Kamis, 07 Juni 2012

UJIAN AKHIR SEMESTER
LIDYA NOVITA - 4423107048
(ETNIK X MENGHADAPI ARUS GLOBALISASI)
========================================================================

 DIMANA MAINAN LAMAKU ?




Dizaman yang serba komputerisasi sekarang memang sudah jarang kita temukan anak-anak yang bermain permainan traditional, teknologi sudah merajalela di kalangan masyarakat.
Dan pernahkah kita berpikir bahwa dimana semua permainan tradisional itu ? permainan yang dahulu juga pernah anda mainkan bersama teman – teman. Sebuah permainan yang pada masanya dulu mudah ditemui di berbagai tempat. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa semua permainan tradisional tersebut kini seakan telah menjadi sejarah. Dimana kita hanya bisa menceritakan permainan tersebut kepada anak – anak kita tanpa bisa menunjukan bagaiamana cara bermain.

Sungguh ironi disaat perkembangan teknologi begitu pesat kita terlena akan kecanggihan yang disuguhkan. Dengan menjamurnya computer dan handphone, anak-anak zaman sekarang lebih tertarik dengan game online atau jaringan social. Paling-paling hanya didaerah perkampungan sajalah baru kita dapat menemukan anak-anak permainan tradisional ini. Kita lebih sering mengenalkan anak pada internet, computer, play station dan sebagainya. Permainan yang lebih menggunakan mesin canggih dalam menghibur anak – anak. Berbeda dengan permainan tradisional yang tidak perlu mengeluarkan banyak uang, melainkan bisa menggunakan yang ada di sekitar kita. Dan kita juga dapat membuat alat – alat dari permainan itu dengan mudah. Memang semua teknologi tersebut saat ini dibutuhkan anak – anak agar ia tidak ketinggalan jaman. Hadirnya permainan canggih yang menggunakan mesin seakan telah menciptakan sebuah budaya baru yaitu individualis. Dengan computer kita bisa mengerjakan anak untuk bermain game juga. Kita bisa mengenalkan kepada anak tentang beragam game yang menarik di dunia maya, mulai dari game offline hingga online yang sangat banyak beredar di internet . Hanya cukup duduk di layar computer atau laptop anak kita sudah dapat bermain ria dengan game yang ada. Tidak perlu lagi harus mengundang teman – temannya untuk ikut bermain. Dengan kecanggihan teresebut kita tidak perlu membutuh sebuah tim yang solid. Berbeda dengan permainan tradisional, dimana kita harus bermain secara tim untuk memainkan permainan tersebut. Ular naga panjangnya, cublak – cublak suweng, serta petak umpet misalnya tidak bisa hanya dimainkan seorang saja. Permainan tardisional mengajarkan sebuah kerjasama tim yang bagus. Hal inilah yang telah luntur oleh budaya barat, nilai luhur yang terkandung dalam sebuah permainan tradisional telah terasingkan.

Coba kita lihat apa yang terjadi saat ini! Hampir seluruh Anak Indonesia di daerah perkotaan mulai melupakan permainan tradisional trsebut. Coba tanya pada mereka, "permainan apa yang sering kamu mainkan?". Saya yakin mereka akan menjawab, "play station", "game online", "point blank", "counter strike", "ragnarok",.  MEMPRIHATINKAN..!
Sebegitu kuatkah pengaruh teknologi yang berkembang saat ini? sehingga membuat anak Indonesia rela duduk berjam-jam d depan layar tv dan komputer? Dan menghabiskan uang jajan mereka hanya untuk menyewa beberapa jam layar komputer yang terhubung dengan internet? Sedangkan mereka tahu betapa susahnya orang tua mereka mencari uang untuk makan.

