan budaya. ketika suatu budaya hilang dan tiba-tiba diakui oleh negara lain baru kita sadar betapa pentingnya budaya tsb sebagai identitas suatu daerah bahkan identitas sebuah negara. thanks :)

    BalasHapus
  10. mungkin banyak orang-orang yg tidak tahu dari mana tarian itu berasal. saat ini tarian bangsa sendiri sudah mulai redup oleh zaman. tetapi ini semua bukan kesalahan dari zaman, kita lah sebagai bangsa sendiri yg melupakan, malas bahkan tidak mau untuk mempelajari budayanya. seharusnya kita juga sebagai bangsa indonesia bangga atas tarian bangsa sendiri, melestarikan nya bukan hanya pada daerah dimana tarian itu berasal tetapi memperkenalkan pada seluruh penjuru nusantara bahkan sampai ke penjuru dunia

    BalasHapus
  11. nice info !! dari bacaan ini saya lebih senang kata-kata globalisasi artinya adalah diri sendiri ,, Know it and Keep it !

    BalasHapus
  12. oooohhh tari jaipong ternyata dari kerawang baru tau ane gan, menurut ane mah pemerintah belom benar2 memperhatikan tarian tradisional.. jadi nya budaya kita di klaim mulu deh sama negara tetangga.

    Kalo bisa coba pemerintah kita buat pertunjukan budaya-budaya indonesia di negara tetangga yg suka ngeklaim tuh.. jadi pemerintah ambil peran untuk memastikan bahwa budaya-budaya tersebut MILIK INDONESIA..

    thanks gan!!!

    BalasHapus
  13. sebagai generasi bangsa wajib melestarikan tradisi dan budaya

    BalasHapus
  14. apapun itu initinya kita harus menjaga dan melestrikannya
    pakai hati kita, karenya ittu merupakan cirikhas suatu bangsa

    BalasHapus
  15. Sya sangat bangga terlahir di negara RI bnyak budaya dan seni yg perlu kita banggakan. Tak peduli orng mau mengatakan saya kampungan... yg pasti masih bnyak orng lain dan negara lain pun mencintai budaya kita. Apalagi sya terlahir sbagai putra karawang... yg insya Allah akan ttp melestarikan tarian ini yg semakin mau punah...

    BalasHapus