Padahal bukan tidak mungkin tingkah laku anak tersebut terkontaminasi oleh karakter yang mereka mainkan dalam game tersebut.. Dan tidak dapat dielakan pula, sikap anak tersebut menjadi apatis terhadap lingkiungan sekitar mereka. Itu hanya sebagian kecil dari dampak yang timbul akibat play station dan game online.
Pikirkan dampak yang timbul jika kita bermain gobak sodor, bentengan, tak umpet dll? adakah dampak negatif dari semua itu? Hal yang paling buruk yang kita dapatkan hanya, kita akan d marahi orang tua kita karena mereka harus bekerja ekstra untuk mencuci baju kita yang kotor akibat bermain.
Siapakah yang harus kita salahkan dan kita minta pertangungjawaban

Pemerintah? 

Orang tua? 

Guru? 

Pengusaha rental? 



atau bahkan kita yang tidak ada sangkut pautnya akan semua ini?

     Yang saat ini menjadi pertanyaan dan tanda tanya besar adalah, KEMANAKAH PERMAINAN TRADISIONAL KITA?

Saat ini mungkin banyak orang tua yang kesulitan mencari ruang terbuka untuk arena bermain bagi buah hatinya karena semakin terbatasnya lapangan di kota-kota besar.  Selain itu juga dengan adanya ketakutan dari orang tua terhadap kondisi sang anak (takut anak-anak mereka terluka, kotor atau kulit anak menjadi terbakar karena bermain di lapangan terbuka ) sehingga muncul aturan / larangan dari orang tua.

Hal tersebut menjadikan banyak orang tua berupaya  memberikan permainan elektronik  / modern yang disukai anak. Padahal permainan ini cenderung membuat anak sulit bersosialisasi sehingga anak menjadi pemalu, penyendiri dan individualistis. Juga makin banyak anak menjadi obesitas karena kurang bergerak.

Menurut Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan, permainan modern cenderung akan menjadikan anak individualis dan berbasis materi.
Anak setiap saat akan meminta uang untuk membeli alat permainannya. Karenanya permainan modern potensial menjadikan anak sebagai generasi yang hanya menuntut, meminta, kurang usaha, tidak inovatif dan tidak kreatif, untuk memproduksi dan mereproduksi apa yang dibutuhkannya, sehingga sudah saatnya orang tua untuk kembali mengajarkan aneka permainan anak tradisional itu kepada anaknya. Karena selain lebih mendidik, aneka permainan tradisional itu juga lebih murah biayanya. Namun bukan hanya menjadi tugas orang tua saja, pemerintah pun harus turun tangan, karena penyebab hilangnya permainan tradisional Indonesia karena sempit bahkan sudah tidak ada lagi lahan kosong dan luas untuk anak-anak bermain.

Untuk mengingatkan kembali apa saja permainan tradisional kita, berikut ini adalah beberapa permainan tradisional yang sudah mulai jarang dimainkan
Permainan Benteng
      Adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih satu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai benteng. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih benteng lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng.
Congklak (Dakon)
     Adalah suatu permainan yang dikenal dengan berbagai macam nama diseluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuhan. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan congklak dan 98 (14x7) buah biji yang dinamakan buah congklak. Pada papan congklak terdapat 16 lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil dan 2 lubang besar dikedua sisinya. Pada awal permainan setiap lubng kecil diisi dengan 7 biji. Dua orang pemain berhadapan. Salah seorang yang memulai dapat memilih lubang yang akan diambil dan diletakkan satu dilubang sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis dilubang kecilyang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bila habis dilubang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lubang kecil disisinya. Bila habis dilubang dilubang kecil disisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji disisi yang berhadapan. Tetapi bila ia berhenti dilubang yang kosong disisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa. Permainan selesai  bila sudah tidak ada biji yang dapat diambil.
Galah Asin
     Galah asin ditempat lain juga disebut Gobak sodor. Permainan ini terdiri dari dua grup dimana masing-masing grup terdiri dari 3-5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis kebaris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditetapkan.

Gasing

     Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan diberbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan meramal nasib.

Layang-Layang
     Permainan laying-layang, juga dikenali dengan nama wau merupakan suatu aktifitas menerbangkan laying-layang di udara. Pada musim kemarau anak-anak selalu bermain laying-layang jarena anginnya kencang.

Petak Umpet

     Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi kucing yang berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi.  Si kucing nantinya akan menutup mata dan berhitung sampai 25, biasanya ia menghadap tembok, pohon atau apa saja untuk supaya dia tidak melihat teman-temannya yang sedang bersembunyi. Setelah hitungan selesai, mulailah sikucing beraksi untuk menemukan teman-temannya.

Balap Karung
     Balap karung adalah salah satu lomba tradisional yang popular pada hari kemerdekaan Indonesia. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya kedalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir.

Dor tap
     Dor tap merupakan permainan yang mirip dengan petak umpet namun dimainkan oleh 2 kelompok. Kelompok yang lebih dahulu berhasil menyebut nama lawan yang bersembunyi dapat diartikan bahwa lawan tersebut terkena tembakan. Permainan berakhir jika salah satu kelompok sudah habis tertembak.

Taplak

     Dapat digunakan kapur untuk menggambar arena yang akan digunakan untuk bermain. Arena berbentuk kotak-kotak, ada satu kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus.
Nah itulah beberapa jenis permainan tradisional yang ada Diindonesia. Sudah sepatutnya permainan tradisional ini mulai kita kenalkan kembali kepada anak-anak, karena selain untuk melestarikan permainan tradisional juga anak-anak lebih sehat dalam bermain. Permainan tradisional akan membuat anak lebih banyak bergerak dan banyak berinteraksi yang akan membuat anak lebih sehat dan mudah bergaul.

Inilah beberapa alasan mengapa anak membutuhkan permainan terutama permainan tradisional ( Bermain Itu Asyik : Wahyu M. Gunawan ) yaitu :
1.     Anak-anak dan makluk hidup pada umumnya memiliki dorongan atau hasrat untuk bergerak. Yang dimaksud dengan bergerak disini adalah melakukan  aktifitas gerakan terencana yang dibutuhkan tubuh, terutama berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
2.    Anak-anak membutuhkan kesempatan bermain untuk melatih dirinya, menempatkan dirinya di dalam masyarakat, sebagai bagian dari komunitas lingkungannya. Lebih jauh lagi adalah mempersiapkan diri untuk hidup sebagai manusia yang bermasyarakat.
3.    Dengan memberi kesempatan untuk bermain berarti dapat memenuhi nalurinya untuk bergaul dengan orang lain.
4.    Bermain bagi anak dapat dijadikan solusi untuk mengetahui kemampuan dirinya dibandingkan dengan orang lain atau dengan kemampuan dirinya sendiri, saat ini dengan yang lalu.
5.    Anak-anak cenderung memiliki fantasi tertentu. Dengan bermain ia dapat menyalurkan fantasinya, dengan menjadi atau meniru tokoh-tokoh tertentu, misalnya supermen, tokoh binatang, tokoh pangeran dan sebagainya.
6.    Dengan bermain, anak-anak dapat mengukur dirinya, baik dengan mengadu kecakapannya, keberaniannya atau keberuntungannya, dengan orang lain.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari permainan adalah :
1.     Anak dapat bergaul dengan orang lain
2.    Dapat bekerjasama dengan orang lain.
3.    Mengesampingkan perasaan egois
4.    Memupuk sportivitas.

Meskipun anak harus mengikuti perkembangan jaman namun cobalah untuk mengenalkan permaian tradisional kepada anak. Permainan tradisional merupakan suatu budaya yang harus turun temurun kita wariskan kepada penerus kita. Jangan sampai budaya tersebut hilang tergerus arus teknologi. Disaat Negara lain berlomba untuk mempertahankan budaya nya justru kita sebagai bangsa yang besar merelakan budaya kita harus terdepak oleh budaya asing. Permainan Tradisional merupakan warisan budaya yang dapat dengan mudah kita pertahankan asal ada kemauan untuk mengembangkan juga memperkenalkannya ke anak-anak sejak dini, agar mereka tau permainan apa saja yang dalam kenyataan dahulu permainan tersebut menjadi permainan favorit, namun kini telah hilang bahkan untuk mengetahui cara bermainnya saja tidak ada sarana yang dapat memperkenalkannya.

Sumber:
·         www.yooman.info
·         http://sosbud.kompasiana.com
·         http://sdnbbu8.wordpress.com

15 komentar:

  1. blog ini menarik dan seharus nya dapat di share ke media luas atau pun social media si pemilik blog karena dengan men-share blog ini kita juga ikut peduli terhadap pelestarian permainan tradisional yang semakin luntur di telan perkembangan zaman. namun tidak selamanya permainan elektronik tidak baik untuk perkembangan anak, misalnya untuk bermain game online ke warnet mereka juga akan bersosialisasi dengan teman yang ditemui atau bahkan jika mereka benar-bener punya ketertarikan terhadap game online mereka bisa mengikuti kompitisi yang sering diadakan, untuk mengikuti kompetisi tersebut mereka juga harus membuat tim dan itu salah satu cara bersosialisasi lewat "game online" jadi tidak selamanya mainan elektronik tidak baik bagi anak-anak. sukses terus dan ditunggu postingan bermanfaat selanjutnya ^o^

    BalasHapus
  2. sangat setuju sekali..
    soalnya yang menjadi masalah permainan sekarang ini adalah kesenjangan sosial, tidak semua orang bisa melakukanya, hanya tertentu saja.
    hehe..

    kayaknya huruf terlalu kecil dan berdesak-desakan,,
    jadinya kurang menarik dan dirapikan juga
    klo bisa jgn terlalu monoton...
    ^_^v

    wassalam

    BalasHapus
  3. Assalamu’alaikum wr.wb
    Setuju dengan posting di blog ini, permainan tradisional penting untuk dibudayakan, apalagi pas saya baca manfaat dari permainan tradisional, jadi penerapan permainan tradisional tuh penting di kalangan anak-anak,,tapi teknologi ga kalah penting loh, salah satunya pembuktian bahwa teknologi juga ga bikin keterpurukan massa adalah kemenangan Fahma Waluya (12) dan adiknya Hania Pracika (6) dalam lomba software APICTA International 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia, pekan lalu membuktikan bahwa anak Indonesia juga jago membuat software.
    Ditunggu postingan yang lainnya ^_^
    Wassalamu’alaikum wr.wb

    BalasHapus
  4. setuju bgt gw..krna permainan tradisional tu adalah slah satu budaya bangsa dan sangat penting buat d jaga agar ga termakan oleh jaman..

    sukses bwt posting.a..

    BalasHapus
  5. blog yang menarik dan setelah membaca posting-an ini terlintas masa" kecil dulu yang menyenangkan saat bermain bersama. sayang sekali permainan seperti itu jarang ditemukan di era modern saat ini. penting sekali permainan permainan itu dilestarikan walaupun bersifat tradisional karena mempunyai banyak manfaat buat anak itu sendiri. akan tetapi tidak seharusnya juga kita tidak mengikuti permainan modern saat ini. hendaknya diseimbangkan dan tidak menghapus permainan tradisional dulu. dan kenapa tidak sebagai generasi penerus kita bisa menciptakan sebuah game yang mengambil tema permainan tradisional dengan tidak lupa membawa manfaaat untuk si anak untuk bersosialisasi.

    BalasHapus
  6. wah wah ... thumbs up nih postingannya.
    jarang sekali baca postingan se-tradisional ini. dan jarang pula ada implementasinya dijaman sekarang. permainan jaman dulu menarik dan yg lebih penting lagi tidak merusak jiwa anak-anak. jadi mau kembali ke waktu SD ..:D
    semoga banyak yg bca yah.. biar ibu, bapak, kakak, bisa langsung cerita " ini loh permainan jaman dulu..hehe" mngkin anak akan lgsung nyoba. dg itu secara ga lgsung yg buat post udah menajg seni indonesia.

    BalasHapus
  7. memang sangat menyedihkan melihat perkembangan zaman ini. Anak-anak telah dibutakan oleh teknologi. Permainan internet atau yang menggunakan layar seperti play station dan sebagainya secara langsung mempunyai dampak negatif untuk tubuh dan psikologis anak. secara psycis atau tubuh, mata mereka akan mudah rusak karena perpindahan warna dan gerak yang cepat, serta radiasi dari layar. Dalam psikologis, mental mereka akan jadi pemalas, karena hanya ingin duduk santai sambil bermain. Permasalahan siapa yang harus bertanggung jawab, adalah kita semua.

    BalasHapus
  8. membaca artikel ini seakan mengembalikan ingatan 17 tahun silam, saat masih kecil. Bermain dengan kawan-kawan di sekitar rumah dan sekolah dasar, bahkan hingga SMP. Namun, jarang sekali anak zaman sekarang bermain permainan-permainan tersebut, terutama di daerah perkotaan. Game online, Play Station, Ding Dong, dsb itulah yang kini menjadi permainan favorit anak-anak. Seharusnya para orang tua membaca artikel ini, agar mereka dapat memberitahukan anaknya, atau anak-anak yang langsung membacanya agar mereka merasakan nikmat dan serunya permainan-permainan itu.

    BalasHapus
  9. Ini adalah salah satu dari dampak globalisasi, yaitu kemajuan teknologi. Di perkotaan memang permainan-permainan tradisional sudah sangat jarang dimainkan, namun di desa masih saja banyak yang memainkannya. Pengenalan dari orang tua dan kakak-kakaknya lah yang harusnya dilakukan. Darimana mereka tahu permainan tradisional, jika yang lebih tua dari mereka tidak mengenalkannya. Jika orang tua hanya memberikan kenyamanan dengan teknologi agar anaknya betah di rumah. Itu merupakan hal yang salah. Ya, saya rasa sudah menjadi tugas kita untuk kembali melestarikan permainan-permainan tradisional.

    BalasHapus
  10. setuju banget..
    zaman sekarang sulit sekali menemukan permainan itu karena dari kesadaran dari pribadinya pun tidak ada keinginan untuk memainkan permainan tersebut.
    mungkin kebanyakan dari anak-anak zaman sekarang akan bilang "permainan tersebut jadul banget, ga keren aah", padahal permainan itu adalah kebudayaan yang harus kita lestarikan.
    apakah kita baru mau melestarikannya setelah mainan tersebut diakui oleh orang lain?
    tentu tidak kan, jadi sebaiknya dari diri kita sendiri kita mencoba untuk mempublikasikan mainan tersebut ke adik-adik kita ;)

    BalasHapus
  11. setuju deh sama kamu seharusnya lestarikan kembali permainan tradisional,kan lebih irit dan hemat
    dari pada maen warnet molo

    BalasHapus
  12. permainan tradisional yang mulai 'luntur' adalah salah satu dampak dari perkembangan zaman dan teknologi. Sejatinya permainan tradisional dapat dilestarikan kembali jika generasi muda dan generasi tua saling bekerja sama untuk melestarikannya.

    BalasHapus
  13. Di zaman yang sudah modern, canggih dan simpel seperti ini memang sedikit susah memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak, karena banyak anak-anak yang sudah menggunakan permainan game online. oleh karena itu orang tua untuk membantu memperkenalkan kembali permainan tradisonal kepada anak-anaknya agar permainan tradisional ini tidak habis di telan zaman dan anak-anak dapat mempermainkan permainan tradisional ini bersama teman-temannya.
    Banyak permainan tradisional yang memancing ketangkasan dan kecerdikan anak-anak, sehingga memancing daya imajinasi anak untuk berkembang.

    BalasHapus
  14. Miris... dampak buruk globalisasi sungguh besar. akibat modernisasi dalam permainan khususnya, anak cenderung individual, susah bergaul, dll. mungkin dengan ini, peranan dari orang tua, pemerintah, dan kita sangat berpengaruh dalam menata kembali kehidupan generasi kini.

    BalasHapus